Kebudayaan Betawi

Kebudayaan Betawi : Cikal Bakal Budaya Betawi

Kebudayaan Betawi – Budaya betawi dari penelusuran teman – teman dari ahli purbakala di fakultas ilmu kebudayaan ada jurusan arkeologi untuk menelisik tentang kepurbakalaan. Hasil dari penggalian mereka dari titik situs. Budayawan betawi Yahya Andi Saputera mengatakan Situs itu menandakan adanya pemukiman konon sejak 5.000 tahun yang lalu situs yang sudah digali sudah ada penghuninya misalnya perkampungan pasar minggu, condet, tanjung barat, pondok labu.

Kemudian daerah timur hingga utara seperti cilincing, marunda sampai muara kamal. Daerah tersebut terdapat situs peninggalan masa lalu sudah di tempati manusia. Pada abad ke-2 sekitar tahun 1300 pemukiman itu betul – betul dapat diselidiki. Sebab pemukiman itu ditulis disebuah penelitian dari dinas pariwisata dan kebudayaan jawa barat. Dan yang melakukan penelitian tersebut dilakukan oleh sejarawan dan budayawan yang berdomisili di Jawa Barat.

Maka ditemukan kawasan kali tirem, Jakarta Utara bagian timur ada satu pemukiman. Ada satu tokoh bernama Aki Tirem dinamakan tersebut karena menguasai sungai Tirem atau orang mengenalnya hewan laut. Terletak dekat marunda, rorotan. Maka disitulah ditemukan kerajaan dan ini menjadi penduduk muasal dari kawasan tersebut. Kemudian berkembang pada abad ke – 5 dengan kekuasaan politik pada saat itu berubah menjadi tarumanegara. Ada kekuatan lain dari Tarumanegara ke Sriwijaya berkuasa di Jakarta. “Pengaruhnya surut saling menguasai. Dan penguasaan itu mengalami konflik internal pangeran di dalamnya berebut kekuasaan. Karena kekuasaan itu lemah maka kekuasaan lain begitu mudah menguasai kawasan itu,” ucap Yahya.

Yahya mengatakan berlanjut pada abad ke – 13, dikuasai kerajaan sunda padjajaran. Dari hasil penemuan kawasan itu diketahui ada penghuni asli secara bahasa bisa berbahasa melayu tetapi tinggal di kawasan pulau jawa barat bagian utara jakarta. Terkait etnis mereka ditemukan sisa kehidupan masa lalu ditemukan anting – anting, mahkota, kedok, cincin dan senjata dan kemudian ditemukan orang asli.

Pada jaman dahulu namanya bukan betawi. Nama orang Betawi asli adalah “Proto Manusia Melayu Betawi“, itu disebutkan oleh para ahli dalam buku denys lombard. Siapakah yang menamakan orang betawi, Yahya menjelaskan tidak diketahui siapa yang menamakan betawi. Dari beberapa buku Van Netherland Indie terbitan 1888 ada satu pohon dengan nama gulinging betawi. Apabila orang kampung menyebutnya pohon ketepeng terapi bahasa melayu menyebutnya gulinging betawi. Bunganya kuning, merekah, berpintal – pintal dan bahasa lainnya orang menyebut anda tinggal dimana, orang asli menjawab,  tinggal di daerah yang banyak pohon betawi.

Yahya mengatakan ketika komunikasi semakin intens orang – orang menyebutnya itulah orang betawi. Orang yang tinggal yang banyak ditumbuhi pohon betawi hal itu tidak diketahui kapan dijelaskan nama itu ada. Pada abad ke-17 dan 18 ada beberapa arsip yang mengatakan dalam arsip tersebut ada orang kaya yang mempunyai banyak harta. Ketika di akhir hayatnya semua keluarganya meninggal. Dan kekayaan itu diwariskan kepada pembantunya atau orang yang ada disekitarnya. “Tidak ada keluarga yang diwariskan karena meninggal semua. Ini tanah  diserahkan si orang terdekat dari betawi,” ungkap Yahya.

Kebudayaan Betawi. Pada tahun itu sudah banyak orang yang sudah ada di sini (Jakarta) surat wasiat itu dikeluarkan oleh saudagar kaya perempuan. Diberikan kepada orang terdekat yang bukan keluarga. Jadi sudah disebutkan pada tahun 1700 dengan nama betawi. Dan pada akhirnya betawi dikenal sebagai etnik betawi yang menjadi cikal bakal orang asli betawi.

Dirinya mengaku untuk versi satu ini sebetulnya tidak masuk akal. Kemudian hari pada masa kolonial. Orang susah menyebutnya batavia saat itu, buat dirinya menyebut batavia apa susahnya sama. orang pada susah mengatakannya maka orang dengan mudah menyebutnya dengan kata betawi. Yahya mengungkapkan dahulu dalam surat menyurat dengan bahasa pegon atau arab gundul atau bahasa melayu beraksara arab. Tulisan betawi dan batavia memang mirip, jadi sebetulnya tidak ada alasan susah menyebut betawi dan batavia yang lemah menurutnya. Betawi adalah etnik yang mendiami kawasan ini yang sebagian besar yang sebagian besar keturunannya masyarakat melayu.

Untuk peneliti dari Australia Lance Castles sesudah masa penjajahan. Yang di dapat dari catatan resmi dari kolonial dalam catatannya adalah VOC yang di datangkan ke sini yang dipekerjakan saat itu disebutnya sebagai budak. Kata itu didapat oleh orang – orang yang dikalahkan dalam perang dipekerjakan dari kawasan lainnya dan dipekerjakan di batavia. Lance Castles sebagai pakar politik dari Australia mengatakan orang betawi itu berasal dari budak. Yahya dengan tegas tidak setuju dengan pernyataan Lance Castles data yang ditulis dan didapat dari pemerintah kolonial orang – orang yang dibawa oleh mereka tidak ada cahayanya tetapi hanya menurut mereka orang yang dikalahkan padahal ada yang dari bali, bima dan cina – cina dipekerjakan tidak dalam catatan. Yang mereka catat adalah orang – orang yang ditaklukkan berdasarkan catatan yang mereka miliki.

Menurut catatan tersebut adalah pendapat yang lemah, Yahya meyakinkan orang – orang betawi tinggal tidak tercatat dalam Daghregister, yaitu catatan harian tahun 1673 yang dibuat Belanda yang berdiam di dalam kota benteng Batavia dalam penelitiannya berjudul “The Ethnic Profile of Jakarta“. Penjajah banyak mendatangkan orang datang dari mana – mana ke batavia mereka tidak melihat dari sisi seperti itu.

 

Penulis: Ahmad Baihaki

Check Also

7 Panelis Debat Perdana Pilgub Jakarta, Ketua LKB Salah Satunya

7 Panelis Debat Perdana Pilgub Jakarta, Ketua LKB Salah Satunya

Pesta demokrasi besar sebentar lagi akan diselenggarakan di Jakarta. Pemilihan Gubernur Daerah Khusus Jakarta akan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *