kebudayaan betawi – Gambang alat musik daerah betawi yang bisa diperkenalkan generasi muda masa sekarang, berawal dari perkampungan silat kini tetap eksis di wilayah Jakarta. Kimung si jago muda dari kampung Joglo, nama itu populer karena banyak yang memanggilnya dengan sebutan Kimung atau Kiki Zaharudin kelahiran 1983 yang dipercayai sebagai ketua sanggar Sekojor yang berlokasi di wilayah Joglo Jakarta Barat.
“Sejak 1928 dapat riwayat cerita dari orang tua namanya kong potol punya anak namanya kong nyai. Dia adalah guru silat. Ia mengungkapkan sekojor merupakan nama dari perkumpulan silat yang berada di Joglo dahulu berbentuk permainan pukul tradisional betawi. Pada akhirnya pakai nama sekojor yang memberikan pesan dari petuah nama sekojor jangan diganti – ganti dalam hal apapun.
Diberbagai kalangan penggiat seni betawi terdengar unik. Tentunya orang akan berpikir nama itu tebentuk berasal dari mana dipertanyakan banyak orang. “Orang tahunya johor mestinya “se”-nya dihilangkan nama sekojor orang mudah mengingat,”ujar Kimung.
Nama tersebut dijadikan bahan cerita para seniman betawi menjadi bahan pengingat. Bahwa sekojor adalah komunitas main pukul. Jumlah anggotanya terdiri tiga generasi dari Kong Pool dan Kong Nyai diteruskan oleh baba Amir, bang Abet, bang akhel dan dipimpin oleh nana satin benjol bin Jenti. Mereka adalah satu kelompok sama dengan kong nyai.
Untuk yang memegang mandat sampai sekarang baba Amir seperti yang dikatakan sebelumnya sudah masuk keturunan ketiga perguruan. Hingga sekarang memiliki keanggotaan atau murid 170 orang di kelompok Sekojor. Kimung mengatakan dalam satu wilayah Joglo mayoritas pelaku seni betawi ada di Sekojor.
Mengenal Gambang atau alat musik tradisional betawi yang sudah ada sejak jaman belanda. Kata Kimung, menurut risalah dari Tambang Kromong alat musik betawi satu ini ada unsur perpaduan etnik Cina dan etnik betawi. “Mayoritas lebih banyak unsur Cina. Ada gambang kromong, tek yan, sukong, kecrek, tidak berubah gambang memiliki bilahnya ada delapan belas,
Ada pantun di dalam musik, dari lirik ada juga terdapat pukul gambang delapan belas. Untuk mengetahui gambang bentuknya seperti peti. Bilahnya seperti jalanan kereta. Keromong karena bunyinya “mong mong mong. Ada yang namanya tek yan alat musik memiliki senar dua yang dibuat dari batok kelapa yang bisa mengeluarkan suara. Dari alat musik itu terdapat tangga nada seperti do re mi fa sol. Alat musik tradisional seperti ini menjadi satu kesatuan gambang dan kromong, harus dikenal oleh generasi sekarang.
Kimung menjelaskan untuk memainkan alat musik tradisi harus ada enam diantaranya gambang, kromong, gong, tek yan, sukong, kecrek, rampak. Apabila ada pertunjukan dari alat musik di atas dirinya menyatakan tidak ada yang dikurangi alat musik yang disebutkan dengan tujuan untuk mempertahankan tradisi. Apabila Gambang modern ada penambahan seperti sexophone, gitar, rythem, organ ataupun bass.
Dirinya sedang menjalankan sebuah project pengembangan regenerasi dari unsur seni. Salah satunya memperkenalkan pertunjukan lenong karena dalam pertunjukan terdapat musik gambang. Dengan cara memperkenalkan kepada dinas pendidikan, kementerian pendidikan dan kebudayaan. Untuk programnya pertunjukan tradisional lenong betawi ke sekolah – sekolah agar di tonton banyak siswa dan siswi di provinsi DKI Jakarta.
Tujuannya anak – anak sekolah bisa mengetahui alat musik gambang dari betawi, cerita rakyat seperti mengenal kehidupan orang betawi sehari – hari. Kemudian persahabatan, perkumpulan mengeksplorasi kemampuan seseorang dalam bermain alat musik gambang baik dipadukan di bidang akting atau seni lainnya. “Apabila sesorang memiliki kemauan untuk belajar. Dia akan membawa di akhir hayatnya kelak untuk cerita kepada anak dan cucu nya. Pada saat masih muda pernah belajar melestarikan permainan alat musik betawi gambang, pernah belajar akting di lenong” ucap Kimung.
Pentingnya melestarikan kebudayaan salah satunya mempertahankan dan melestarikan alat musik tradisional betawi. “Sekaya kaya orang memiliki banyak uang bisa membeli negara. Tetapi sekaya kaya orang punya uang banyak, tidak bisa membeli kesenian. Kesenian itu melambangkan orang berbudaya. Melalui kesenian bisa membela negara, ungkap Kimung.
Tantangan dalam melestarikan alat musik gambang yaitu waktu sebab menurutnya di setiap kehidupan manusia dalam waktu 1×24 jam. Dibutuhkan Konsistensi, fokus, disiplin, bagi yang ingin baru mau belajar ada kemauan dan niat untuk belajar. Kalau tidak ada hal tersebut bagaimana bisa menciptakan sebuah karya. Kemudian ada etika dalam suatu keluarga, lingkungan, tetapi pada alat musik juga kita harus memiliki etika baik. “Alat kita ini tidak bisa dilangkahi sembarangan. Sebelum kita lahir alat musik itu sudah ada duluan. Tanpa disadari kalau kita hidup dibiayai dari alat musik itu. Bukan berarti menyembah alat musik tetapi wujud untuk menghargai,” ungkap Kimung.
Prinsipnya adalah dalam kelompok Sekojor untuk membangun regenerasi untuk lebih mengenal tradisi agar menjadi manusia berbudaya. Ketika sudah mengenal berbudaya maka juga mengenal bhineka tunggal ika maka pancasila tertanam di dalam hati.[Baihaki]