Site icon kebudayaanbetawi.com

Ngedelengin Tradisi Betawi

ngedelengin

Ngedelengin, Dokumentasi Lembaga Kebudayaan Betawi

Kebudayaan Betawi – Ngedelengin Tradisi Betawi. Tempo doeloe ngedelengin terjadi kalau sebuah keluarga punya anak lelaki yang sudah dewasa, sudah kerja, dan pantas berumah tangga namun si jejaka tidak memperlihatkan hasrat untuk berumah tangga. Atau mungkin si jejaka tidak berani mendekati anak perawan padahal ia sudah ngebet.  Orang tua si jejaka itu tentu saja kuatir dengan masa depan putranya. Maka dia segera menghubungi Mak Comblang. Mak Comblang bertugas mencari perempuan calon mantu atau istilah Betawinya None Calon Mantu. Jika none calon mantu telah ditemukan, maka si jejaka akan diajak musyawarah untuk berumah tangga sebelum ketelanjuran disebut jejake tue atawa bujang lapuk. Bagi masyarakat Betawi, belum menikah pada usia tertentu akan menjadi bahan fitnah atau bahan gurauan tidak sedap di telinga yang bersangkutan.

Dulu di daerah tertentu ada kebiasaan menggantungkan sepasang ikan bandeng di depan rumah seorang gadis, bila si gadis ada yang naksir. Pekerjaan menggantung ikan bandeng ini dilakukan oleh seorang pemuda atau dilakukan oleh Mak Comblang atas permintaan orang tua si pemuda. Tentu ini merupakan awal dari tugas dan pekerjaan ngedelengin.

Orang tua atau keluarga yang mendapatkan di depan rumahnya digantungkan sepasang ikan bandeng, dengan sendirinya memaklumi bahwa anak perawannya mulai ada yang penuju. Berdasarkan itu, orang tua yang bersangkutan segera memberi aba-aba kepada gadisnya untuk berhati-hati dan membatasi pergaulan atau mungkin memingitnya, tidak peduli apakah anak gadisnya masih disebut sebagai anak pitik  atau perawan masing bebulu sawan yang belum mengerti apa-apa. Pingitan itu dilakukan meskipun dia belum tahu siapa pemuda yang menaruh hati pada anak gadisnya. Maksud pemingitan bagi orang Betawi sebenarnya bukan dilarang keluar rumah. Tujuan sebenarnya adalah memberi pendidikan kepada anak perawannya berupa akidah, sopan-santun, dan yang penting lagi melatih masak-memasak. Kalau pendidikan ini sudah mantap maka keluarga si gadis akan lega melepas anaknya.

Bagi orang Betawi sebenarnya siapa saja dapat menjadi Mak Comblang. Tapi sesuai dengan sebutannya yaitu Mak Comblang,  maka dia adalah seorang perempuan yang telah berumur dan memiliki kelihaian cukup apik dalam menangkap mana sasaran yang benar-benar cocok dengan pesanan. Seorang Mak Comblang biasanya punya akses yang luas, sedemikian luasnya sehingga apa-apa yang dikemukakannya cukup absah bahkan 95 persen akurat tentang orang-orang di luar kampunya sendiri. Utamanya ia sudah punya daftar keluarga mana saja yang memiliki anak perawan dan siapa saja yang punya pengaruh di dalam keluarga tersebut.

Dengan kata lain Mak Comblang bagi orang Betawi adalah profesi. Setiap keluarga yang dikunjunginya pasti akan mengkaitkan dengan profesinya yaitu mencari sasaran anak perawan yang akan ditangkap. Sehingga sebuah keluarga yang dikunjungi akan menampilkan dan memperlihatkan anak gadisnya di hadapan Mak Comblang. Banyak cara untuk menampilkan anak gadis ke hadapan tamu, misalnya mengeluarkan pengetean bagi tamu dan tamunya adalah Mak Comblang sendiri. Setelah si gadis masuk, biasanya orang tuanya bercerita panjang lebar tentang kelebihan dan kebaikan anak gadisnya meskipun dengan gaya bahasa penuh kiasan.

“Mpok ngkali aje ude denger cerite orang, anak saye itu perawan nyang baek. Itu kan kate orang. Saye kendiri nyang jadi maknye, suka takut, kuatir. Orang kate biar die ude bise bikin sayur asem ame sambel terasi, tapi tamat Qur’annye baru tige kali. Jadi sekirenye kedatengan Mpok emang ade penuju, biar kate ni ati ade senengnye, kuatirnye masing gede aje buat ngelepasin anak kite. Maklum, takut ngecewain…”

Kalimat bersayap seperti itu akan kian gencar, terutama jika Mak Comblang memperlihatkan perhatian yang serius terhadap setiap kata yang diucapkan ibu si gadis. Seorang Mak Comblang yang sedang bertugas biasanya memang mendapat syarat atau pesan sponsor dalam mencari calon mantu. Syarat utama dan tidak bisa diabaikan adalah ketaatan beribadah dan kemampuan mengurus rumah. Ini bisa dilihat dari kebiasaan si gadis sejak dari rumah orang tuanya. Oleh karenanya obrolan antara Mak Comblang dan keluarga si gadis berkisar pada pengaruh agama Islam dalam kehidupan sehari-hari si gadis.

Seperti di sebut di atas, ngedelengin bisa dilakukan siapa saja termasuk si jejaka sendiri. Pada sebuah keriaan atau pesta perkawinan biasanya ada malem mangkat. Keriaan seperti ini memang selalu melibatkan pertisipasi pemuda. Maka anak-anak muda (putra-putri) memanfaatkannya sebagai sarana bertemu dan saling kenalan di antara mereka. Di sinilah para jejaka menyeleksi siapa yang disukainya dan begitu pula  sebaliknya.  Jika seorang pemuda tertarik pada seorang gadis sementara si gadis tidak memperlihatkan reaksi positif, maka sepulang dari keriaan itu si pemuda mencurahkan isi hati kepada orang tuanya. Orang tuanya kemudian mengutus Mak Comblang untuk ngedelengin sambil mengadakan pendekatan atau lobby dengan berbagai cara.

Orang-orang tua pun bisa mempraktekkan ngedelengin meski hanya pada tahap awalnya saja. Evennya tentu pada saat ada keriaan. Orang tua memasang mata mencari sasaran yaitu calon none mantu yang cocok di antara sekian banyak gadis yang melibatkan diri dalam  kesibukan. Jika dirasa ada yang pas, maka ia akan mengutus Mak Comblang meneruskan apa yang telah diawalinya itu.

Sejak Mak Comblang menyatakan kesediannya melaksanakan tugas, maka saat itulah sebenarnya dimulai apa yang disebut acare ngedelengin yang sesungguhnya. Mak Comblang mulai berkunjung ke rumah keluarga yang menjadi sasaran. Biasanya Mak Comblang akan diterima oleh ibu si gadis. Obrolan antara mereka tidak to the point, kecuali jika antara Mak Comblang dengan ibu si gadis sudah kenal dekat. Jika Mak Comblang mendapat isyarat bahwa pembicaraan sudah mengarah ke jalurnya sebenarnya, dengan sendirinya obrolan akan mengarah kepada maksud dan tujuan utama.

“Ngomong-ngomong, mane sih anak ayam kite?” Begitu biasanya Mak Comblang mengarahkan obrolan.  Sesuai adat Betawi, dengan pertanyaan Mak Comblang itu, ibu si gadis wajib memanggil putrinya untuk menemui Mak Comblang. Pertanyaan Mak Comblang sebagai pertanda bahwa gadis yang jadi bahan pembicaraan sudah masuk  dalam nominasi. Gadis ini bisa dicalonkan sebagai menantu dari orang yang memberinya tugas. Walaupun mungkin Mak Comblang masih memiliki calon lain, ia wajib memberikan uang sembe (disebutnye uang sembe ngedelengin di dalam amplop atau angpaw) langsung kepada gadis yang ada dihadapannya. Uang sembe ini memang sudah disiapkan oleh orang yang menugaskannya. Biasanya walaupun dengan malu-malu, uang sembe itu diterima si gadis sambil mencium tangan Mak Comblang.

Uang sembe sifatnya tidak mengikat kecuali sebagai tanda perkenalan saja. Uang sembe ini akan terus diberikan Mak Comblang kepada si gadis (None Calon Mantu) setiap datang. Ini berlangsung terus sampai tercapainya kesepakatan untuk meningkatkannya dari ngedelengin ke Acare Ngelamar.

Jika karena sesuatu dan lain hal pihak keluarga lelaki (identitasnya selalu dirahasiakan) tidak sependapat dengan tawaran Mak Comblang, pada kedatangan yang kedua Mak Comblang wajib menyatakan pembatalan dengan segala kemampuannya sehingga tidak mengecewakan pihak si gadis. Oleh karena persoalan hati nurani seperti inilah maka pekerjaan Mak Comblang bukanlah sebuah profesi yang mudah dan ringan. Ia justru memerlukan keahlian khusus, terutama keahlian meracik kalimat menjadi enak didengar dan mampu memberi pengertian sekaligus menghipnotis lawan bicaranya.  Sesungguhnya,  Mak Comblang memang orang yang dihormati oleh masyarakat Betawi.

Dalam Ngedelengin bukan tidak mungin terjadi dua atau tiga Mak Comblang yang datang untuk seorang gadis yang sama. Jika ini terjadi, maka tiap Mak Comblang punya kesempatan sama untuk mencoba merebut hati si gadis maupun orang tuanya. Kompetitif sekali sifatnya dan memang begitu seharusnya. Jadi serorang gadis akan banyak sekali menerima uang sembe ngedelengin karena uang itu tidak mengikat.

Dalam situasi begini peran Mak Comblang sangat strategis. Dia akan berupaya mengarahkan pilihan orang tua si gadis dengan mengekspose kelebihan dan keunggulan pemuda dan keluarga yang diwakilinya. Dari kompetisi itu akhirnya hanya ada satu yang diterima. Sementara itu bagi Mak Comblang yang calonnya ditolak harus berlapang dada dan tidak berusaha dengan menggunakan black magic. Pokoknya tidak ada pihak yang merasa dihina dan disakiti.

Bagi Mak Comblang yang diterima akan meningkatkan kegiatannya dan keluarga yang mengutusnya meningkatkan pula suplai kebutuhan percomblangan itu. Sang jejaka pun sudah berani datang untuk ngelancong. Ngelancong pertama kali biasanya si jejaka ditemani oleh temannya, karena ia belum berani datang sendiri. Dalam ngelancong jejaka tidak bertemu secara langsung dengan gadis demenannya (pujaannya). Ia disambut oleh ayah si gadis dan diantara keduanya terjadi pembicaraan yang sifatnya saling menjajagi. Jika si jejaka ingin menyapa atau berbicara, maka pembicaraan dapat dilakukan memalui jendela intip atau jendela jejaka. Jendela ini memang selalu ada pada rumah-rumah Betawi asli. Jika sampai waktu penentuan ngelamar, maka Mak Comblang akan menjadi juru  bicara perihal kapan dan apa saja yang akan jadi bawaan ngelamar. Sampai di sini dilanjutkan dengan acare ngelamar. (Yahya Andi saputra)

Exit mobile version