MASJID AL’ALAM MARUNDA– Marunda sejak abad ke-16 merupakan pusat perjuangan pasukan perlawanan yang berada di bawah naungan Kerajaan Mataram dalam perjuangannya melawan penjajahan Belanda. Ketika Fatahillah membawa pasukan gabungan Demak-Cirebon menuju Sunda Kelapa, mereka menjadikan Marunda sebagai pangkalan.
Salah satu yang segera dibangun di sini adalah masjid, selain fungsi utamanya untuk ibadah juga sdimanfaatkan sebagai tempat mengatur strategi. Masjid di Marunda Pulo yang kini bernama Al-Alam Marunda itu dibangun sekitar 1527 Masehi. Sayangnya, lokasi bangunan asli masjid itu sudah tergerus abrasi. Posisinya sekitar 100 meter dari daratan. Atas jasa juragan sero (pengusaha jaring) Haji Syafiuddin, pada awal abad ke-20, masjid itu dipindahkan dengan dibangun persis seperti aslinya. Termasuk beberapa kayu yang masih bisa dipakai hingga sekarang masih ada.
Konon di masjid itu dulu juga digunakan Si Pitung, tokoh pahlawan Betawi, untuk latihan ilmu beladiri. Kebenarannya memang sulit dibuktikan. Soalnya pemuda Pitung adalah warga Rawa Belong, bukan termasuk keluarga betawi yang hidup di wilayah pantai.
MASJID AL’ALAM MARUNDA. Arsitektur masjid peninggalan bala tentara kerajaan Mataram Islam ini Masjid Demak, Jawa Tengah. Skala jauh lebih kecil, berukuran 10×10 meter persegi. Atapnya berbentuk joglo ditopang empat pilar bulat seperti kaki bidak catur. Berbeda dengan masjid tua lainnya, plafon masjid ini plafonnya hanya setinggi dua meter dari lantai dalam sehingga terlihat pendek. Keunikan lainnya, mihrabnya pas dengan ukuran badan yang menjorok ke tembok yang berada di sebelah kanan mimbar.
Ada yang menarik lagi, di tembok samping masjid terdapat lubang yang berdiameter sekitar 20 centimeter. Konon lobang itu sering digunakan sepasang keluarga pengantin tempo dulu melakukan acara pinang meminang. Secara fisik bangunan ini masih terpelihara dengan baik. Bahkan masih berfungsi sebagai tempat beribadah. Peziarah yang datang selain untuk mengenang perjuangan Fatahillah, juga mendatangi makam Kyai Jami’in yang dianggap keramat.
Sejak tahun 1975, masjid ini sudah berada di bawah pengawasan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta. Berbagai fasilitas seperti tembok keliling dan sebuah pendopo di samping masjid didirikan untuk membantu pengunjung terhindar dari panas terik matahari.
Baca Selanjutnya RUMAH PITUNG DAN MAKAM TETE JONGKER, MARUNDA