Sastra Lisan
Sastra Lisan Penampilan "buleng"/Foto: Dokumen LKB

Sastra Lisan Yang Di Pentaskan Dalam Teater Tutur

kebudayaan betawi – Sastra lisan. Sastra betawi mempunyai dua penampilan yaitu sastra tulis Betawi dan sastra lisan Betawi. Sastra tulis Betawi baik yang modern maupun yang berasal dari masa lalu, nampaknyya belum sempat dicatat dan dianalisis secara sungguh-sungguh.

Sastra lisan yang dipertunjukan dengan cerita yang disampaikan dalam bentuk pantun berkait Sastra lisan  dengan iringan musik  Gambang Kromong.sehingga lebih dikenal oleh masyarakat umum adalah Gambang  Rancak Terlebih-lebih sastra lisannya. Secara umum, Sastra lisan Betawi dapat digolong-golongkan menjadi tiga kelompok :

BULENG,

Buleng, Yaitu cerita yang disampaikan dalam bentuk pantun. Pelaku utama Buleng umumnya  berada di daerah pinggiran wilayah budaya Betawi yang berbatasan dengan wilayah budaya sunda. Mereka menganggap dirinya orang Betawi yang bernenek moyang orang Sunda. Tak mengherankan jika kelompok masyarakat ini cenderung memilih cerita-cerita yang berwarna kesundaan :  Ciung Wanara, Telaga Warna, Raden Gondang, Gagak Rancang, dan Dalem Bandung.

SHOHIBUL HIKAYAT

Sahibul Hikayat, Yaitu cerita yang disampaikan dalam bentuk prosa. Masyarakat penikmatnya terdapat di tengah-tengah wilayah budaya Betawi.

Sastra Lisan soibul hikayat
Sastra Lisan Penampilan “Shohibul Hikayat”/Foto: Dokumen LKB

Kemungkinan para penikmatnya berasal dari kelompok etnis Melayu yang bermukim  di wilayah tuan-tuan tanah Arab. Pada kelompok masyarakat ini ceritanya kebanyakan bersal dari Timur Tengah. Antara lain bersumber pada SERIBU SATU MALAM, maka muncul cerita seperti :  Hasan Husin, Ahmad Muhammad, dan Sahrul Indara Laila Bangsawan.

RANCAK

Rancak, yaitu cerita yang disampaikan dalam bentuk pantun berkait. Pendukungnya berada di daerah pinggiran budaya Betawi terutama di bagian Utara yang berbatasan dengan Laut Jawa. Diduga masyarakat pendukungnya adalah orang Betawi keturunan Cina. Masyarakat ini cenderung memilih cerita-cerita seperti :  Si Angki Jago Pasar Ikan, Mat Tompel atau Phoa Sie Lie Tan,dan Sam Pek Eng Tahy.

Saat ini, yang kami tampilkan  Gambang Rancak. Waktu pentasnya mulai pukul 20.00 sampai 04.00 pagi. Dapat dibayangkan bagaimana si tukang cerita memikat penonton agar tetap duduk mendengarkan ceritanya selama delapan jam berturut-turut. Kali ini kami hanya sempat menampilkannya selama satu jam.

rancag
Sastra Lisan Penampilan “Rancag”/Foto: Dokumen LKB

Sastra lisan jenis ini biasanya dihidangkan dengan iringan musik  Gambang Kromong. Alat-alat musik yang digunakanadalah : gambang, kromong, gendang, kecrek, gong, dan kongahyan. Sastra lisan jenis ini sudah mendekati punah.

JANTUK

Fakultas Sastra Universitas Indonesia sudah dua kali mementaskan Teater Topeng Betawi.yang pertama mementaskan Topeng Betawi tipe Kanda Wetan, sedangkan yang kedua menampilkan Topeng Betawi tipe Kanda Kulon.

Teater tradisional ini merupakan gabungan dari pagelaran musik, tari, lawak, dan drama. Ada kalanya pagelaran itu diteruskan dengan lakon tambahan yang biasa disebut : Jantuk.

Urut-urutan keseluruhan pagelaran Topeng Betawi adalah sebagai berikut :

Pertama, dimainkan gamelan pembukaan yang disebut arang-arangan, dengan maksud mengumpulkan para Panjak Topeng yang belum siap di tempat.

Kedua, permainan gamelan di lanjutkan dengan Tetalu untuk menarik perhatian masyarakat agar segera datang menonton.

Jantuk
Sastra Lisan Penampilan “Jantuk”/Foto: Dokumen LKB<?span>

Ketiga, pagelaran tari segera dimulai. Ronggeng Topeng akan menarikan satu tarian wajib yang disebut Tari Topeng Tunggal. Pada tarian ini, penari mengenakan tiga buah topeng secara bergantian.

Keempat, muncul seorang pelawak untuk ikut menari dan bergurau dengan penari. Lagu pengiringnya adalah: alieu, Lipaet Gandes, atau Enjot-enjotan.

Kelima, pertunjukan darama. Lakon yang dimainkan sesuai dengan yang dikehendaki oleh si pemilik hajat.

Keenam, jika dikehendaki diberikan lakon tambahan Jantuk. Lakon ini menyajikan drama rumah tangga. Biasanya, lakon ini dipesan untuk memeriahkan pesta perkawinan.

Waktu pentas untuk keseluruhan pagelaran Topeng Betawi : delapan jam, mulai pukul 20.00 sampai dengan pukul 04.00 pagi. Pada kesempatan ini kami hanya menampilkan Jantuk selama satu jam.

Lakon Jantuk pun hanya sempat ditampilkan episode Totok Peda nya. Cerita yang akan dimainkan sudah baku.

Inti cerita hanyalah berupa wajangan untuk pengantin baru agar hidup rukun damai, jangan meniru keributan keluarga Pak Jantuk dan Bu Jantuk. Pertengkaran terjadi kemudian bercerai hanya gara-gara kepala ikan peda Pak Jantuk digondol kucing.

Dewasa ini, hanya tinggal beberapa orang saja yang sanggup memainkan peran Pak Jantuk. Hanya orang yang sudah berumur mampu Ngejantuk. 95 menit dari 120 menit yang tersedia, Pak Jantuk harus mampu bermonolog. Sekali-kali berdialog dangan penonton atau tukang gendang yang bertindak sebagai Alok.

Gamelan yang mengiringi pagelaran teater tradisional ini : Rebab, Kulanter, Gendang Besar, Kenong berpencon tiga, kecrek, kempul, dan Gong. [Yahya Andi Saputra]

Check Also

Bahasa Betawi Memperkuat Identitas Betawi

Bahasa Betawi Memperkuat Identitas Betawi

Oleh Yahya Andi Saputra   Tukang sulap menjadi kalap, Jalan gelap pasang pelita, Mohon maaf …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *