LAKON LELUHUR PANDAWA (Bagian7)

LAKON LELUHUR PANDAWA (Bagian7)

Oleh : Tim Litbang Lembaga Kebudayaan Betawi

LAKON LELUHUR PANDAWA (Bagian7) – Sejak Dewi Rara Amis bertahta, Saputra Angga kian jaya. la mengurus ketiga anak Sentanu seperti anak sendiri. Saat itulah Saputra Angga menjadi Astina.

Tersebutlah Raja Basmak. Ia memiliki tiga orang putri. Yang tertua bernama Dewi Amba, yang kedua bernama Ambaliki dan yang bungsu bernama Ambawati. Saat ketiga putri itu lahir, sang raja mengambil ari-arinya. Lalu ari-ari itu diukup dan dipuja. Ari-ari itu menjelma menjadi dua raksasa. Kedua raksasa itu dinamakan Gumaba dan Gumbagi.

Karena seramnya raksasa itu, rakyat banyak yang sakit. Maka Raja Basmak memenjarakan kedua raksasa itu di gunung batu. Setiap hari raksasa itu menghabiskan daging gajah, macan dan badak.

Setelah ketiga putri Raja Basmak cukup umur, sang ayah merencanakan menikahkan ketiga putrinya. Ia akan mengadukan para peminang putrinya dengan kedua raksasa itu. Segera surat undangan sayembara diedarkan. Dewa Barata pun mendapat surat itu. Namun saat itu ia tengah berguru di Gunung Indrakila.

Akhirnya surat undangan pun sampai juga ke tangan Dewa Barata. Begawan Sukma Parasu sang guru berpesan, untuk mengalahkan kedua raksasa itu dengan sembilu. Dan setelah mengikuti sayembara itu ia harus secepatnya pulang ke Indrakila.

Di alun-alun Negeri Basmak sayembara telah berlangsung. Banyak raja-raja yang telah tewas. Sebagian lagi telah lari. Dewa Barata yang terlambat datang mendapati alun-alun telah sunyi.

Akhirnya kedua raksasa yang telah dikembalikan ke penjara dikeluarkan lagi. Dewa Barata bertarung melawan keduanya. Hampir ia lupa pesan gurunya, karenanya hampir ia kalah. Untunglah ia teringat, kedua raksasa itu berasal dari ari-ari, untuk mengalahkan ari-ari hanya dengan sembilu. Hancurlah kedua raksasa itu.

Dewa Barata pulang membawa ketiga putri itu. la membagi dengan adiknya, masing-masing satu. Tetapi saat malam pernikahannya, Dewa Barata teringat, ia harus segera kembali ke Indrakila seusai sayembara. Pergilah Dewa Barata ke gunung itu. Namun Dewi Amba tak mau ditinggalkan. Dewa Barata mengancam dengan panah, tanpa sengaja panah terlepas, matilah Dewi Amba.

Sebelum kematiannya Dewi Amba mengancam, ia akan menitis pada seorang prajurit wanita bernama Srikandi. Ialah yang akan membunuh Dewa Barata dalam perang Birantayuda.

Dewa Barata amat menyesal. Ia bersumpah tidak akan beristri lagi. la bertapa di gunung Parasu ditemani seorang emban.

Di kayangan terdapat dua orang dewa bernama Batara Citra Anggada dan Batara Citra Sena. Keduanya tak suka saat mengetahui ada manusia yang memiliki nama yang sama dengan mereka. Kedua batara itu mengadukan kepada Batara Guru. Tetapi sang Batara tak ingin mengubah nama manusia.

Pegilah kedua batara itu ke Astina. Mereka menantang Citra Anggada dan Citra Sena berperang. Kedua dewa itu kalah, namun Citra Anggada dan Citra Sena terus menantang-nantang dewa-dewa lain.

Satu per satu dewa-dewa dikalahkan Citra Anggada dan Citra Sena. Hampir semua dewa tak ada yang mampu mengalahkan kedua pangeran itu. Maka Batara Kamajaya memanah mereka. Gugurlah Citra Anggada dan Citra Sena bersama-sama terpanggang panah Kamajaya.

Betapa sedihnya Dewi Rara Amis melihat kematian keponakannya itu. Apa lagi Astina tidak memiliki calon pengganti Raja. Dewa Barata tak mau menjadi raja, Gandamanah merasa tak berhak.

Terpaksa Dewi Rara Amis menitahkan Abyasa menikahi Dewi Ambaliki dan Dewi Ambawati. Namun suatu kesalahan terjadi. Sewaktu malam pengantin, Dewi Ambaliki menutupi wajahnya karena malu. Akibatnya Ahyasa mengatakan anak yang akan lahir matanya akan tertutup.

Sedangkan saat melaksanakan malam pengantin dengan Dewi Ambawati, sang dewi yang juga merasa malu menutupi kemaluannya. Abyasa pun mengatakan anak yang akan lahir, kemaluannya akan lemas.

LAKON LELUHUR PANDAWA (Bagian7). Karena kedua kejadian itu, Abyasa diberi seorang selir. Diharapkan dari selir itu akan lahir anak yang tak bercacat. Namun saat malam pertama sang selir merasa malu. Ia menyilangkan kaki menutupi kemaluannya. Abyasa berkata, anak yang akan lahir akan timpang.

Tersebutlah di Suralaya, Umbu Dipati sang penjaga kawah Candradimuka sedang mabuk kepayang. Ia jatuh cinta pada Dewi Mampuni.

Umbu Dipati meminang dewi itu pada Batara Guru. Ternyata Dewi Mampuni telah bertunangan dengan Raden Tumenggung Tatmala. Dahulu Batara Gangga melamarkannya di sumur Si Jalatunda.

Karena kecewa Umbu Dipati turun ke mayapada. Batara Basuki dan Batara Bayu menyertainya. Ketiganya lalu merubah wujud menjadi raksasa yang mengerikan. Mereka berganti nama. Umbu Dipati menjadi Prabu Naga Kilat, Batara Basuki menjadi Patih Naga Kesuma sedang Batara Bayu menjadi Bupati Naga Pangsang.

Dengan kesaktiannya Prabu Naga Kilat menciptakan sebuah negeri, lengkap dengan istana dan segala isinya. Negeri itu dinamakan Carang Gantungan Ranjang Kencanah. (Bersambung Bagian8)

Pencarian Berdasarkan Kata Kuncihttps://www kebudayaanbetawi com/tag/dewi-rara-amis/

Check Also

LAKON MAHARAJA GAREBEG JAGAT (Bagian 12)

LAKON MAHARAJA GAREBEG JAGAT (Bagian 11)

Maharaja Garebeg Jagat – Tersebutlah seorang Penyalin dan Pengarang Sastra Melayu di Tanah Betawi pada …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *