LAKON MAHARAJA GAREBEG JAGAT (Bagian 12)

LAKON MAHARAJA GAREBEG JAGAT (Bagian 8)

Maharaja Garebeg Jagat – Tersebutlah seorang Penyalin dan Pengarang Sastra Melayu di Tanah Betawi pada abad 19. tinggal di Pecenongan, gang Langgar, Betawi. Ia adalah Muhammad Bakir bin Syafian bin Usman bin Fadli, yang lazim disingkat Muhammad Bakir. Beliau orang Betawi. Ayahnya dikenal dengan nama Syafian yang mempunyai nama kecil Cit. Ia adalah seorang pengarang juga. Dalam naskah-naskah, nama tersebut kadang dikenal dengan Cit Sapirin bin Usman bin Fadil. Ada keterangan yang menyatakan Muhammad Bakir memiliki anak tertulis dalam kolofon Hikayat Maharaja Garebeg Jagat. Mari kita baca Lakon Maharaja Garebeg Jagat.

Hukuman mati telah diputuskan. Garubug dan kedua adiknyapun menerima.Namun ketiganya minta tempo tiga hari untuk mencari Semar. Ketiga punakawan itu hendak berpamitan pada ayah mereka. Arjuna setuju, maka pergilah ketiga punakawan itu mencari bapak Semar.

Pada saat itu, Semar yang sedih dan bingung mencari anak-anaknya berjalan tanpa arah. Lurah Karang Tumaritis itu tersesat di sebuah hutan.

Dalam kelelahannya, tibalah Semar di tepi sebuah kolam. Teringatlah ki lurah itu pada sebuah dongeng. Kolam itu adalah tempat mandinya Subali dan Sugriwa, juga Dewi Anjani. Khasiat kolam itu, barang siapa yang mandi di

dalamnya maka segala permintaannya akan terkabul. Dan Semar pun mandilah di kolam itu. Sampai tujuh kali ia menyelam, maka berubahlah wujud Semar. Ia kini manjadi seorang cantrik. Maka Semar mengganti namanya manjadi Cantrik Marga Semirang. Lalu duduklah Semar bersemedi di tepi kolam itu.

Pada saat itu, Garubug, Anggalia dan Gareng telah putus asa mencari bapaknya. Ketiganya sepakat tak akan kembali sebelum dapat berpamitan pada Ki Semar. Mereka terus berjalan tanpa arah.

“He Kang, lihat itu,” ujar Gareng. “Ada cantrik sedang menunggui kolam.”

“Benar, mari kita minta izin mandi di kolam itu,” sahut Garubug.

Maharaja Garebeg Jagat – Segera ketiganya menghampiri cantrik itu. Namun Ki Cantrik tak mengizinkan siapa pun mandi. Kecuali orang yang mampu menjawab teka tekinya Ki Cantrik tak mengizinkan siapa pun mandi di kolam itu.

“Mengapa susah betul untuk mandi saja?” Tanya Anggalia.

“Sebab kolam ini merupakan pusaka.” sahut Cantrik Marga Semirang

“Barang siapa yang mandi di sini akan memperoleh kemuliaan, kalau memang ia mulia. Tetapi kalau tidak, ia akan memperoleh kemuliaan sementara sebelum akhirnya kembali pada kehinaan.”

Ributlah ketiga anak Semar itu. Ketiganya ingin sekali mencoba mandi di

sana. Mereka berharap, segala permintaan mereka akan terkabulkan.

“Baiklah,” ujar Garubug. “Mana teka-tekimu?”

“Nah dengarlah,” sahut cantrik itu. “Tapi ingat, kalau kalian tak mampu

menjawab, maka buaya putih penghuni kolam akan menelan kalian.”

“Buaya putih?” ucap ketiga punakawan itu serempak, wajah mereka pucat.

“Bagaimana, mau tidak?”

“Yah, baiklah kalau begitu.” Sahut Garubug setelah berunding sejenak

dengan kedua adiknya.

“Nah kini dengarlah,” ujar Cantrik Marga Semirang. “la memakan

segalanya, ia makan besi, makan raja-raja, makan negeri-negeri, apakah itu?”

Bingunglah ketiga punakawan itu. Mereka berunding dan saling bertengkar. Namun jawaban belum tentu juga diperoleh. Sampai tiga hari tiga malam ketiganya berunding.

“Cepatlah,” ujar Ki Cantrik. “Buaya putih sudah lapar.”

Permukaan kolam tampak gelembung-gelembung udara. Garubug dan kedua adiknya menjadi ketakutan. Karena jawaban belum didapat mereka minta waktu, tetapi karena ketakutan mereka hanya berteriak,” Waktu….waktu..”

“Benar sekali,” Ki Cantrik bertepuk tangan. “Waktulah yang memakan segalanya.”

Garubug terhenyak lemas. Gelembung-gelembung udara di permukaan kolam hilang. Buaya putih telah pergi. Kini mereka boleh mandi di kolam itu.

“Aku mau jadi orang berpangkat dan sakti.” Teriak Anggalia seraya melompat ke dalam kolam.

“Aku mau jadi raja besar!” Seru Garubug.

“…Aku..,aku…” Gareng kebingungan. “Aku mau jadi tampan.”

Mandilah ketiganya bersuka ria. Saling bersimbur-simburan dan menyelam seperti berang-berang. Cantrik Marga Semirang hanya memandang dongkol. (Bersambung)

Check Also

LAKON MAHARAJA GAREBEG JAGAT (Bagian 12)

LAKON MAHARAJA GAREBEG JAGAT (Bagian 10)

Maharaja Garebeg Jagat – Tersebutlah seorang Penyalin dan Pengarang Sastra Melayu di Tanah Betawi pada …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *