USANA PENGANTIN TUAN RAJA MUDA -
Pakaian Kebesaran Penganten Laki Betawi, Dokumentasi Lembaga Kebudayaan Betawi

BUSANA PENGANTIN TUAN RAJA MUDA

BUSANA PENGANTIN TUAN RAJA MUDA – Tentu saja, himpunan khasanah budaya dapat dipahami semua pihak jika dikatakan adanya di lingkungan raja-raja dan kaum bangsawan di sekitarnya. Sementara yang dipertuankan di sini adalah keluarga kerajaan di bawah pimpinan raja-nya, ketika itu dikenal adalah Pangeran Jayakarta yang telah menganut Agama Islam.

Perkawinan di kalangan mereka dengan busana adat yang meriah tentu terjadi pada putra-putri mereka sehingga diperolehlah sebutan untuk baju pengantin sang pangeran dengan nama BUSANA PENGANTIN TUAN RAJA MUDA, sedangkan di kalangan rakyat kecil yang meniru kebiasaan ini serta dalam kebersahajaannya mereka yang tidak berhak terhadap ”Tuan Raja Muda” terdapat nama DANDANAN CARE HAJI. Mereka meniru dan mengenakannya terutama karena Agama Islam yang dianut bersama dari masyarakat golongan terbawah hingga mereka yang berada dilingkungan istana kesultanan ini adalaj Agama Islam, yang mengajarkan bahwa kebiasaan yang baik itu pantas ditiru, terkadang juga menyebutkan pengantin yang mengenakan busana ini dengan nama BAJU PENGANTIN SULTAN.

Baik dikalangan raja-raja dan kaum bangsawan maupun dilingkungan masyarakat pedagang, petani kaya dan kaum menengah lain bahkan sampai kekehidupan rakyat jelata yang memiliki kebanggaan bisa meniru kebiasaan hidup masyarakat diatasnya, maka minimal Busana Pengantin Tuan Raja Muda itu akan terdiri dari:

JUBAH atau Jubeh yaitu pakaian luar yang besar dan longgar, terbuka pada halaman tengah depan dari leher sampai kebawah hampir sama/kurang sedikit dari pakaian dalamnya. Dahulu kala diberi hiasan potongan-potongan emas, bebatuan permata dan mutiara berbentuk Burung Hong atau Liong, atau Kubah-kubah masjid, bahkan kembang –bunga di- Taman sari. Semua itu penyatuan dari pelbagai lambang keindahan, kebaikan, kesucian, kebesaran serta segenap cinta dan cita-cita dalam kehidupan dunia dan akhirat. Secara sepihak Kaum Betawi boleh saja mengatakanbahwa busana ini diambil dan berasal dari Jubah kebesaran para Khalifah atau Pimpinan Kabila-kabilah islam di Jazirah Arab. Tetapi , kenyataan yang ada membuktikan bahwa dinegeri Cina, Tibet, India Maupun di Negara-negara Eropah Barat dan Timur, jubah ini digunakan oleh kalangan masyarakat dari golongan terendah sampai tertinggi. Perbedaannya hanya terletak pada assesorisnya, apakah itu busana acara resmi atau pakaian sehari-hari.

GAMIS yaitu hampir sebentuk jubah tipis sebagai pakaian dalam pengantin, terbuat dari bahan yang berwarna polos dan lebih lembut warnanya dari jubah luarnya dengan potongan leher berkerah tertutup, dan belahan bajunya terdapat dari leher sampai ke-ulu hati sepanjang 25cm.

Ternyata busana dengan potongan seperti ini juga dikenal dan dipakai oleh hampir seluruh masyarakat bangsa – bangsa didunia. Satu-satunya yang diambil dari masyarakat Bangsa Arab adalah namanya yaitu GAMIS, yang antara lain dipakai sebagai busana untuk melaksanakan shalat. Oleh karena itu gamis harus diukur diatas mata kaki, agar tidak terkena najis waktu berjalan atau selama dipakai dalam kegiatan sehari-hari.

CELANA PANJANG berbentuk pantaloon yang dipakai dalam gamis. Umumnya berwarna hampir sama dengan jubah luarnya walaupun dari bahan kain yang sejenis dengan gamisnya.

Bentuk celana patalon ini setelah pengaruh Eropah dimasa-masa terakhir sekarang, dahulu tentunya celana panjang yang dikenal adalah berbentuk celana panjang Melayu, berikat tali diperut.

SELEMPANG baik di berbagai suku bangsa di Indonesia, bahkan di negara-negara besar di dunia yang memiliki struktur antroppologi budaya yang maju, selempang yang dikenakan di pundak dengan kedua ujungnya ditarik ke pinggang ini adalah sebuah tanda kebesaran.

Selempang yang dibuat hampir seluruh 15 cm ini dikenakan oleh pengantin pria Betawi pada pundak kiri dan ditarik kepinggang kanan yang artinya secara manusiawi setiap manusia cenderung untuk memilih jalan ke kiri (kekeliruan atau kesalahan) oleh karena itu harus ditarik ke kanan yaitu jalan hidup yang benar.

ALPIE  yaitu tutup kepala, topi yang berlilitkan sorban cara haji. Dengan harapan umum kiranya selama hidupnya beserta isteri dan anak keturunannya akan tetap dan senantiasa melaksanakan kewajiban selaku pemeluk agama Islam di bawah bimbingan ayah dalam rumah tangga itu. Sekuntum Mawar Merah yang dikelilingi kuncup bunga melati yang diberi 3 (tiga) untai kuncup bunga Melati dengan ujung bawahnya kuncup Bunga Kenanga adalah lambang cinta kasih.

SIRIH DARE yaitu sirih untuk anak dara sang calon pengantin yang terdiri dari 7 atau 9 lembar daun sirih yang dilipat berbentuk segitiga dengan ujung-ujung daunnya menghadapmkeatas, diberi hiasan sekuntum bunga Mawar Merah dan di dalamnya terdapat selembar uang kertas dengan nilai tertinggi disaat perkawinan itu dilaksanakan. Ini adalah persembahan pengantin pria kepada sang calon isteri yang disebut uang SEMBE.

ALAS KAKI  di masa lampau alas kaki yang dikenakan berbentuk sandal kulit terbuka, untuk kalangan raja-raja dan bangsawan biasanya berlapis emas, akan tetapi pengaruh Eropah nampaknya terlalu kuat sehingga keindahan sandal kulit berlapis emas itu pada akhirnya berganti dengan sepatu pantoval.

Baca Selanjutnya BUSANA JAS KAEN SEREBET

Pencarian Berdasarkan Kata KunciSIRIH DARE

Check Also

SARUNG DALAM EKSPRESI KESENIAN BETAWI (Bagian 3)

SARUNG DALAM EKSPRESI KESENIAN BETAWI (Bagian 3)

SARUNG DALAM EKSPRESI KESENIAN BETAWI (Bagian 3) – Membicarakan sarung dalam masyarakat Betawi sesungguhnya membicarakan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *