DANDANAN RIAS BESAR TUAN PUTRI – Dimasa sekitar tahun 1930-an Busana Pengantin Putri Kaum Betawi dikenal dengan sebutan Dandanan Rias Besar Tuan Putri. Asal muasalnya hampir dapat dipastikan sama dengan ulasan awal dalam hal Busana Pengantin Tuan Raja Muda, yaitu busana ini hanya dikenakan di kalangan keluarga sultan dan kaum bangsawan sebelum masa kejaayan Belanda di kawasan Jayakarta ini. Rias Besar Pengantin Tuan Putri dalam susunan yang terdiri dari :
TUAKI yaitu baju atas yang oleh orang belanda disebut blouse terbuat dari bahan berwarna polos yang gemerlapan, mungkin sekarang sejenis dengan bahan lame warna apa saja. Setinggi 2 cm dibuat sebatas sedikit dibawah pinggul. Warna gemerlapan baju ini lambang harapan yang cerah bagi masa depan kedua pengantin beserta sanak keluarga dan keturunannya.
Model busana ini berpotongan gaya cina dengan leher tertutup
KUN yaitu baju bahagian bawah yang biasanya disebut rock dan dibuat melebar potongan “clock-rock” dihiasi potongan-potongan emas, batu permata dan mutiara yang biasanya dibuat sepasang dengan gambar hiasan pada Jubah Pengantin Tuan Raja Muda. Bahan dasar pembuat KUN tidak terikat warna namun dibuat serasi dengan TUAKI terikat warna namun dibuat serasi dengan TUAKI sebagai baju atasnya, yang biasanya warna khasnya adalah warna-warna yang cerah. Ditambahkan di sini bahwa, nama-nama kedua potongan besar baju Tuan Putri ini berdasarkan hasil penelitian door to door yang telah kami lakukan dikalangan ibu-ibu Tua Perias Pengantin Betawi diperkirakan berasal dari Bahasa Cina Kuno yang dibawa oleh pendiri dan kerabat pendiri Masjid Jami Kebun Jeruk dan Masjid Jami Angke. Terus terang secara linguistik penjelasan ini belum diuji kebenarannya, walaupun barangkali diperlukan, namun penelitian ini sekedar dan terbatas dalam hal busana-busana Masyarakat Betawi saja tanpa mempersoalkan nama dan asal bahasanya.
TUTUP DADA disebut D ELIME adalah merupakan hiasan penutup dada Tuan Putri. Hasil Penelitian memperlihatkan bahwa dari kumpulan khasanah budaya Indonesia, secara khusus, pada kelompok Busana Pengantinnya, disebut Tutup dada itu terdiri dari delapan potong kecil yang simetris satu sama lain.
DANDANAN RIAS BESAR TUAN PUTRI. Tutup dada ini berisikan lempengan-lempengan emas terbentuk simbol bintang merupakan lambang-lambang kesuburan perkawinan lainnya yang secara menyeluruh merupakan manifestasi kebesaran Allah dalam memberkahi perkawinan umat manusia. Sebagaimana terlihat di masa sekarang ini, hiasan itu baik untuk Busana Tuan Raja Muda maupun Busana Tuan Putri banyak diganti dengan hiasan mote dan manik-manik, sehingga lebih berkesan sekedar kegemerlapan dari pada sesuatu yang bernilai ritual dan mistik ornamental hidup dan kehidupan.
PERHIASAN-PERHIASAN LAIN, di belakang kepala tersimpul konde yang disebut Sanggul Buatun yang dihiasi :
Tusuk Paku 10 sepanjang 5cm sepuluh buah dengan kepala paku berbentuk bunga kecilsebagai lambang penolak bala dibenamkan pada lilitan sanggul.
Tusuk Bunga 5 buah, lambang 5 Rukun Islam yang harus dijaga sebagai pegangan selama hidup.
Kembang Goyang 16 buah dan Kembang Kelape 2 buah, Kembang rumput 2 buah; lambang dari 20 sifat minimal Allah yang harus diketahui hamba-Nya.
Tusuk Burung Hong 4 buah, berantai emas atau seuntai manic-manik, 2 buah yang 10 cm 2 buah yang 5 cm, lambang 4 sahabat Nabi Besar Muhammad Rasulullah SAW.
Sepasang Kerabu Besar sebagai hiasan talinya.
Sepasang sumping
Sebuah Kalung Betawi terletak diatas Delime.
Sepasang gelang.
Bunga-bunga segara atau kembang asli terdiri dari, pertama, Roje Melati sepanjang 15cm dikenakan/ dipakai di atas sanggul kira-kira sedikit di atas telinga kana-kiri. Kedua, Melati Sisir, atau Pasung Kantil 5 atau 7 buah sesuai kebutuhan dipakai di bawah belakang sanggul mulai dari ujung Roje Melati kiri ke kanan.
SIANGKO terdiri dari 3 buah Mahkota Betawi dengan ukuran masing-masing yang berbeda satu sama lain, yaitu pertama, Siangko bercadar terbuat dari emas atau perak dengan panjang 25 cm berbentuk setengah lingkaran tinggi tengahnya 12 cm, tinggi kiri/kanannya 5 cm diberi cadar terbuat dari manik-manik atau monte pasir panjangnya 30 cm yang ujung bawahnya diberi seikat benang wool 2 cm sebagai penutupnya. Dipakai ditempelkan didahi dan diikatkan kebelakang kepala di bawah sanggul Buatun. Kedua, Siangko Tengah dalam ejaan Betawi Siangko Tenge, berukuran panjang 12cm, tinggi tengahnya 5 cm menyudut tumpul kekiri/kanannya: dipakai diubun-ubun, antara Tusuk Bunga dan Sanggul buatan. Ketiga, Siangko Buntut berukuran panjang 10 cm dengan tinggi tengahnya 3,5 cm menyudut tumpul pada ujung kiri/kanannya; dipakai sebagai penutup ( kamuflase) simpul ikatan Siangko Cadar.
TUSUK LAM adalah sebuah tusuk konde berbentuk huruf Laam (Arab), yang kaki panjang huruf itu ditusukkan kedalam Sanggulbuatan diatas Siangko Buntut, sedangkan kaki pendek dari huruf Laam itu berada diluar rambut sanggul berhiaskan permata/berlian sampai kepangkal kaki panjangnya yang berhiasbung
ALAS KAKI berbentuk sandal perahu kolek yang dihiasi permata, emas dan berlian yang sekarang diganti dengan mote.
Baca Selanjutnya Baju Rias Besar Pengantin Betawi