Site icon kebudayaanbetawi.com

SARUNG DALAM EKSPRESI KESENIAN BETAWI (Penutup)

SARUNG DALAM EKSPRESI KESENIAN BETAWI (Penutup)

Yahya Andi Saputra, Dokumentasi Lembaga Kebudayaan Betawi

SARUNG DALAM EKSPRESI KESENIAN BETAWI – Sarung dalam kesenian Betawi memiliki posisi yang penting. Sarung bukan hanya berfungsi sebagai pelengkap tata busana pertunjukan, tetapi yang lebih utama menjadi ‘sesuatu’ yang menjangkau ruang transenden. Kita yakin, kesenian merupakan unsur kebudayaan yang paling mudah dikenali dan dinikmati oleh banyak orang, bahkan seringkali orang menganggap bahwa kebudayaan itu identik dengan kesenian, atau dalam bahasa sehari-hari seringkali disebut sebagai seni budaya. Hal ini tidak sepenuhnya salah, juga tidak sepenuhnya benar, karena kesenian hanya merupakan salah satu unsur dalam kebudayaan disamping unsur-unsur yang lainnya.

Kesenian pada dasarnya merupakan ekspresi estetika dari suatu kelompok etnik, yang terwujud  ke dalam berbagai bentuk ungkapan seni, seperti seni tari, seni pertunjukan, seni musik, seni lukis, seni bangunan, dan sebagainya. Dalam ekspresi karya seni, biasanya terkandung nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat pemiliknya.

Kesenian Betawi merupakan salah satu unsur kebudayaan Betawi yang mengekspresikan nilai budaya masyarakat Betawi. Sebagaimana karakteristik masyarakat Betawi yang multikultur, kesenian Betawi umumnya juga merupakan hasil akulturasi dari beragam unsur seni yang membentuknya, sesuai dengan kelompok etnik yang mengembangkan serta sejarah pembentukannya.

Tidak pelak lagi, kesenian Betawi dianggap sebagai gambaran kebudayaan dan kehidupan  masyarakat itu sendiri. Corak interaksi dan estetika masyarakat seringkali tergambar dalam kesenian. Sebagai contoh, nuansa Islam banyak ditemukan dalam kesenian-kesenian Betawi karena Islam adalah agama yang dominan di masyarakat Betawi. Pawai yang ceria dan ramai dalam arak-arakan ondel-ondel dapat menggambarkan kehidupan masyarakat Betawi yang terbuka, santai, bergembira, memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi, ramah dan suka pada keramaian. Tata busananya pun – khususnya busana pengantin adat Betawi – dapat menggambarkan perbauran berbagai unsur.

Sifat aneka ragam dalam kesenian Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing. Sistem seni budaya di Betawi sangat dipengaruhi pada nilai filosofi masyarakat dimana kesenian itu berkembang. Tanpa disadari, perkembangan seni tradisi di masyarakat Betawi merupakan perwujudan dari corak wilayah tempat tinggalnya.

Di wilayah budaya Betawi Tengah, tampak keseniannya sangat besar dipengaruhi kesenian Melayu, sebagaimana jelas terlihat pada orkes dan tari Samrah. Disamping itu masyarakatnya merupakan pendukung kesenian bernafaskan Agama Islam, sehingga kesenian yang berkembang sangat religius. Kesenian menjadi media dakwah, penceritaan sejarah dari tokoh –tokoh besar agama, dan mengajarkan kebaikan. Contoh: Rebana, Samrah, Gambus, Tari Blenggo, Zapin, dan sebagainya.

Betawi pada daerah pinggir masyarakatnya lebih beragam dan berkepribadian sangat sederhana. Mereka hidup sebagai petani yang menyatu dengan alam. Sehingga kesenian yang muncul mengalir dengan sedirinya dengan membawa nilai-nilai yang menceritakan kehidupan sehari-hari, mempertanyakan nasib, menghibur penonton dengan lucu-lucuan, arak-arakan, dan kejadian-kejadian yang sering terjadi. Sehingga yang banyak dimunculkan adalah keceriaan dan keselarasan dengan alam. Contoh: Topeng Betawi, Lenong, Rebana Biang, dan sebagainya.

Masyarakat Betawi yang mendiami pesisir adalah masyarakat nelayan dan pedagang. Bagi mereka, silahturahmi dan hubungan baik sangatlah penting. Sehingga tari-tari yang berkembang adalah tari-tari pergaulan yang sangat menghibur.

Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa kesenian merupakan perwujudan ide yang dikomunikasikan secara apik dan memiliki kemampuan yang sangat besar untuk membentuk opini dan membuat penontonnya menerima ide-ide tersebut dengan mudah. Oleh karena kesenian memiliki sifat yang sangat mudah diterima oleh masyarakat, maka kesenian juga sering digunakan untuk menyampaikan nilai-nilai kepada masyarakat.

Banyak orang berpendapat bahwa identitas masyarakat Betawi adalah keislamannya. Boleh iya, boleh tidak. Bagi saya, identitas masyarakat Betawi adalah kebetawiannya atau keetnisannya. Orang dapat saja dengan mudah berpindah keyakinan keberagamaannya, tetapi apakah kemudahan itu dapat pula diterapkan pada kesukuan. Identitas kebetawian dikenali sebagai kearifan lokal dapat diketahui dari kebiasaan leluhur masyarakat Betawi menciptakan watak masyarakatnya. Misalnya ada ajaran ajér dan gandès yang harus dimiliki orang Betawi. Ajér adalah watak yang memperlihatkan keramahan atau wajah yang memancarkan keceriaan sehingga tiap orang melihat akan bahagia dalam aura keramahtamahan. Oleh masyarakat sekarang, ajér diterjemahkan menjadi egaliter dan transparan. Gandès adalah perilaku lincah dan dapat bersosialisasi dengan lingkungan yang beragam latarbelakang budaya. Bagaimana seseorang dapat memaknai dirinya dalam kondisi apapun, tidak mudah terpengaruh dengan sesuatu yang belum jelas persoalannya, dan berada sejauh mungkin dari suuzzon (perasangka buruk). Gandès diterjemahkan dengan fleksibel atau lentur dalam berbagai keadaan.

Daging empal pake mentega

Cumi-cumi ikan gurita

Kearifan lokal wajib dijaga

Demi keluhuran negara kita

 

Jakarta, Agustus 2021

(Kembali Bagian 1)

Kepustakaan

 

Chaer, Abdul.

  1. Folklor Betawi : Kebudayaan dan Kehidupan Orang Betawi. Depok : Masup Jakarta.

Damono, SapardiDjoko, 2012. AlihWahana. Jakarta :Editum.

Dinas Museum danPemugaran DKI Jakarta.

  1. Beberapa Segi Sejarah Masyarakat – Budaya Jakarta. Jakarta: Dinas Museum dan Pemugaran DKI Jakarta.

Fabricius, Johan.

  1. Burung-Burung Wallet Kalapanunggal. Jakarta: Pustaka Azet.

Grijns, C.D.

  1. Kajian Bahasa Melayu – Betawi. Jakarta : Grafiti.

Muhadjir, dkk.

  1. Peta Seni Budaya Betawi. Jakarta : Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.

Permana, R. CecepEkadanUntungYuwono (Penyunting).

  1. Langgam Budaya Betawi. Depok : FIB Universitas Indonesia.

Probonegoro, NinukKleden.

  1. Teater Lenong Betawi : Studi Perbandingan Diakronik. Jakarta :YayasanObor Indonesia danYayasan Asosiasi Tradisi Lisan.

Pudentia MPSS. 2000. Makyong : Hakikat dan Proses Penciptaan Kelisanan (Disertasi). Depok : Program PascasarjanaFakultasSastraUniversitas Indonesia.

Rachem, Drs. Abd., Wiwiek Widyastuti, Drs. Rachmat Syamsudin.

  1. Petunjuk Praktis Latihan Gerak Dasar Tari Topeng Betawi. Dinas Kebudayaan DKI Jakarta.

Saputra, YahyaAndi.

  1. Upacara Daur Hidup Adat Betawi. Jakarta :Wedatama Widya Sastra.

Sedyawati, Edi.

  1. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta : Sinar Harapan.

Sispardjo, Srijono.

  1. “Bodor Lawak Gaya Betawi”, BeritaBuana, 5 Desember 1980.

Soetomo, Greg.

  1. Krisis Seni Krisis Kesadaran. Jakarta : Kanisius.

Spradley, James P.

  1. Metode Etnografi. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Jogja.

Teeuw, A.

  1. Indonesia Antara Kelisanan dan Keberaksaraan. Jakarta : Pustaka Jaya.

Zaen, Nur danYahya Andi Saputra.

  1. Profil Seni Budaya Betawi. Jakarta : Disparbud. Provinsi DKI Jakarta.
Exit mobile version