
(Artikel ini pernah tayang di Cogent Arts & HumAnities2024, VoL. 11, no. 1, 2410542)
Penulis adalah Fahrani Reza Cucu dari Pendiri Lembaga Kebudayaan Betawi (Alm) H. Irwan Sjafi’ie
Dialek Betawi, Betawi Tengahan dan Betawi Pinggiran, sangat penting bagi identitas masyarakat Betawi di Indonesia. Betawi Tengahan, yang lazim di Jakarta Pusat, memiliki kosakata yang mirip dengan bahasa Indonesia baku, sementara Betawi Pinggiran, yang dituturkan di daerah pinggiran seperti Depok dan Jakarta, masih memiliki pengaruh dari bahasa Sunda dan Jawa. Kedua dialek ini mengalami penurunan, terutama di kalangan generasi muda yang semakin menyukai bahasa Indonesia, sehingga menggarisbawahi perlunya upaya pelestarian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi situasi terkini dialek Betawi dan bagaimana dialek tersebut telah bergeser karena beberapa faktor, seperti dinamika kekuasaan dan sosial-politik. Studi kualitatif ini bertujuan untuk mengkaji representasi dan penggunaan dialek-dialek ini dalam upacara adat, seperti Palang Pintu dan Rebut Dandang, serta interaksi sehari-hari untuk mendokumentasikan relevansinya saat ini, mengkaji bagaimana anggota masyarakat Betawi menegosiasikan identitas budaya mereka dalam konteks perkotaan, dan menganalisis dinamika kekuasaan yang mendorong pergeseran ke arah bahasa Indonesia. Penelitian ini menganalisis dua video YouTube tentang tradisi Palang Pintu dan Rebut Dandang serta wawancara dengan dua keluarga Betawi untuk memahami dialek Betawi dan praktik budaya di kalangan pemuda perkotaan. Data dianalisis menggunakan analisis konten, dan narasumber dipilih berdasarkan tempat tinggal jangka panjang mereka di wilayah yang didominasi Betawi, untuk memastikan keakraban yang mendalam dengan dialek tersebut. Dengan menggunakan Teori Studi Budaya Stuart Hall, dengan fokus pada representasi, penelitian ini mengeksplorasi dinamika budaya, negosiasi identitas, dan hubungan kekuasaan yang memengaruhi pergeseran bahasa ini. Temuan ini menyoroti kebutuhan mendesak akan upaya pelestarian bahasa yang terarah untuk mempertahankan dialek Betawi dan warisan budaya asosiasinya dalam konteks yang semakin urban dan global.
Keywords: