TRADISI MENJELANG IMLEK – Pasar malam di Rawabelong menjelang Imlek sedikit berbeda dari malam-malam biasanya. Banyak penjual Ikan Bandeng di trotoar daerah tersebut. Hal ini memang sudah menjadi tradisi bagi warga sekitar. Pasar malam yang menjual ikan bandeng di Rawa Belong, Jakarta Barat, mulai ramai dikunjungi masyarakat jelang perayaan Tahun Baru Imlek.
Dalam sebuah tulisan karya Firman Muntaco, seorang penulis dari tanah Betawi, ada cerita tentang Tahun Baru Imlek. Dikatakan bahwa seorang pria pergi ke pasar malam yang diadakan secara teratur sebelum Tahun Baru Imlek. Di sana karena dia begitu ramai dengan orang-orang, dia menyenggol wanita dengan bebas. Namun tak disangka, salah satu orang pilihannya adalah calon ayah mertuanya.
Di lain cerita, masih dalam tulisan kumpulan cerita Gambang Jakarte, Firman Muntaco, ada cerita tentang bandeng. Terungkap bahwa calon menantu atau menantu wajib membawa ikan bandeng sebagai hantaran kepada mertuanya. Hal ini sejalan dengan kebiasaan masyarakat Tionghoa di Jakarta. Namun yang jelas adat ini kemudian diadaptasi oleh masyarakat Betawi Jakarta.
Rawabelong, Jakarta Barat yang terkenal dengan tanah kelahiran Si Pitung selalu ramai setiap menjelang Imlek dengan pedagang yang menjajakan bandeng. H. Bachtiar, pemimpin sanggar Si Pitung, sering berkeliaran di pasar malam di sepanjang Rawabelong. Dari hasil penelitiannya, ditemukan bahwa pedagang bandeng di pasar malam menjelang Imlek biasanya sudah melakukan bisnis ini secara turun temurun. Beberapa pedagang mewarisi bisnis musiman ini dari orang tua mereka. Namun bandeng di Tahun Baru Imlek ini berbeda dengan bandeng biasanya. Ukuran bandeng di Tahun Baru Imlek biasanya lebih besar.
TRADISI MENJELANG IMLEK – H. Bachtiar, Pimpinan Sanggar Pitung di Rawabelong, menyebutkan ada bandeng seukuran cumi-cumi kecil. Bandeng yang dijual di Rawabelong sebenarnya adalah pilihan bandeng yang berbeda dari bandeng yang biasanya dijual di penjual ikan. Bandeng yang dijual adalah bandeng yang dipelihara khusus saat Imlek. Meski tidak diproduksi di Rawabelong, bandeng di Rawabelong sangat populer.
Tradisi pasar malam untuk menyambut Imlek banyak dilakukan oleh masyarakat Betawi di Rawabelong, Kemanggisan, Kebun Jeruk. H. Bachtiar menuturkan, sejak kecil, sekitar tahun 1960-an pasar malam Imlek sudah ada. “Dulu tidak rapi, dan tidak berjajar seperti sekarang,” katanya.
Mengingat popularitas bandeng Rawabelong yang lezat, ada petunjuk jika menantunya datang dengan tangan kosong di Tahun Baru Imlek. “Kamu tidak melewati Rawabelong, apa?” Artinya, ibu mertuanya mengharapkan menantu perempuannya untuk membawakan bandengnya.
Selain ke menantu, ikan bandeng yang diawetkan – paling terkenal dipindang, dibumbui dengan asam dan kuning dengan kuah – dibawa ke orang-orang yang dianggap “penting”, seperti kerabat dekat. H. Bakhtiar menjelaskan bahwa “orang-orang yang memanen bandeng di sini biasanya adalah orang-orang yang religius.” Kata Bang H. Bachtiar.
Bandeng saat Imlek bagi masyarakat Rawabelong, Kimanggisan, Kebon Jeruk dan sekitarnya sudah menjadi tradisi yang dikaitkan dengan nilai-nilai kehidupan mereka. Tradisi leluhur terus berlanjut dan perkembangannya terus berlanjut hingga sekarang. Selain karena ikan bandeng memiliki nilai gizi yang tinggi, tradisi makan bandeng bersama saat Imlek merupakan cara yang efektif untuk berkumpul. H. Bachtiar berkata, “Ini saya dari kemarin, saya hanya makan bandeng. Dulu digoreng, menjadi goreng, dan sekarang digoreng lagi.” Dia melanjutkan, “Semua orang yang datang, ayo makan bersama.”
Berbeda dengan Tionghoa di pinggiran Jakarta yang merayakan Imlek dengan hiburan seperti barongsai, cokek dan gambang kromong, masyarakat Rawabelong hanya tahu cara mengantarkan dodol Betawi dan bandeng. Namun dodol ini tidak dibuat khusus seperti menjelang Lebaran. Dodol ini juga memiliki rasa dan tampilan yang berbeda dengan dodol Cina. Dodol Betawi berwarna hitam, berbeda dengan dodol Cina yang berwarna coklat muda.
Namun, perlu diketahui bahwa tradisi makan bandeng tidak merata di semua wilayah budaya Betawi. “Masyarakat dari Kalibata, Pasar Minggu, Tanah Abang atau daerah Betawi lainnya mana kenal makan bandeng seperti ini,” kata H. Bachtiar..