kebudayaan betawi – Tari Topeng Tunggal. Topeng dalam bahasa Betawi mempunyai beberapa arti. Pertama berarti kedok penutup wajah. Kedua berarti teater dan pertunjukan. Ketiga berarti primadona atau penari. Topeng yang dibahas di sini topeng dalam pengertian teater tradisional atau teater rakyat Betawi.
Teater topeng Betawi mulai tumbuh pada awal abad ke-20. Daerah pertumbuhan topeng di pinggiran Jakarta. Karena tumbuhnya di pinggiran Jakarta, topeng dipengaruhi oleh kesenian Sunda. Saat itu masyarakat mengenal topeng melalui pertunjukan ngamen keliling kampung. Ada yang berpendapat topeng Betawi berasal dari kesenian ubrug. Pendapat itu masih perlu diperdebatkan. Dahulu ubrug dan topeng Betawi hidup secara damai.
Tari Topeng (Kedok) Tunggal diciptakan tahun 1930 oleh Djiun dan Mak Kinang, pasangan seniman Betawi yang setelah menikah tinggal di Cisalak, sehingga sebagian orang mengenalnya sebagai Topeng Cisalak. Tarian ini diberi nama tari Topeng bukan semata-mata karena penggunaan topeng oleh sang penari, tetapi karena tarian ini menjadi bagian dari pertunjukkan Topeng Betawi, yaitu teater rakyat berbahasa Betawi Pinggir (Betawi Ora) yang terdiri dari musik, tari, nyanyi, lawak dan lakon (sandiwara) dengan tema kehidupan sehari-hari masyarakat Betawi. Pertunjukkan Topeng Betawi diawali dengan permainan musik atau tetalu yang mengiringi lagu langgam sari sebagai tanda dimulainya acara, disusul kemunculan seorang penari perempuan yang disebut “ronggeng” dan memulai tarian Topeng Tunggal.
Awalnya tari Topeng Tunggal diletakkan di akhir pementasan sebagai penutup, tetapi kemudian justru menjadi pembuka acara. Tari ini memiliki tingkat kesulitan yang tinggi karena ronggeng topeng harus memainkan tiga karakter sekaligus secara berurutan, dan tidak semua penari bisa melakukannya. Tiga karakter dalam tari Topeng Tunggal direpresentasikan melalui (1) Tari Panji, berkarakter lemah lembut dan gemulai disimbolkan oleh topeng berwarna putih, (2) Tari Samba, berkarakter lincah, centil, dan ceria disimbolkan topeng berwarna pink atau merah muda, dan (3) Tari Jingga, berkarakter kuat, gagah berani, dan kasar yang disimbolkan dengan topeng berwarna merah atau merah hati. Penggunaan tiga topeng sekaligus oleh satu orang penari secara berturut-turut menyebabkan tari ini juga dijuluki Tari Tiga Topeng. Seorang ronggeng atau penari Topeng Tunggal seringkali menjadi primadona dalam pertunjukan Topeng Betawi karena kepiawaiannya menarikan tiga segmen tarian tersebut sekaligus. Dahulu para ronggeng harus belajar dan berlatih sendiri tanpa ada mentor seperti sekarang. Keluwesan perpindahan karakter dengan bahasa tubuh yang “pas” tentu saja bukan hal yang mudah. Kesulitan berpindah karakter masih ditambah dengan topeng yang harus dikenakan selama menari, yaitu dengan menggigit kayu yang ada di bagian belakang topeng agar menempel dengan baik di wajah si penari.
Tari Topeng Tunggal terinspirasi dari Topeng Kecil Cirebon yang menggunakan enam sampai delapan topeng. Bisa dibilang tari Topeng Tunggal merupakan penyederhanaan dari Topeng Cirebon dengan hanya menggunakan tiga buah topeng. Bentuk fisik topeng yang digunakan juga berbeda, topeng Betawi matanya tidak terlalu sipit dan ada hiasan rambut berwarna hitam di bagian atasnya. Tari Topeng Tunggal awalnya diciptakan untuk mengamen dari kampung ke kampung, kemudian menjadi ritual pertunjukan Topeng Betawi yang dianggap mengandung mistis sebagai penolak bala oleh masyarakat masa itu. Setelah teater Topeng Betawi surut kepopulerannya, tari Topeng Tunggal menjadi pertunjukan terpisah yang lebih bersifat hiburan dan kerap tampil dalam hajatan Betawi serta acara-acara adat atau kebudayaan lainnya.
Tari Topeng Tunggal sejak dahulu sudah dipakemkan yakni hanya boleh dibawakan oleh penari perempuan, berbeda dengan tari Topeng Cirebon yang bisa dimainkan oleh penari perempuan maupun lelaki. Begitu juga dengan gerakannya yang sudah pakem. Jenis tari topeng lain yang juga merupakan turunan atau rumpun tari Topeng Betawi gerakannya lebih bervariasi dan bisa disesuaikan dengan musik pengiringnya. Struktur gerak dalam tari Topeng Tunggal khas Betawi, dari karakter topeng pertama sampai ketiga sebenarnya memiliki pola gerak yang hampir sama, yaitu “gerak dasar tari Betawi” tetapi yang membedakannya adalah terdapat kenaikan ritme dan ruang gerak yang semakin luas. Hal inilah yang menjadi pembeda antara masing-masing tarian topeng dalam satu rangkaian tari Topeng Tunggal. Susunan gerak tari Topeng Tunggal terdiri dari (1) Tari Panji: tindak/nindak, tindak selancar, goleng, sembah bedeku; (2) Tari Samba: sembah bedeku, putar di tempat, kiwir-kiwir, gonjingan; (3) Tari Jingga atau Kelana: gonjingan, nindak empat, gagahan, puter selampe, goyang pundak, sembah deku.
Penari Topeng Tunggal mengenakan kebaya yang tertutup dari mulai leher hingga perut dengan bawahan kain batik tumpal tombak Betawi. Terkadang mengenakan baju kurung lengan pendek dengan variasi pola tiga susun di antara lengan atas dan sikut penari. Pada bahu terdapat “toka-toka” terbuat dari bahan sutera dengan warna mencolok, yang dikenakan dengan cara diselempangkan bersilangan di bagian dada. Selain toka-toka ada juga “pandepun” yaitu sehelai kain dari katun atau sutera berwarna emas yang menutupi dada. Fungsi toka-toka dan pandepun sebenarnya sama yaitu untuk menutupi bagian dada. Saat ini sudah ada variasi toka-toka yang langsung diikat di leher, jadi penari cukup mengenakan satu saja. Pinggang penari mengenakan “pending”, ikat pinggang yang terbuat dari logam. Selendang berbahan sutera yang disebut “kewer” sebagai perlengkapan tarian diselipkan pada pending. “Ampreng”, sehelai kain bersulam emas, dikenakan di pinggang untuk menutupi bagian pusar sampai batas lutut, sedangkan “Andong” dikenakan di bagian belakang untuk menutupi panggul. Bagian kepala penari Topeng Tunggal memakai penutup kepala “Kembang Topeng” yang aslinya berbentuk setengah lingkaran dengan rumbai di bagian pinggirannya. Asesoris lainnya berupa anting, kalung, dan gelang. Riasan penari biasanya sederhana, menggunakan rias cantik tetapi tidak tebal berupa alas bedak, bedak, eye shadow, blash on, dan lipstick.
Musik pengiring tari Topeng Tunggal adalah “gamelan topeng” yang juga biasa mengiringi pagelaran teater rakyat Topeng Betawi. Alat musik yang digunakan terdiri dari sebuah rebab, sepasang gendang (gendang besar dan kulanter), satu ancak kenong berpencon tiga, sebuah kecrek, sebuah kempul yang digantungkan pada gantungan, dan sebuah gong tahang atau disebut juga “gong angkong”. Alat musik kenong berpencon tiga dimainkan oleh dua orang pemain, yang seorang menabuh kenong atau “ngenong”, dan lainnya menabuh kenceng atau “ngenceng”. Pemukulan kempul pertama kali menandakan pertunjukan akan segera dimulai, kemudian dilanjutkan dengan gesekan rebab tunggal atau arang-arangan. Lagu pengiring tari Topeng Tunggal adalah lagu tetopengan yang juga diciptakan oleh Djiun
Tari Topeng (Kedok) Tunggal diciptakan tahun 1930 oleh Djiun dan Mak Kinang, pasangan seniman Betawi yang setelah menikah tinggal di Cisalak, sehingga sebagian orang mengenalnya sebagai Topeng Cisalak. Tarian ini diberi nama tari Topeng bukan semata-mata karena penggunaan topeng oleh sang penari, tetapi karena tarian ini menjadi bagian dari pertunjukkan Topeng Betawi, yaitu teater rakyat berbahasa Betawi Pinggir (Betawi Ora) yang terdiri dari musik, tari, nyanyi, lawak dan lakon (sandiwara) dengan tema kehidupan sehari-hari masyarakat Betawi. Pertunjukkan Topeng Betawi diawali dengan permainan musik atau tetalu yang mengiringi lagu langgam sari sebagai tanda dimulainya acara, disusul kemunculan seorang penari perempuan yang disebut “ronggeng” dan memulai tarian Topeng Tunggal.
Awalnya tari Topeng Tunggal diletakkan di akhir pementasan sebagai penutup, tetapi kemudian justru menjadi pembuka acara. Tari ini memiliki tingkat kesulitan yang tinggi karena ronggeng topeng harus memainkan tiga karakter sekaligus secara berurutan, dan tidak semua penari bisa melakukannya. Tiga karakter dalam tari Topeng Tunggal direpresentasikan melalui :
- Tari Panji, berkarakter lemah lembut dan gemulai disimbolkan oleh topeng berwarna putih,
- Tari Samba, berkarakter lincah, centil, dan ceria disimbolkan topeng berwarna pink atau merah muda, dan
- Tari Jingga, berkarakter kuat, gagah berani, dan kasar yang disimbolkan dengan topeng berwarna merah atau merah hati.
Penggunaan tiga topeng sekaligus oleh satu orang penari secara berturut-turut menyebabkan tari ini juga dijuluki Tari Tiga Topeng. Seorang ronggeng atau penari Topeng Tunggal seringkali menjadi primadona dalam pertunjukan Topeng Betawi karena kepiawaiannya menarikan tiga segmen tarian tersebut sekaligus. Dahulu para ronggeng harus belajar dan berlatih sendiri tanpa ada mentor seperti sekarang. Keluwesan perpindahan karakter dengan bahasa tubuh yang “pas” tentu saja bukan hal yang mudah. Kesulitan berpindah karakter masih ditambah dengan topeng yang harus dikenakan selama menari, yaitu dengan menggigit kayu yang ada di bagian belakang topeng agar menempel dengan baik di wajah si penari.
Tari Topeng Tunggal terinspirasi dari Topeng Kecil Cirebon yang menggunakan enam sampai delapan topeng. Bisa dibilang tari Topeng Tunggal merupakan penyederhanaan dari Topeng Cirebon dengan hanya menggunakan tiga buah topeng. Bentuk fisik topeng yang digunakan juga berbeda, topeng Betawi matanya tidak terlalu sipit dan ada hiasan rambut berwarna hitam di bagian atasnya. Tari Topeng Tunggal awalnya diciptakan untuk mengamen dari kampung ke kampung, kemudian menjadi ritual pertunjukan Topeng Betawi yang dianggap mengandung mistis sebagai penolak bala oleh masyarakat masa itu. Setelah teater Topeng Betawi surut kepopulerannya, tari Topeng Tunggal menjadi pertunjukan terpisah yang lebih bersifat hiburan dan kerap tampil dalam hajatan Betawi serta acara-acara adat atau kebudayaan lainnya.
Tari Topeng Tunggal sejak dahulu sudah dipakemkan yakni hanya boleh dibawakan oleh penari perempuan, berbeda dengan tari Topeng Cirebon yang bisa dimainkan oleh penari perempuan maupun lelaki. Begitu juga dengan gerakannya yang sudah pakem. Jenis tari topeng lain yang juga merupakan turunan atau rumpun tari Topeng Betawi gerakannya lebih bervariasi dan bisa disesuaikan dengan musik pengiringnya. Struktur gerak dalam tari Topeng Tunggal khas Betawi, dari karakter topeng pertama sampai ketiga sebenarnya memiliki pola gerak yang hampir sama, yaitu “gerak dasar tari Betawi” tetapi yang membedakannya adalah terdapat kenaikan ritme dan ruang gerak yang semakin luas. Hal inilah yang menjadi pembeda antara masing-masing tarian topeng dalam satu rangkaian tari Topeng Tunggal. Susunan gerak tari Topeng Tunggal terdiri dari (1) Tari Panji: tindak/nindak, tindak selancar, goleng, sembah bedeku; (2) Tari Samba: sembah bedeku, putar di tempat, kiwir-kiwir, gonjingan; (3) Tari Jingga atau Kelana: gonjingan, nindak empat, gagahan, puter selampe, goyang pundak, sembah deku.
Penari Topeng Tunggal mengenakan kebaya yang tertutup dari mulai leher hingga perut dengan bawahan kain batik tumpal tombak Betawi. Terkadang mengenakan baju kurung lengan pendek dengan variasi pola tiga susun di antara lengan atas dan sikut penari. Pada bahu terdapat “toka-toka” terbuat dari bahan sutera dengan warna mencolok, yang dikenakan dengan cara diselempangkan bersilangan di bagian dada. Selain toka-toka ada juga “pandepun” yaitu sehelai kain dari katun atau sutera berwarna emas yang menutupi dada. Fungsi toka-toka dan pandepun sebenarnya sama yaitu untuk menutupi bagian dada. Saat ini sudah ada variasi toka-toka yang langsung diikat di leher, jadi penari cukup mengenakan satu saja. Pinggang penari mengenakan “pending”, ikat pinggang yang terbuat dari logam. Selendang berbahan sutera yang disebut “kewer” sebagai perlengkapan tarian diselipkan pada pending. “Ampreng”, sehelai kain bersulam emas, dikenakan di pinggang untuk menutupi bagian pusar sampai batas lutut, sedangkan “Andong” dikenakan di bagian belakang untuk menutupi panggul. Bagian kepala penari Topeng Tunggal memakai penutup kepala “Kembang Topeng” yang aslinya berbentuk setengah lingkaran dengan rumbai di bagian pinggirannya. Asesoris lainnya berupa anting, kalung, dan gelang. Riasan penari biasanya sederhana, menggunakan rias cantik tetapi tidak tebal berupa alas bedak, bedak, eye shadow, blash on, dan lipstick.
Musik pengiring tari Topeng Tunggal adalah “gamelan topeng” yang juga biasa mengiringi pagelaran teater rakyat Topeng Betawi. Alat musik yang digunakan terdiri dari sebuah rebab, sepasang gendang (gendang besar dan kulanter), satu ancak kenong berpencon tiga, sebuah kecrek, sebuah kempul yang digantungkan pada gantungan, dan sebuah gong tahang atau disebut juga “gong angkong”. Alat musik kenong berpencon tiga dimainkan oleh dua orang pemain, yang seorang menabuh kenong atau “ngenong”, dan lainnya menabuh kenceng atau “ngenceng”. Pemukulan kempul pertama kali menandakan pertunjukan akan segera dimulai, kemudian dilanjutkan dengan gesekan rebab tunggal atau arang-arangan. Lagu pengiring tari Topeng Tunggal adalah lagu tetopengan yang juga diciptakan oleh Djiun. [Rudy_Albdr]
Sumber Bacaan : Buku Lagam Budaya Betawi – Universitas Indonesia Tahun 2011