Hikayat 1000 Dongeng: Hikayat Raja Uswanda

Hikayat 1000 Dongeng: Hikayat Raja Uswanda Part 4 (Tambi Nazar si Tukang Obat)

Hikayat 1000 Dongeng: Hikayat Raja Uswanda Part 4 (Tambi Nazar si Tukang Obat) – Naskah karya Muhammad Bakir yang ditulis pada masa akhir abad-19 pada part 4 ini berjudul “Tambi Nazar si Tukang Obat”. Pada suatu masa, tersebutlah seorang pedagang obat bernama Tambi Nazar. Telah lama ia berdagang obat, namun ia tidak merasa puas karena belum mendapatkan keuntungan yang memadai. Maka Tambi berpikir untuk meninggalkan negerinya dan ingin merantau untuk mencari untung di negeri sebrang dan ia juga ingin mencari pendamping hidup yang selama ini ia dambakan.

“Kawan kawan.. aku harus pergi meninggalkan kalian.” kata Tambi suatu malam bersama kawan kawan nya di surau atau langgar.

“Mengapa sobat? Apakah kau sudah bosan bergaul dengan kami?” sahut Salim

“Bukan begitu.. disini keuntunganku berdagang obat tidak memadai. Aku ingin mencari peruntungan yang lebih baik di negeri sebrang.” ucap Tambi sambil melinting tembakau.

“Kalau begitu, cobalah pergi ke negeri sebelah barat.” ujar Uwak Modin.

“Mengapa negeri sebalah barat Wak?” tanya Tambi sambil menyorongkan badan nya.

“Disana perdagangan sangat ramai, karena disana itu adalah sebuah kota bandar yang cukup besar.” sahut Uwak Modin

“Benar Tambi. Lagi pula perempuan sangat banyak disana.” sahut Bang Matrus yang pensiunan matrus itu.

Mereka tertawa bersama sama.

 “Kau bisa memperoleh 4 istri sekaligus disana, Tambi.” seloroh si Basir yang disambut tawa kawan-kawan disitu.

Tambi Nazar hanya tersenyum

“Lalu wak dan kawan kawan, dagangan apa yang sekiranya laku dan disukai disana?” tanya tambi.

“Telur ayam. Harga telur ayam sangat bagus disana. Itu yang harus kamu dagangkan disana.” jawab Matrus.

Hikayat 1000 Dongeng: Hikayat Raja Uswanda Part 4 (Tambi Nazar si Tukang Obat). Hari kian larut, satu persatu orang meninggalkan langgar/surau.

Tambi pun bergegas kembali kerumahnya dan ia menetapkan hatinya untuk pergi berlayar meninggalkan kampung halamannya dan dibungkusnya segala barang-barangnya

Keesokan harinya ia menjual warungnya, hasil penjualan nya separuh dibelikan beberapa pikul telur ayam dan sisanya tentu saja untuk bekal perjalanan nya.

Pada hari yang sudah ditentukan, Tambi Nazar pun berangkat dan meminta izin kepada semua kawan kawan nya. Ia pergi berlayar meninggalkan negerinya merantau ke negeri sebrang dengan membawa beberapa pikul telur ayam dan harapan yang bergelora. Tambi menyongsong nasib nya yang lebih baik di negeri sebrang.

Malang badai menyapu menenggelamkan kapal yang ditumpangi tambi nazar, memang seluruh penumpang selamat berpegangan pada papan kapal yang terapung-apung. Tidak terlalu malang, dikarenakan para penumpang tertolong oleh sebuah perahu nelayan. Hanya saja, harta para penumpang telah tenggelam bersama kapal yang diamuk badai, termasuk tentu saja telur-telur ayam dagangan yang dibawa tambi nazar. Dan hanya sebutir telur ayam yang bisa selamatkannya

Dengan kecewa, Tambi Nazar duduk di buritan kapal sambil memegangi sebutir telurnya itu. Lama setelah Tambi Nazar duduk tanpa memperdulikan apa yang terjadi di sekelilingnya.

Tambi Nazar pun melamun.

“Telur yang sebutir ini akan ku tetaskan. Kalau sudah menetas aku akan memiliki seekor ayam betina, dan ayam itu akan aku kawinkan. Maka ia akan bertelur beberapa butir dan tentu saja dieraminya. Setelah menetas, aku akan memilki beberapa ekor ayam. Aku semakin bahagia” pikir Tambi Nazar dalam lamunannya

“Dan setelah ayamku cukup banyak, aku akan menjualnya.” pikir Tambi yang sedang memegang sebutir telur ayam nya.

“Lalu ayam ayam itu ku jual, uang nya akan ku belikan seekor kambing betina dan kambing itu akan ku kawinkan dan setelah beranak akan ku jual semua anak kambing itu untuk membeli seekor kerbau betina.“ Tambi membayangkan betapa gemuknya si kerbau yang akan ia beli.

“Akan aku kawinkan kerbau betina itu, lalu ia akan beranak 2 ekor.” terbayang dibenak Tambi Nazar bahwa ia akan menjadi bandar kerbau.

Setelah menjadi bandar kerbau, ia akan menikah. Tambi pun tersenyum-senyum membayangkan istrinya.

“Istriku putih.. dan bahenol. Akan aku peluk dia, dan akan aku ciumi dia. Hmm.. harum semerbak wanginya.” lamunannya menerawang tinggi ke alam.

Tambi menggerakkan tangannya seolah-olah sedang memeluk seseorang dan seseorang yang ia bayangkan itu adalah istrinya. Dan ombak menghantam perahu yang mengakibatkan oleng dan Tambi Nazar pun terjatuh.

Dan terdengar orang orang berseru.

“Ada orang jatuh.. ada orang jatuh..” orang orang menunjuk-nunjuk tempat Tambi terjatuh.

“Tampaknya ia gila, dikarenakan daritadi ia senyum-senyum saja seorang sendiri.” kata seseorang.

“Yaa.. sudahlah, jangan ditolong. Orang gila pembawa sial.” sahut seorang lainnya.

Singkat cerita, kali ini Tambi Nazar benar-benar malang. Perahu meninggalkannya dan ia terapung-apung di laut. Sebisa-bisanya Tambi berenang, sia sia usaha ia berteriak untuk meminta tolong kepada orang orang yang ada di sekitarnya.

Kemalangan Tambi Nazar tidak berlarut larut, ombak besar mendamparkannya ke sebuah pulau. Kepayahannya Tambi tergeletak di pantai, tiba tiba ada seorang tua yang alim menemukan Tambi, dan Tambi dibawanya pulang. Disana Tambi dirawat dan dipulihkan kembali kesehatannya.

“Nak.. bagaimana ceritanya sehingga kau bisa sampai seperti ini?” tanya orang tua setelah Tambi cukup sehat kembali.

Berceritalah Tambi Nazar perihal dirinya, dan orang tua yang alim itu pun hanya tergeleng-geleng mendengar kisah Tambi.

“Hmm kurasa kemalangan itu adalah akibat dari pikiran yang sia-sia.” ujar orang tua itu.

Baca Selanjutnya: Hikayat 1000 Dongeng: Hikayat Raja Uswanda Part 5 (Ujub Raja Tak Ucap)

Pembaca naskah: Yahya Andi Saputra (Pengurus Lembaga Kebudayaan Betawi).

Kunjungi Podcast Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB): https://open.spotify.com/episode/0RmVgnfadzNFEiux352HU9

 

Check Also

Bahasa Betawi Memperkuat Identitas Betawi

Bahasa Betawi Memperkuat Identitas Betawi

Oleh Yahya Andi Saputra   Tukang sulap menjadi kalap, Jalan gelap pasang pelita, Mohon maaf …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *