Warung Buncit
Tampilan warung Zaman dulu/Foto: malesbanget.com

Kuliner Musik Dan Ulama Dari Buncit

kebudayaan betawi – Kuliner Musik Dan Ulama Dari Buncit. Bila kita melewati  warung buncit mampang tepatnya di Jl Buncit Raya dari arah Jl Rasuna Said, ke Jl Mampang Prapatan XIV dan Jl . SD duren Tiga Raya. ”Kira-kira di tempat inilah dulu terletak Warung Buncit, yang kini di abadikan jadi nama jalan dan kampung,” ujar H. Ahmad Supandi (59), warga setempat. Di namakan demikian, karena Cina pemilik warung tersebut bernama Tan Boen Tjit (Buncit). Sekalipun warung dan pemiliknya sudah meninggal dunia, nama Warung Buncit sampai kini tetap melekat.

Saat itu, toko-toko milik warga Tionghoa yang tersebar di berbagai pelosok Jakarta tidak satupun memakai papan nama. Toko atau warung mereka banyak dikenal lantaran postur tubuh pemiliknya. Seperti contoh Warung si Jangkung (pemiliknya bertubuh jangkung), atau Warung si gemuk, dan ada yang dinamakan warung si kurus.

Kuliner Musik Dan Ulama Dari Buncit. Didaerah Kwitang, Jakarta Pusat, ada yang disebut warung andil, letaknya berdekatan dengan majelis taklim Habib Ali. lantaran, warung itu didirikan secara patungan (andil). Masih disekitaran daerah Kwitang, ada juga yang disebut warung asuk, karena anak-anaknya memanggil bapaknya dengan sebutan Asuk yang dalam bahasa Cina bisa berarti bapak. Sampai saat ini warung tersebut masih berdiri, menyediakan berbagai macam kebutuhan rumah tangga, sepertii beras sampai bahan-bahan pokok lainnya. hanya tidak ada lagi arang dan kayu bakar seperti tahun 1950-an dan 60-an.

Jual Hasil Kebun

Kuliner Musik Dan Ulama Dari Buncit. Disekitaran Jl Warung Buncit, terutama pagi dan sore, menjadi salah satu pusat kemacetan di Jakarta. Keadaan ini seperti berbanding terbalik dengan keadaan tahun 1960-an dan bahkan 1970-an. Waktu itu, kata Bang H. Hendi (H. Ahmad Supandi), Jl Buncit Raya masih sangat lengang. Jalan raya memang sudah ada, tapi saat itu belum diaspal. Bahkan pada 1950-an dan juga 1960-an, kawasan sekitaran Warung Buncit sebagian masih banyak pepohonan. sementara warga Betawi disekitarnya, dengan bergairah menanam pohon belimbing, Rambutan.

Kuliner Musik, belimbing
Pohon Belimbing/Foto: Dok LKB

Buah belimbing dari daerah ini, yang disebut belimbing semarang Menes , terkenal sekali manis dan besar-besar. ”memang saat ini sudah punah, tak satu pun yang tinggal,” kata H Ahmad Supandi dan H. Hasan Bayoumi adiknya.

Perdagangan belimbing tidak hanya dilakukan oleh masyarakat yang memiliki kebun luas, tetapi juga sebagian besar penduduk Mampang dan Buncit. Hasil panen belimbing umumnya dibagi menjadi tiga. Sepertiga untuk pemilik rumah, dan sepertiga untuk pekerja yang buahnya kecil sejak itu dibungkus dengan hati-hati dengan daun pisang. Sisanya untuk biaya operasional seperti daun pisang dan tali untuk pemasangan.

Peternakan

Kuliner Musik Dan Ulama Dari Buncit. Lalu bagaimana keadaan di sekitar prapatan Pejaten Village saat itu? Sampai tahun 1975, masih berupa areal persawahan yang ditumbuhi rerumputan dan alang-alang. Lainnya terdiri dari genangan air. Banyak ikan Betawi tumbuh di sini. Pada saat itu, penduduk juga mendapatkan penghasilan dari ternak. Pemilik properti memelihara lusinan sapi. Saat itu, jumlah sapi di Buncit bisa mencapai ribuan. kata H. Endi sekarang, hanya sekitar 300 ekor sapi. Sedangkan kemacetan bisa dihitung dengan jari.

Kuliner Musik, Ternak Sapi
Peternakan Sapi/Foto: Doc LKB

Lalu bagaimana dengan masa depan para peternak?, H. Endi, yang mertuanya memiliki perusahaan peternakan sapi terbesar pada masa itu, menjadi pemasok daging di Jakarta. Seperti nasib peternakan belimbing yang punah, perdagangan hewan ternak juga akan mengalami nasib yang sama. Seorang India mengatakan di masa lalu, seseorang yang memiliki 10 ekor sapi bisa menutupi biaya hidup keluarganya. Sekarang tidak mungkin lagi. “Dulu, 15 ekor sapi bisa membeli tanah, sekarang mereka menjual tanahnya.

Oleh karena itu tidak heran jika banyak kandang sapi yang saat ini diubah menjadi sewa rumah. Melalui mereka, sapi dijual dengan harga sekitar 15-50 juta rupiah. Hasil penjualan sapi cukup untuk membangun rumah kontrakan. Kandang sapi dengan ketinggian 400 meter, misalnya, bisa menjadi sewa rumah sebanyak 15 unit. ”Satu unit dikontrak Rp 1.500.000 per bulan. Hasilnya sangat bagus.

Yang di mengkhawatirkan para peternak Boncit, dan jumlah peternak Kuningan yang jauh lebih banyak, adalah harga pakan ternak yang sekarang terlalu mahal. Dulu kita bisa ambil rumput dari Buncit, sekarang kita harus ke Cengkareng, Kapuk Muara dan pinggiran Jakarta lainnya.

Di tengah masuknya pendatang, cangkang telur masih ada di Buncit. H. Hendi berani memastikan bahwa di antara penjual cangkang telur yang sering nongkrong di pusat perbelanjaan, department store dan pusat keramaian, 99% Warung Buncit. Mereka telah diperdagangkan secara turun-temurun sejak kakek/engkong mereka dijual di Pasar Gambir pada tahun 1940-an. kata H. India Sangat menggembirakan bahwa kerak telor kini telah memasuki toko-toko mewah. Mereka bahkan sampai ke Bandung dan Surabaya dan lembur ke Manado.

Kuliner

Kuliner Musik Dan Ulama Dari Buncit. Kerak telor itu makanan yang lahir dari daerah Buncit, bahkan sebagian besar pedagang adalah warga Betawi dari Buncit. Kalau di pinggir-pinggir 90 persen dihuni pendatang, tapi kalau kita tengok agak ke dalam masih sekitar 60-70 persen adalah warga Betawi asal Buncit.

Kerak Telor
Penjual Kerak Telor/Foto: Dok LKB

Warga Buncit dikenal sebagai warga yang sangat agamis, apalagi setiap hari Ahad pagi selalu menghadiri pengajian di Majelis Taklim Kwitang. ”Saya sendiri sejak masa kakek saya sampai kini masih tetap ke pengajian Habib Ali,” ujar H. Hendi.

Musik Gambus

Salah satu kegemaran warga Betawi di Buncit adalah orkes gambus, serta orkes Melayu, dan kini dangdut. Salah satu Group Gambus besar yang saat ini masih bertahan adalah Group Arrominia Pimpinan H. Ahmad Supandi kelahiran tahun 1950 an yang lahir didaerah Buncit.

Gambus
Gambus Group Arrominia/Foto: Dok LKB

Pada tahun 1950-an, warga sekitar sering patungan untuk  menumpang oplet menonton film Mesir di Bioskop Alhambra, Sawah Besar.

Ulama

Didaerah  Buncit juga dikenal sejumlah ulama yang namanya terkenal  di Jakarta, seperti KH Salam Djaelani, Kh Abdullah Musa, dan H Tohir Ghozali. KH.Soleh Jailani, KH.Muchtar Romli, KH. Yusup Hamdani, KH. Hasan Azhari, KH. Abdul Haq Ahmad dan lain-lain. Seperti umumnya ulama Betawi, mereka belajar agama di Mesir dan Arab Saudi. Di samping almarhum Habib Ali, almarhum KH Abdullah Sjafii juga merupakan ulama yang sangat dihormati di Buncit.

KH Abdullah Sjafii
Ulama KH Abdullah Sjafii/foto: kicaunews.com

Di daerah Buncit dan Mampang sampai Setia Budi ini juga terdapat sejumlah pemain rebana burdah, rebana yang berukuran 50 Cm. Sayid Abdullah Ba’mar merupakan seoraang yang mengembangkan Rebana ini  daulu merupakan orang terkaya di kawasan Kuningan dan Buncit. Wan Dulloh, panggilan tuan tanah ini, kata H. Hendi, pada 1950-an punya tanah yang kini dikenal sebagai kawasan segi tiga emas, antara Jl Gatot Subroto dan Jl Tendean.
[Rudy Albdr]

Check Also

7 Panelis Debat Perdana Pilgub Jakarta, Ketua LKB Salah Satunya

7 Panelis Debat Perdana Pilgub Jakarta, Ketua LKB Salah Satunya

Pesta demokrasi besar sebentar lagi akan diselenggarakan di Jakarta. Pemilihan Gubernur Daerah Khusus Jakarta akan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *