Jamu Dan Jampe

Jamu Dan Jampe Dalam Masyarakat Betawi

kebudayaan betawi – Jamu Dan Jampe Dalam Masyarakat Betawi. Masyarakat Tradisional, termasuk di dalamnya etnik Betawi, memiliki kemampuan mengenali berbagai jenis tanaman yang dapat menyembuhkan penyakit. Nenek Moyang kita, berdasarkan pengalaman empiris atas dirinya yang seringkali mengalami pasang surut kekuatan dan kekebalan tubuhnya, menemukan obat untuk mengobati penyakit yang menyerangnya. Dari hari kehari  kian banyak jenis penyakityang diketahui, seperti saat ini sedang merebak wabah Covid 19.

Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional Indonesia. Belakangan populer dengan sebutan Herba atau herbal. Jamu dibuat dari bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang (Akar-akaran), daun, kulit batang, kembang, buah dan sebagainya.  Ada pula yang menggunakan bahan hewaniah, seperti empedu kambing, tangkur buaya, cacing, undur-undur, dan sebaginya. Lantaran dibuat tanpa pencampuran unsur kimia, sudah tentuu jamu terasa pahit. Maka untuk mengurangi rasa pahit, dicampur dengan madu atau berbagai jenis jeruk. Ini tentu saja untuk memberikan ras nyaman bagi si sakit untuk mengkonsumsinya. Di berbagai kota besar ada profesi penjual jamu gendong yang keliling lingkungan menjajakan jamu sebagai minuman sehat menyegarkan.

Jamu Dan Jampe Dalam Masyarakat Betawi. Bagi yang jeli melihat peluang pasar, mereka memanfaatkan pengetahuan leluhur dan memproduksi jamu menggunakan teknologi canggih dengan hasil produksi massal. Bermunculanlah perusahaan atau pabrik jamu berskala besar yang pemasaran produknya tidak hanya di dalam negeri, namun menyebar sampai manca negara.

Alhasil jamu yang merupakan bentuk kearifan lokal masyarakat Indonesia, telah berhasil melanglang buana ke berbagai negara. Menjadi bentuk pilihan alternatif bagi kesehatan masyarakat dunia.

Disamping Jamu masyarakat Betawi juga mengenal cara laen seperti jampe Betawi. Jampe adalah sastra lisan yang memadukan beberapa kosakata berbagai bahasa dengan pilihan kata yang mementingkan persamaan bunyi atau rima. Sastra lisan ini diyakini mempunyai keistimewaan karena para penggunanya memanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Misalnya untuk pengobatan, mengusir roh jahat, bisa juga mendapatkan kemudahan dalam usaha dan sebagainya. Karena memang digunakan seperti itu, maka orang-orang yang membaca dan menggunakannya adalah orang-orang tertentu, seperti dukun, dan tetua adat.

Berbagai sumber mengatakan bahwa Jampe Betawi paling sarat dengan nilai sastra. Jampe oleh para dukun bukan hanya memancarkan aura magis yang menyembuhkan orang sakit, tapi intonasi dan cara baca itu pun memiliki kekhasannya sendiri sehingga pada situasi itu tercipta panggung sastra. Bisa dikatakan jampe adalah salah satu jenis sastra lisan yang kemunculannya paling awal karena faktor fungsinya bagi publik.

Berikut contoh jampe (jampe untuk mengobati penyakit bengok atau gondongan):

Nene unduk-unduk
Kaki unduk-unduk
Ada daging mengungsir
Daging mengungsir uda kaga
Ada daging si kapes-kapes
Si kapes-kapes uda kaga
Pes limpes urip wares
Sengidu putih
Yah, ora apa-apa

Check Also

Babak Baru Penerjemahan Al-Quran Ke Dalam Bahasa Betawi

Babak Baru Penerjemahan Al-Quran Ke Dalam Bahasa Betawi

  kebudayaanbetawi.com Babak baru terjemahan Al-Quran ke dalam bahasa Betawi telah selesai dilaksanakan.  Penerjemahan yang …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *