Betawi Sonoan Dikit buah karya Penulis Majayus Irone, Budayawan, Penulis Skenario, Film Makers
[flipbook width=”600″ pdf=”https://www.kebudayaanbetawi.com/wp-content/uploads/2021/07/NOVEL-BETAWI-SONOAN-DIKIT.pdf” theme=”dark”]Betawi Sonoan Dikit menceritakan kehidupan sosial orang betawi dalam keseharian yang saat ini dimana kota Jakarta penduduk Asli betawi yang mulai tersingkir oleh perkembangan kota Jakarta.
Betawi Sonoan Dikit Volume 1 ini cukup menarik sajian Novel yang enak di baca serta mudah di pahami membawa kita dalam kehidupan etnis betawi dalam keseharian.
dibawah ini kami tampilkan sekelumit dari isi Novel
BAGIAN 1
Pagi ari. Kampung Legok, pemukiman disebelah betan Jakarta. Sisa-sisa kabut masih melayang-layang diterpa sinar matahari nyang berkilau. Butir-butir embun diujung daon pisang anggleng ngegantung seperti berlian nyang mahal. Udara pagi terasa segar, lumayan fresh untuk ukuran perkampungan nyang tidak lagi alami karena disana sininya sudah digusur dan dibangun cluster, real estate, hometown, residence dan berbagai sebutan untuk pemukiman baru. Umumnya para developer atau pengembang ngasih nama nyang familiar seperti; Pondok Gading, Taman Salsabila,
Pondok Idaman hingga Pondok Betawi. Pagi itu sinar matahari masih sulit menerobos karena terhalangi jajaran pohon nyang lumayan lebat. Pohon Kecapi, Rambutan, Jengkol, Jamblang, Bacang hingga Kebembem masih rapat berjejer membatasi pelataran dan tepian jalan kampung nyang sudah dicor meskipun masih agak berudukan.
Rumah Betawi dengan atap limasan dan paseban di bagian depannya. Pada paseban itu ada sepasang kursi dari kayu biasa digunakan untuk para tetamu. Rumah itu hampir seluruhnya berdinding kayu nangka nyang sengaja dipelitur supaya terlihat mengkilap. Sebagain bingkai dan daun jendela serta pintu utama dicat berwarna kuning berpadu dengan hijau segar. Udara dirumah itupun segar karena diselebar pekarangannya mulai dari lapangan depan hingga teritipan ditanami pohon-pohon kembang. Macam – macam pohon ada disitu mulai dari Sambiloto hingga Cocor Bebek.
Pagi itu Mahmud sedang bebenah alat-alat prakteknya seperti minyak urut, baskom kecil, handuk kecil dan sebuah termos air panas. Alat-alat itu hampir tidak pernah lepas dari jangkauan Mahmud karena memang selalu diperlukan manakala dirinya menangani pasien patah tulang