SARUNG DALAM EKSPRESI KESENIAN BETAWI (Bagian 3)
Batik Betawi, Dokumentasi Lembaga Kebudayaan Betawi

SARUNG DALAM EKSPRESI KESENIAN BETAWI (Bagian 3)

SARUNG DALAM EKSPRESI KESENIAN BETAWI (Bagian 3) – Membicarakan sarung dalam masyarakat Betawi sesungguhnya membicarakan ragam, bentuk,  fungsi, dan sejarah perkembangannya. Artikel ini bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya bagi praktisi perihal sarung Betawi. Sarung bagi masyarakat Betawi bukan sekadar penutup tubuh tapi merupakan bagian dari perkembangan sosial dan kultural masyarakat Betawi.

Sarung mempunyai beberapa fungsi, misalnya fungsi yang sesuai dengan status, lokasi, dan kondisi pemakai (raja, ratu, rakyat, budak, anak-anak, remaja, pedagang, guru, olahragawan, dan sebagainya). Fungsi utama sarung menjadi pelengkap pakaian, sebagai pelindung tubuh. Fungsi ini sering menyesatkan orang yang melihat orang memakai jenis-jenis sarung. Dulu orang perempuan cuma kembenan (dadanya terbuka sehingga buah dadanya terlihat) atau hanya menutup bagian vital saja atau ada yang bersarung hanya menyisakan dua bola mata yg dapat dilihat dari luar. Maka jika melihat model dan gaya penampilan seperti itu jangan ditafsirkan secara sempit. Penafsiran sarung dapat dilihat dalam kontek lokal dan fungsinya (perhiasan, status, identitas, dan simbolis).

SARUNG DALAM EKSPRESI KESENIAN BETAWI (Bagian 3). Fungsi kedua, simbolis. Ini fungsi penting dari sarung karena berkaitan dengan kepercayaan. Ada beberapa sarung yang khusus dipergunakan sebagai pelengkap utama dalam upacara. Pada umumnya orang di luar etnis tidak memahami makna simbolis ini, sehingga mereka memakainya pada situasi dan kondisi yang tidak tepat. Ini menimbulkan gesekan yang mengganggu harmoni lingkungan.

Fungsi ketiga, identitas kelompok pemakainya. Sarung sering dikaitkan dan didemonstrasikan dengan identitas. Bagi masyarakat pemiliknya, pilihan sarung jelas identitasnya. Namun bagi yang di luar pemiliknya, identitas itu dimanfaatkan untuk berbagai tujuan dalam dinamika interaksi sang pemakai.

Fungsi yang berubah dari sebuah sarung menimbulkan reaksi pada internal etnik bersangkutan. Jika fungsinya mwrupakan simbol atau berkaitan dengan posisi dan situasi yang dianggap penting dalam tatanilai pemiliknya, akan sulit sebuah sarung (dalam hal ini pelengkap utama pakaian) dinodifikasi. Peran dan fungsi sarung ditentukan oleh pemiliknya, karena bersarung dengan ikatan empsional serta unsur kebudayaan lainya dari kebudayaan yang bersangkutan.

SARUNG DALAM EKSPRESI KESENIAN BETAWI (Bagian 3). Tentu. Tiap sarung dapat berubah fungsi sesuai perubahan yang melatarbelakangi fungsi awalnya. Ada sarung yang awalnya berfungsi sakral, berubah menjadi profan. Ada yang berfungsi terporal (occasional) tiba-tiba berfungsi resmi (official). Orang Betawi, tidak akan mengizinkan sarung dalan busana Jas Tutup Ujung Serong, Sadaria, Jas Kaen Srebet, Pangsi, dan lain-lain diubrak-abrik cara pemakaiannya. (Bersambung Bagian 4)

Check Also

SARUNG DALAM EKSPRESI KESENIAN BETAWI (Bagian 2)

SARUNG DALAM EKSPRESI KESENIAN BETAWI (Bagian 2)

SARUNG DALAM EKSPRESI KESENIAN BETAWI (Bagian 2)– Ada sementara pandangan dari kalangan tertentu manakala mendiskusikan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *