H. BOKIR : MAESTRO TOPENG BETAWI (Bagian 1)
Almarhum H. Bokir, Dokumentasi Sabar Bokir

H. BOKIR : MAESTRO TOPENG BETAWI (Bagian 1)

H. BOKIR : MAESTRO TOPENG BETAWI (Bagian 1)-Tidak dapat dipungkiri, H. Bokir bin Jihun Kelahiran Cisalak, 25 Desember 1925 dan meninggal Jakarta, 18 Oktober 2002 adalah maestro Topeng Betawi atau jika diperluas menjadi maestro seni pertunjukan Betawi. Sebagai seniman kesenian Topeng Betawi yang sudah naik panggung sejak umur 13 tahun ditambah darah kesenimanan dari ayah (Jihun) dan ibu (Mak Kini), kepiawaian aksi panggungnya tiada tepermanai alias tiada tandingnya.

Sebagai seniman yang mewariskan keahliannya secara alamiah, Bokir benar-benar menggeluti kesenian merangkak dari bawah. Mengikuti perjalanan pertunjukan ayah ibunya (Sanggar Kinang Putra atau lebih sohor disebut Topeng Cisalak), H. Bokir yang masih anak bawang memulainya dengan belajar memainkan kendang, lalu rebab. Pada gilirannya, akhirnya semua alat musik dapat dikuasainya dengan baik.

Selain di kesenian Betawi, H. Bokir juga sering tampil di layar kaca dan bioskop. Karier aktingnya di dunia film sudah dimulai sejak tahun 1970-an. H. Bokir telah membintangi tidak kurang dari 17 judul film dengan berbagai genre. Dua di antara film itu adalah Betty Bencong Slebor (1978) dan Duyung Ajaib (1978). Dalam film itu, H. Bokir beradu akting dengan seniman Betawi lainnya, Benyamin Sueb.
Tak hanya itu, sejumlah artis kondang lainnya juga pernah satu akting dengannya. Sebut saja grup lawak fenomenal Warkop DKI yang beranggotakan Dono, Kasino dan Indro. Ketiganya juga pernah main bersama Bokir dalam film drama komedi produksi tahun 1981, IQ Jongkok.
Di tahun 1980-an, H. Bokir juga pernah beradu akting dengan aktris yang mendapat julukan ‘The Queen of Indonesian Horror’, Suzanna. Sejumlah film dengan genre horor pun pernah dilakoninya.
Meski peran H. Bokir di beberapa film hanya sebagai pemain pelengkap, aksi kocaknya bisa membuat film yang dibintanginya itu semakin menarik dan lucu. Bahkan, di sejumlah film horor yang dilakoninya bersama Suzanna, aksi kocak Bokir menambah menarik film yang identik dengan mistis itu. Selain dunia film, Bokir menjajaki dunia sinetron. Sejumlah judul sinetron yang pernah dibintanginya antara lain, Koboi Kolot, Fatimah dan Angkot Haji Imron.

H. BOKIR : MAESTRO TOPENG BETAWI (Bagian 1). Pertunjukan Topeng Betawi dibagi menjadi tiga bagian,  yakni pralakon (berupa musik instrumentalia atau arang-arangan, nyanyi, tari, humor/lipet gandes), tontonan inti (berupa lakon kehidupan sehari-hari), dan tontonan tambahan (lakon Bapa Jantuk). Ketiga bagian yang jarang diperhubungkan itu pada hakekatnya merupakan simbolis kehidupan seorang anak manusia, sejak dari masa berkenalan, berumah tangga, bercerai atau cekcok untuk rukun kembali.

Pralakon Topeng Betawi dimulai lepas waktu Isya sekitar pukul 19.30 dimulai dengan lagu instrumental yang disebut Arang-arangan dan Tetalu yang berfungsi untuk mengerahkan penonton sambil menunggu para pemain selesai berhias. Lagu-lagu vokal instrumental yang pertama adalah Kang Aji sampai dengan Lambang Sari. Kemudian ditampilkan tari Topeng Kedok yang dahulu ditampilkan secara tunggal, dengan iringan lagu Ngelontang, Glenderan, Gojing, Kang Aji, Sekoci dan sebagainya. Tarian selanjutnya adalah tari terpenting dalam Topeng Betawi yakni Kembang Topeng dan Bodor, yang dibawakan oleh penari yang berpakaian serba indah dan gemerlapan berpasangan dengan penari Bodor pria yang kostumnya sederhana tetapi lucu. Kedua pasangan yang serba kontras ini menari, menyanyi dan melawak di bawah iringan lagu Lipet Gandes dan Ucing-ucingan (dahulu lagu : Corik Jangkrik). Kalau waktu masih memungkinkan ditampilkan tari berpasangan pria wanita (tanpa kedok atau sobrah), yang disebut tari Ronggeng Topeng, antara lain diiringi lagu : Gegot, Gaplek, Karantangan, Bomban, dan lain-lain. Dewasa ini juga banyak diselipkan lagu Sunda Modern, dangdut, pop yang juga diiringi tari. Atau justru sering memenuhi permintaan penonton yang nyawer, sehingga pertunjukannya menjadi taksa.

Menjelang tengah malam dimulailah tontonan intinya yang memakan waktu hampir 2/3 seluruh waktu pertunjukan. Pada masa lampau ditampilkan tiga atau empat lakon pendek misalnya berjudul : Mandor Timpajali, Lurah Karsiah, Tongtolang nangka, Abu Nawas, dan lain-lain. Pada masa ini Topeng Betawi membawakan hanya sebuah lakon panjang saja dalam pertunjukan semalam suntuk, antara lain berjudul : Bapa Sarkai, Jurjana, Mandor Dul Salam, Pendekar Kucing Item, Tuan Tanah Kedawung, dan sebagainya. Ciri khas lakon Topeng Betawi adalah mengisahkan tokoh-tokoh yang akrab dengan masyarakat pinggiran, dan ada semacam keseimbangan antara konflik yang bersifat fisik dengan konflik psikologis dalam pertunjukannya.

H. BOKIR : MAESTRO TOPENG BETAWI (Bagian 1). Pada waktu dinihari ketika lakon sudah selesai, dimainkan sebuah sandiwara pendek sekitar dua jam sambil menunggu waktu subuh. Tokoh dan jalan ceritanya selalu tetap yakni tentang Bapa Jantuk, tokoh berkedok hitam muka sembab dahi menonjol, yang menceraikan istriknya karena “ikan peda dimakan kucing”. Setelah keduanya sadar dan menyesal, maka suami istri itu rujuk kembali. Sayang sekali bagian Bapak Jantuk ini dalam pertunjukan Topeng Betawi banyak ditiadakan apabila tidak diminta oleh tuan rumah atau penonton, karena para pemain muda sudah banyak yang tak mampu membawakannya.

Syukurlah Topeng Betawi termasuk kesenian yang cukup lincah untuk mengikuti selera publiknya yang semakin luas dan mudah berubah, dan cukup juga mendapat kesempatan penampilan memulai pertunjukan biasa, radio, kaset, televisi, dan film. Namun basis publiknya tetap masyarakat Betawi pinggiran sehingga bagaimanapun perkembangannya ia tak boleh melupakan kodratnya sebagai sebuah teater yang lebih cenderung kepada sistim arena. (Bersambung Bagian 2)

Check Also

Entong Gendut

Entong Gendut Kisah Sang Pahlawan Condet

kebudayaan betawi – Entong Gendut Kisah Sang Jago Dari Condet. Tapi, Condet dalam sejarah tercatat sebagai …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *