Menikmati angin sepoi-sepoi di Plaza UNJ sambil mendengarkan alunan musik Gambang Kromong bersama teman atau pacar menjadi aktivitas pilihan bagi mahasiswa UNJ pada hari Rabu, 25 September 2024. Mahasiwa silih berganti meramaikan Plaza UNJ. Iringan musik tehyan menambah kesyahduan langit sore yang mendung.
Pimpinan Sanggar Si Pitung Rawa Belong, H. Bachtiar Pitung dan jajarannya pada hari itu mengagendakan acara “Lenong Konser di Kampus” di Universitas Negeri Jakarta, salah satu universitas negeri kebanggaan masyarakat Jakarta. Acara ini merupakan salah satu program yang digagas oleh para budayawan Betawi untuk memperkenalkan budaya Betawi kepada generasi muda, khususnya mahasiswa.
Sebelum masuk ke acara inti yaitu NGOBRAS (Ngobrol Bareng Seniman) dan pertunjukan Lenong Betawi dengan judul “Lamaran Urung”, acara dimeriahkan dengan penampilan tari-tarian dan atraksi silat Betawi. Pihak Sanggar si Pitung menampilkan tarian Nandak Ganjen. Tak mau kalah, mahasiswa Program Studi Tari UNJ juga melakukan unjuk diri di sini. Mereka menampilkan tarian Nandak Mingser.
Budayawan Betawi, Bang Imbong (Sekretaris Umum Lembaga Kebudayaan Betawi), Bang H. Bachtiar (Sanggar Si Pitung) serta Bang Syaiful Amri (Penulis buku Lenong, Masa Lampau, Masa Kini dan Masa Depan Komedi Betawi) menjadi pembicara dalam acara NGOBRAS “Ngobrol Bareng Seniman” pada hari itu. Berbagai hal tentang pertunjukan Lenong dibahas tuntas dalam NGOBRAS, mulai dari sejarah hingga jenis-jenisnya.
Bang Imbong mengatakan bahwa tujuan dari acara ini adalah para budayawan serta Seniman Betawi ingin memperkenalkan Lenong ke berbagai wilayah dan sekolah-sekolah di Jakarta. Mereka akan berkeliling ke beberapa sekolah di lima kotamadya Jakarta dan satu wilayah di Kepulauan Seribu, Jakarta. Semuanya demi memperkenalkan sekaligus melestarikan budaya Lenong.
Pertunjukan Lenong pada acara Lenong Konser di Kampus UNJ berjudul “Lamaran Urung”, yang menceritakan tentang Juleha. Juleha adalah seorang gadis dari keluarga miskin yang ingin dilamar oleh dua laki-laki pada waktu yang sama. Laki-laki pertama yang datang melamar dirinya kepada ayahnya adalah seorang preman. Sedangkan laki-laki kedua yang datang melamar dirinya melalui ibunya adalah laki-laki berkebutuhan khusus. Namun Juleha menolak lamaran mereka karena Juleha ingin menempuh pendidikan tinggi. Karena hal itulah, lamaran urung dilakukan.
Pelestarian dan Pengenalan Lenong kepada generasi muda sangat penting dilakukan. Sebab, sebagai salah satu hasil kebudayaan, Lenong mengandung nilai-nilai dan pelajaran hidup bagi penontonnya. Misalnya saja, pertunjukan Lenong “Lamaran Urung” memberikan pelajaran bahwa pendidikan itu penting bagi setiap orang, tidak terbatas dengan gender. Pendidikan akan menjadikan seseorang sebagai orang yang berguna bagi bangsa dan negara.
Sebagai sanggar budaya yang ada di Jakarta dan juga dibawahi oleh Lembaga Kebudayaan Betawi, gebrakan “goes to campus” yang telah dilakukan Sanggar Si Pitung patut diacungi jempol. Selanjutnya, sanggar-sanggar budaya Betawi yang lain juga dapat melakukan hal yang sama agar kebudayaan Betawi semakin dilihat oleh anak-anak muda. (Anis)