Ada banyak keterangan tentang keberadaan Rebana Biang di Jakarta. Ada beberapa pendapat kesenian ini dibawa oleh Pak Kumis dari Banten sekitar tahun 1860an. Ada juga keterangan lain Rebana Biang dibawa oleh pasukan Mataram dibawah Pimpinan Sultan Agung ke tanah Betawi. Di dalam masyarakat Betawi Rebana merupakan suatu kesenian yang bernafaskan Agama Islam untuk kegiatan penyambutan Tamu sekaligus kegiatan keagamaan. Seperti misal Tarekat. Makanya tidak bisa dipungkiri Rebana gampang sekali diterima dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Betawi. Rebana di Betawi terdiri dari atas beberapa macam, yaitu :
- Rebana Ketimpring
- Rebana Biang
- Rebana Qosidah
- Rebana Burdah
- Rebana Dor
- Rebana Maukhid / Maulid
- Rebana Hadroh
Rebana Biang merupakan Musik Betawi yang bernafaskan Islam yang terpengaruh budaya Banten karena wilayah penyebarannya yang lebih banyak dipinggiran bagian selatan Jakarta, dalam hal ini sepanjang jalan kereta api antara Jakarta sampai Bogor, mulai dari Tebet sampai Bojong Gede, Bogor.
Di daerah Ciganjur Jakarta Selatan terdapat grup Rebana Biang PUSAKA yang dipimpin oleh Bapak H. Abdurrahman, merupakan seorang pensiunan pegawai negeri sipil. Sampai saat ini Grup Rebana Biang Pusaka masih cukup jelas sepak terjangnya. Para peminat Rebana Biang di daerah Ciganjur, Kelurahan Cipedak Jagakarsa, masih tetap menggandrungi kesenian ini. Bahkan sampai akhir pertunjukan, masih tetap banyak penontonya. Hal ini disebabkan daerah itu masih termasuk daerah pinggiran Jakarta yang penduduknya masih haus akan tontonan jenis ini, apalagi dengan adanya anak-anak yang berbaur menonton pertunjukan, para penonton banyak juga dari keluarga Grup Rebana Biang tersebut, masih adanya penggarap kesenian tersebut yaitu keluarga dari Grup Rebana Biang tersebut, adanya tarian yang menjadi daya tarik tersendiri, yaitu Tari Belenggo yang berbasis pada seni main Pukul Betawi. Bahkan di Jakarta menurut hasil penelitian Grup Rebana Biang tinggal satu, yaitu Grup Rebana Biang Pusaka.
Rebana Biang terdiri dari berbagai macam / nama yaitu :
- Gendung ( 30 Cm )
- Kotek ( 60 Cm )
- Biang ( 90 Cm )
- Kecrek
Dahulu lagu-lagu yang disajikan adalah Vocal dan Instrumental dengan terompet sebagai leadernya. Lirik lagu yang dibawakan adalah berbahasa Arab, Betawi dan Sunda, kesenian ini biasa juga dipergunakan untuk mengiringi Tari Belenggo atau teater Belantek.
Rebana Biang biasanya disajikan dalam tiga Versi yaitu menbawakan lagu-lagu yang berbahasa Betawi, Sunda, dan Arab. Ini sebagian judul lagu Rebana Biang :
BETAWI
- Sirih Kuning ( sebagai lagu pembuka / ucapan selamat datang )
- Kicir-kicir
- Jali-jali
- Kang Haji (di Jawa Barat dinamakan lagu Sorban Palid), dan lain-lain
SUNDA
- Arang-arang
- Bangket
- Mujaer Mundur
- Sorban Palid, dan lain-lain
ARAB
- Allah – Allah
- Allahu’ah
- Amin Fazak Qurisi
- Robbunasa
- Maulana
- Ya Nabi Ya Hador, dan lain-lain
Lagu-lagu di atas yang diutamakan adalah lirik-lirik lagunya, para penggarap menyatakan tidak tahu menahu tentang isi lirik yang dilantunkan. Demikian pula tentang syair dari lirik lagunya pun tidak jelas. Lagu-lagu di atas senantiasa diiringi dengan bunyi pukulan rebana-rebana, dan ada pula yang lepas iringan.