TIGA PEREMPUAN DALAM CERITA RAKYAT BETAWI – Dalam folklore atau cerita rakyat di nusantara, bermunculan perempuan menjadi tokoh tokoh utamanya. Dalam cerita rakyat di Betawi pun muncul tokoh perempuan yang, baik yang akhir hidupnya tragis maupun membahagiakan. Pada masa kini, dunia kreatif terinspirasi oleh sejarah hidup perempuan itu. Mereka mengalihwahanakannya ke dalam berbentuk kerja kretaif yang beragam dan menebalkan kocek. Ketiga perempuan itu antara lain :
Nyai Dasima
TIGA PEREMPUAN DALAM CERITA RAKYAT BETAWI . Alkaisah, kira-kira tahun 1813 hidup seoang Tuan Tanah orang Inggris bernama Edward Williams, biasa disapa Tuan We. Ia mempunyai istri Dasima. Sang Nyai hidup penuh kebahagiaan dengan Tuan We. Kebahagiaan dan kekayaan ternyata memicu kecemburuan Samioen, yang ingin mempersunting sang Nyai. “Kekafiran” Tuan We semakin membuat Samioen nekat untuk merebut Dasima. Untuk melancarkan rencana, Samioen mengupah Mak Boejoeng untuk menjadi pembantu di rumah gedong milik Tuan We.
Selain ditugaskan mengompori Dasima, Mak Boejoeng harus mengambil rambutnya yang kemudian diserahkan pada Haji Salihoen dukun pelet. Pekerjaan dukun pelet berhasil dan malah Hayati sang istri yang suka berjudi dan Mak Leha ibu kandung Samiun, “merestui” pernikahan antara keduanya.
Di tangan Samioen Dasima hanya jadi obyek pemerasan dan hartanya yang diberikan Tuan We makin lama makin terkuras dan bahkan, akhirnya Samioen ingin memiliki sendirian harta Dasima. Dengan nafsu begitu besar Samioen menyewa seorang jawara bernama Puasa yang menghabiskan nyawa Dasima dan tubuhnya dilempar ke dalam aliran kali Ciliwung.
Mirah
TIGA PEREMPUAN DALAM CERITA RAKYAT BETAWI . Di jaman Belanda, sekitar akhir abad 19, keadaan Marunda amat kacaunya. Daerah ini sering didatangi perampok baik dari laut maupun dari darat. Jika ada yang berani melawan dibunuhnya. Marunda juga sering didatangi jagoan dari tempat lain. Jagoan itu menakut-nakuti penduduk, lalu memeras dan merampas hartanya.
Pihak penjajah Belanda kurang memperhatikan keamanan Marunda. Bahkan kaki tangan Belanda ikut-ikutan memeras penduduk. Kaki tangan Belanda itu tuan-tuan tanah, demang, dan opas yang sering mendatangi penduduk untuk menarik pajak yang memberatkan rakyat.
Tersebutlah Bang Bodong seorang jago yang tinggal di Marunda. Bang Bodong pemberani, namun penolong rakyat. Ia tak pernah sombong, meskipun tidak sedikit lawan yang dibuatnya pecundang. Bang Bodong mempunyai anak perempuan, Mirah namanya. Kemudian hari karena kemampuannya maen pukulan dan keberaniannya, Mirah digelari Singa Betina dari Marunda
Suatu hari Bodong merasa dirinya sudah tua, lalu dipanggilnya Mirah seraya berkata:
“Mirah anakku, aku makin tua, dan tak ada pula anak lelaki penggantiku. Untuk menjaga keamanan kampung kita. Sedangkan rampok dan garong makin merajalela. Aku khawatir kalau kampung kita ini akhirnya musnah”
Mendengar kata-kata ayahnya, Mirah termenung sejenak, lalu berkata:
“Ayah tak perlu khawatir. Biar Mirah perempuan, Mirah sanggup menjaga Marunda, kampung tumpah darah Mirah. Ajarkanlah Mirah maen pukulan. Tentu Mirah babat habis semua garong dan rampok yang mengganggu kampung kita”
TIGA PEREMPUAN DALAM CERITA RAKYAT BETAWI . Bodong terharu melihat niat tekadnya. Kuali ketemu kekep. Maka Mirah pun diajarnya maen pukulan. Bukan main cepatnya Mirah menurunkan ilmu ayahnya. Dalam waktu tak terlalu lama Mirah sudah dikenal sebagai perempuan jago maen pukulan dari Marunda. Apalagi Mirah berparas cantik, maka tidak sedikit pemuda yang ingin menjadi kawan hidupnya. Tapi dengan halus lamaran ditolaknya, walau batang usianya sudah cukup tinggi untuk menikah.
Pada suatu sore, Bang Bodong berkata kepada Mirah:
“Mirah, kau cantik, aku bangga padamu. Tapi sayang engkau belum mau bersuami, padahal usiamu sudah cukup, Rah. Kalau nanti datang lamaran lagi, janganlah engkau tolak. Terimalah Mirah”.
Ariah
Ariah sering pula disebut tanpa huruf akhir h, Aria, dan entah kenapa sering juga disebut Maria, gadis cantik berkulit putih. Sejak kecil sudah yatim. Kehidupan keluarga yang sederhana, membawa Ariah membantu mencari nafkah dengan mencari kayu bakar, sayuran dan telur ayam hutan di hutan Ancol.
Banyak pria kaya tertarik akan kecantikan Ariah. Beberapa kali Ariah menolak lamaran saudagar, karena tak ingin melangkahi kakak perempuannya, Asmani, yang belum berjodoh.
Pagi-pagi Ariah meninggalkan rumah untuk mencari kayu bakar, sayur-sayuran, dan telur ayam hutan. Ia tiba di Ancol. Laut terhampar di hadapannya. Tiba-tiba dari sela-sela pokok kayu muncul dua sosok laki-laki berbaju hitam dan langsung menangkap Ariah. Ariah Memberontak dan melawan. Kedua lak-laki itu tak dapat menahan amarah dan langsung mengeluarkan golok lalu menebas leher dan punggung Ariah. Dua sabetan golok mengakhiri hidup Ariah. Mayat Ariah dibuang ke laut.
Kedua laki-laki itu yang ternyata Pi’un dan Sura, setelah membunuh Ariah menggotong jenasah Ariah ke pinggir laut. Pi’un dan Sura kaki tangan seorang pemuda kaya raya bernama Tambahsia. Tambahsia bertabiat buruk. Ia mempunyai kesenangan memperkosa perempuan di villanya di Ancol yang bernama Bintang Mas. Tugas Pi’un dan Sura mencari perempuan untuk dimangsa majikannya.
Kematian Ariah menjadi dongeng. Banyak orang Betawi pesisir yakin bahwa Ariah, yang diberi nama julukan si Manis, itu menjadi penguasa laut Utara. Banyak orang Betawi pesisir yang tidak menyebut nama aslinya, melainkan si Manis saja. Diyakini si Manis mempunyai pengawal yang gagah berani. Pengawal itu adalah makhluk dari alam lain. Mereka adalah si Kondor, yaitu siluman monyet, si Gempor, dan si Gagu.
Ya, karena kisah hidup Ariah yang pahit dan getir dalam mempertahankan kehormatannya itulah, perempuan yanfg ditinggal mati ayahnya sejah kecil ini mendapat apresiasi atau penghormatan yang cukup tinggi dari masyarakat Betawi. Namun dunia intertainment menafsirkannya secara keliru, Aria menjadi hantu yang mengganggu orang yang melewati kawasan Ancol. Jelas sekali diketahui tafsir yang semberono itu dari judul sinetron ”Si Manis Jembatan Ancol”.
Begitulah profil singkat dari tiga perempuan dalam cerita rakyat Betawi. Siapakah perempuan Betawi lainnya? Nantikan artikel lanjutannya