Site icon kebudayaanbetawi.com

SARUNG DALAM EKSPRESI KESENIAN BETAWI (Bagian 5)

SARUNG DALAM EKSPRESI KESENIAN BETAWI (Bagian 5)

Lipet Gandes, Dokumentasi Lembaga Kebudayaan Betawi

SARUNG DALAM EKSPRESI KESENIAN BETAWI (Bagian 5) – Kesenian Topeng Betawi mulai tumbuh pada awal abad ke-20, terutama di daerah pinggiran Jakarta. Karena tumbuhnya di pinggiran Jakarta, topeng Betawi dipengaruhi oleh kesenian Sunda. Ada yang berpendapat topeng Betawi berasal dari kesenian ubrug. Ubrug merupakan seni topeng yang menampilkan teater tradisional Betawi dengan diiringi waditra terompet, kendang, biang (rebana besar) dan kempul. Seluruh pemainannya adalah pria yang menyajikan tarian, nyanyian, lawakan, dan gedebus (akrobatik dan sulap).

Pertunjukan topeng Betawi diiringi oleh musik yang disebut tabuhan topeng. Tabuhan topeng terdiri dari rebab, kromong tiga, gendang besar, kulanter, kempul, kecrek, dan gong buyung. Lagu yang dimainkan lagu Sunda Gunung yang khas daerah pinggir Jakarta. Nama lagunya antara lain Kang Aji, Sulamjana, Lambangsari, Enjot-enjotan, Ngelontang, Glenderan, Gojing, Sekoci, Oncom Lele, Buah Kaung, Rembati, Lipet Gandes, Ucing-Ucingan, Gegot, Gapleh, Karantangan, Bombang, dan lain-lain.

Pertunjukan topeng Betawi biasanya diadakan sehubungan dengan pesta perkawinan, hitanan, dan nazar. Pertunjukan yang dimaksudkan membayar nazar ditandai dengan upacara ketupat lepas. Ada upacara yang harus dikerjakan sebelum pementasan topeng. Upacara ini bertujuan agar pertunjukan selamat dan agar alam tidak marah yang dapat membinasakan manusia.

Pertunjukan topeng Betawi berjalan semalam suntuk. Pertunjukan dibagi dalam tiga bagian, yaitu bagian pertama pralakon, bagian kedua lakon atau cerita inti dan bagian ketiga Jantuk. Pralakon dimulai setelah shalat Isya atau sekitar pukul 20.00 WIB dengan menampilkan lagu instrumentalia yang disebut Arang-Arangan dan tetalu yang berfungsi sebagai pemberitahuan kepada khalayak yang ada di sekitar tempat pertunjukan bahwa pertunjukan akan dimulai atau dapat pula dikatakan sebagai upaya memanggil penonton. Setelah instrumentalia dilanjutkan dengan tari Topeng Kedok atau Topeng Tunggal. Setelah itu dilanjutkan dengan penampilan tari yang disebut Lipet Gandes. Penari perempuan yang  berbusana gemerlap dan indah dikuti dengan penari laki-laki berbusana sederhana. Di tengah tarian, penari lelaki muncul dengan gerak lucu. Dengan gerak yang lucu itu, penari lelaki menggoda penari perempuan. Pada bagian ini memang penari lelaki menjadi bodor. Selanjutnya pasangan yang kontras ini manari, menyanyi, dan melawak.

SARUNG DALAM EKSPRESI KESENIAN BETAWI (Bagian 5). Bagian kedua adalah tontonan inti, berupa lakon atau cerita. Bagian ini memakan waktu hampir 2/3 seluruh waktu pertunjukan. Pada masa lampau ditampilkan tiga atau empat lakon pendek misalnya berjudul : Mandor Timpajali, Lurah Karsiah, Tongtolang Nangka, Si Bego, Abu Nawas, dab lain-lain. Kemudian  pertunjukan semalam suntuk. Beberapa lakon panjang semalam suntuk itu antara lain berjudul : Bapak Sarkawi, Jurjana, Mandor Dul Salam, Macan Putih Empat Bayangan, Pendekar Kucing Item, Tuan Tanah Kedawung, Lurah Barni dari Rawa Kalong, Lurah Murja, Rojali Anemer Kodok, Asan Usin, Daan Dain, Waru Doyong, Aki-Aki Ganjen, dan sebagainya. Pada era modern, H. Bokir Jiun menciptakan lakon-lakon baru, antara lain : Bodoh Pinter, Doblang, Kuda Belang, Gelang Rante, Sinden Siluman, Umar Amir, Gila Ronggeng, Mabok Lagi, Kumpul Kebo, Jadi Bujang, Salah Wesel, dan Melet Nih Ye…. Bahasa yang digunakan adalah dialek Betawi pinggir, yang umumnya disebut Bahasa Betawi Ora.

Setelah lakon inti selesai, bagian penutup dimulai yang berisi lakon Bapak Jantuk (selalu menyelempangkan kain sarung di pundaknya). Lakon Bapak Jantuk berlangsung sampai datangnya waktu subuh. Cerita Bapak Jantuk berkisar sekitar Bapak Jantuk yang gembira sambil menimang anaknya. Kegembiraan Bapak Jantuk terhenti ketika ia merasa lapar dan ingin makan. Namun Bapak Jantuk sangat kecewa lauk kesukaannya, totok (kepala) ikan peda, hilang yang setelah diselidiki ternayat dicuri kucing. Bapak Jantuk marah kepada istrinya, Mak Jantuk. Mak Jantuk tidak menerima perlakuan Bapak Jantuk. Mereka bertengkar. Puncak pertengkaran Bapak Jantuk menceraikan Mak Jantuk.

Dalam seluruh pertunjukan Topeng Betawi berdurasi semalam suntuk, sarung memang dominan. Tetapi ada bagian yang paling dominan memanfaatkan sarung yang dibawakan oleh seorang pemainnya. Seperti diurai di atas, bahwa sesudah tari Topeng Tunggal selesai, dilanjutkan dengan tari hiburan yang diberi nama tari Kembang Topeng. Tari Kembang Topeng saat ini lebih dikenal dengan sebutan Lipet Gandes. Lipet Gandes artinya menari ditingkahi gerak jenaka dan dialog penuh humor. Penari laki-lakinya sering disebut bodor yang fungsinya antara lain memberikan penjelasan sanggar apa yang tampil, siapa pimpinannya, di mana alamatnya, dan hal-hal lain seperti menjelaskan busana yang dikenakan ronggeng (penari perempuan). Dinamakan tari Lipet Gandes karena tari ini lebih sering diiringi lagu Lipet Gandes.

SARUNG DALAM EKSPRESI KESENIAN BETAWI (Bagian 5). Dewasa ini baik ronggeng maupun bodor berekspresi bebas dengan membawakan lagu pop, dangdut, dan sebagainya. Pada bagian inilah sering terjadi interaksi intensif dengan penonton. Penonton dapat meminta lagu dan ronggeng atau bodor dapat meminta saweran.  Tari ini selalu diikuti oleh kemunculan bodor. Ronggeng yang menarikan tari Kembang Topeng menggunakan kostum indah, warna gemerlapan, dan meriah. Sementara penari bodor adalah seorang laki-laki yang kostumnya sederhana dengan pola gerak jenaka. Geraknya yang jenaka lebih terlihat dari pemanfaatan sarung yang digunakannya. Kedua pasangan yang serba kontras ini menari, menyanyi dan melawak diiringan lagu Lipeng Gandes, Ucing-ucingan, dan Corik Jangkrik. Apabila dianggap masih cukup waktu sebelum memasuki bagian kedua, maka ditampilkan tari Ronggeng Topeng, yang diiringi lagu Gegot, Gapleh, Karantangan, dan Bomban.

Bodor yang bermain bebas dan lepas itu melakukan aksinya yang lucu dengan memanfaatkan sarung. Sarung di tangan bodor dapat dijadikan menjadi kawan bermain atau properti yang dinamis. Gerak dinamis yang lincah jenaka dapat memberikan ruang sebebas-bebasnya bagi bodor. Sarung yang dipakainya dimanfaatkan untuk mengekspresikan apa dan siapa bodor sebenarnya. Dengan sarungnya, bodor dapat menjadi bermacam-macam hewan dan menirukan suara yang jenaka. Di saat lain, bodor memanfaatkan sarungnya bercengkrama dengan berbagai suara yang diciptakannya, termasuk kentut dan suara-suara aneh lainnya yang jenaka. Atau dengan sarungnya, bodor dapat menjadi penghubung antara kehidupan alam kasar ke kehidupan alam halus. Artinya terjadi semacam simbol keseimbangan hidupa manusia dengan hidup makhluk halus atau bahkan dengan Yang Maha Tinggi. (Bersambung Tamat)

Exit mobile version