kebudayaanbetawi.com

Peluncuran dan Diskusi Buku “M. Rochjani Soe’oed: Dari Betawi untuk Indonesia”

Peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun 2024 ini terasa Istimewa, sebuah buku yang menceritakan kiprah sosok anak Betawi dalam peristiwa Permoepakatan Pemoeda atau Sumpah Pemuda 1928, diluncurkan dan didiskusikan.

Kegiatan itu berlangsung pada hari Senin, 28 Oktober 2024 di Museum Sumpah Pemuda Jl. Kramat  Raya 106, Jakarta Pusat.

 

Buku yang ditulis Lahyanto Nadie dan Zaenal Aripin, berjudul M. Rochjani Soe’oed: Dari Betawi untuk Indonesia, diluncurkan dan didiskusikan dengan mengundang narasumber Prof. Dr. Yasmine Zaki Shahab, N. Syamsuddin Ch. Haesy,  Eko Septian Saputra, dan dimoderatori oleh Yahya Andi Saputra. Kegiatan ini dihadiri keluarga besar M. Rochjani Soe’oed (adik, anak, cucu, menantu), tokoh masyarakat Betawi antara lain Prof. Dr. H. Dailami Firdaus (Anggota DPDRI), Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni,  H. Becky Mardani (Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi) H. Yoyo Muchtar (Budayawan Betawi), Dr. Hj. Roosyana Hasbullah (Ketua Umum Persatuan Wanita Betawi), H. Imron Yunus, Hj. Diana Muzammil. Selain itu, acara ini juga dihadiri aktivis dan wartawan antara lain M. Sulhi, M. Syakur Usman, Jamalul Insan, Untung P. Napis, Hadi dan puluhan peminat kesejarahan yang datang dari dari berbagai wilayah Jabodetabek.

Danie Hindrawan Soe’oed, cucu Rochjani Soe’oed, pada sambutannya mengungkap kesederhanaan, kejujuran, dan kekonsistenan kakeknya. Kakeknya, ungkap Danie, enggak mempan disodorin sogokan. Sifat dan sikap itulah yang dijunjung dan dijadikan warisan dalam keluarga.

Syamsuddin Ch. Haesy yang akrab dipanggil Bang Sem, mengemukakan, sosok dan kiprah M. Rochjani Soe’oed untuk saat ini menjadi sangat penting dibicarakan. Sebab Indonesia telah kehilangan sosok pemimpin jujur dan konsisten dan hal ini berakibat fatal bagi bangsa Indonesia. Indonesia kehilangan arah bahkan kita tidak tahu, di mana Indonesia itu sekarang. Menurut Bang Sem, bila hendak dihadirkan pada dimensi kekinian sebagai cermin di tengah kehidupan bangsa yang gamang, tak menentu, ribet, dan dihadapkan dilema kemenduaan, eksistensi dan peran dirinya merupakan cermin jernih. Khasnya dalam menemukan kembali kapasitas diri sebagai pribadi berintegritas kala bangsa ini surplus petinggi dan miskin pemimpin, surplus akademisi dan miskin intelektual, serta kaya politisi dan miskin negarawan.

“Boleh jadi, tokoh Rochjani Soe’oed akan menjadi salah seorang yang dirindukan, ketika cermin kebangsaan kita jatuh dan pecah berkeping, karena kita mengabaikan sejarah,”  kata Bang Sem.

Prof. Yasmine melihat kehadiran buku ini membuka ruang yang cukup lebar untuk melakukan penelitian yang menyeluruh tentang kebetawian. Stigma negatif masih beredar kuat di masyarakat. Berangkat dari sosok dan kiprah Rochjani Soe’oed, kita punya gambaran utuh siapa itu Betawi dengan kebetawiannya. Itu sebabnya harus dilakukan penelitian tentang pendidikan, pekerjaan, lingkungan rumah, busana, kuliner, pola regenerasi, dan sistem kekerabatan. Kita lihat, ungkap Yasmine, Rochjani Soe’oed, berhasil tampil di tengah dinamika tokoh pergerakan lain, karena punya modal yang memenuhi syarat sebagai orang yang patut disejajarkan dengan tokoh lain.

Pada diskusi, sebagai moderator, Yahya Andi Saputra, mengemukakan bahwa Lembaga Kebudayaan Betawi mengusulkan agar M. Rochjani Soe’oed diajukan kepada pemerintah untuk ditetapkan sebagai pahlawan nasional.  Hanya saja kajian akademiknya belum memadai. Buku ini dapat dijadikan pelengkap usulan itu.

Perbincangan tentang usulan pahlawan nasional disambut baik oleh Prof. Dr. Dailami Firdaus. Bang Dai, panggilan akrab Prof. Dailami, akan mengupayakan cara dan mengawal agar usulan pahlawan nasional kepada M. Rochjani Soe’oed berada pada jalan dan sasaran yang tepat.

Bang H. Beky Mardani menyambut baik usulan, bahwa Rochjani Soe’oed jika dilihat dalam konteks masa lalu (96 tahun lalu) bisa disebut sebagai elitnya orang Betawi. Ketokohannya luar biasa, karena sebagai orang Betawi ia tidak hanya berpendidikan tinggi, tapi juga tercatat kiprahnya dalam sejarah pembentukan bangsa, lewat Sumpah Pemuda.

Dalam konteks masa kini, keprofesionalan Rochjani Soe’oed sebagai seorang hakim patut dijadikan contoh oleh generasi muda Betawi. Mendukung usulan dijadikannya rumah Rochjani Soe’oed sebagai tempat bersejarah. Mendorong dibentuknya tim untuk mempersiapkan usulan Rochjani Soe’oed sebagai pahlawan nasional.

Literatur sejarah tentang peristiwa Sumpah Pemuda 1928 sudah banyak. Tetapi masih sedikit karya yang membahas tentang peranan tokoh Sumpah Pemuda 1928 menjelang, saat hari pelaksanaan, hingga pasca peristiwa tersebut.

Buku berjudul M. Rochjani Soe’oed: Dari Betawi untuk Indonesia, termasuk satu dari sedikit karya yang membedah tokoh Sumpah Pemuda 1928. Bagaimana peran Rochjani Soe’oed, seorang pemuda Betawì dari organisasi Pemoeda Kaoem Betawi, berada dalam peristiwa penting gerakan pemuda di era pra kemerdekaan Indonesia kala itu.

Dalam berbagai catatan sejarah tentang Sumpah Pemuda 1928, data tentang sosok Rochjani Soe’oed dan kehidupannya minim sekali. Kendati pun telah dicari dalam berbagai literatur tokoh Betawi. Hasilnya nihil.

Padahal, dia memegang peran penting dalam Sumpah Pemuda 1928, yaitu sebagai sekretaris pembantu V dan salah satu pemimpin rapat di hari kedua Kongres Pemuda II 1928 serta turut menyusun narasi Sumpah Pemuda 1928 yang kita kenal saat ini:

  1. Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Indonesia
  2. Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
  3. Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Penulis buku ini, Lahyanto Nadie dan Zaenal  Aripin menemukan data awal sebagai sumber primer penulisan tentang Rochjani Soe’oed dari buku yang terbit pada masa pendudukan Jepang, berjudul Orang Indonesia Jang Terkemoeka di Djawa terbitan Gunseikanbu 2604. Buku membuka pintu untuk melakukan pendalam sodok Rochjani Soe’oed.

Lahyanto menegaskan, buku M. Rochjani Soe’oed: Dari Betawi untuk Indonesia, ini kendati menarasikan tentang tokoh Sumpah Pemuda 1928, mendisklaimer sebagai tulisan reportase perjalanan hidup Rochjani Soe’oed.

“Ini bukan buku sejarah, tetapi reportase sejarah hidup tokoh Sumpah Pemuda 1928, khususnya tentang Rochjani Soe’oed,” ujar Bang Lahyanto Nadie.

Exit mobile version