Akad Nikah Care Betawi (Bagian 2)
Roti Buaya, Dokumentasi Lembaga Kebudayaan Betawi

Akad Nikah Care Betawi (Bagian 2)

kebudayaanbetawi.com

Pelaksanaan Akad Nikah

Pas nyampe pada waktu nyang ude ditentuin, semua keluarga Calon Tuan Mantu, tokoh masyarakat, alim ulama, dan undangan ude pada kumpul. Maka rombongan Calon Tuan Mantu berangkat menuju rumah Calon None Mantu yang menjadi tempat pelaksanaan upacara akad nikah. Keberangkatan rombongan Calon Tuan Mantu menuju rumah Calon None Mantu ini disebut rudat. Rudat artinye mengiringi Calon Tuan Mantu menuju rumah Calon None Mantu untuk melaksankan ijab-kabul pernikahan.

Pada kesempatan ini Calon Tuan Mantu  mengenakan busana yang disebut Jas Kain Serebet Akad Nikah yang terdiri atas :

  1. Menggunakan tutup kepala (peci) warna hitam tanpa hiasan (polos).
  2. Berbaju kemeja lengan panjang warna putih.
  3. Mengenakan Jas Terbuka model Eropa dengan hiasan bunga Ros atau Anggrek di dada sebelah kiri.
  4. Berkain sarung Samarinda, Plekat atau Bugis.
  5. Memakai sepatu pantopel atau selop tutup.
  6. Memakai rangkaian (ronce) kembang melati

Perlu disinggung kembali ketika kunjungan penyerahan Tande Putus beberapa waktu yang lalu, selain membicarakan mas kawin ditentukan juga beberapa jenis bawaan yang harus diikutsertakan mengiringi mas kawin pada pelaksanaan akad nikah. Bawaan pengiring itu antara lain :

  1. Sirih nanas lamaran yang melambangkan pernyataan rasa hormat kepada pihak calon besan karena telah menerima lamaran.
  2. Sirih nanas hiasan yang merupakan pendamping Sirih Nanas Lamaran yang juga merupakan ungkapan rasa gembira.
  3. Mas kawin atau mahar (telah disinggung di atas) yang ketika dibawa dalam barisan rombongan diapit oleh Sirih Nanas Lamaran dan Sirih Nanas Hiasan.
  4. Miniatur masjid yang di dalamnya berisi uang belanja sesuai dengan jumlah yang telah dibicarakan sebelumnya. Masjid dijadikan lambang keteguhan akidah Islamiyah.
  5. Sepasang roti buaya yang jantannya menggendong seekor buaya kecil (anak buaya) di punggungnya, sebagai lambang telah berakhirnya masa lajang seorang laki-laki dengan melaksanakan upacara pernikahan. Buaya menurut pengertian orang Betawi adalah jenis satwa yang setia dengan pasangannya dan juga termasuk satwa yang sabar.
  6. Sie yaitu sebuah kotak kayu persegi empat (berukuran sekitar 120 cm X 90 cm) dengan ukiran bergaya Cina yang diisi sayur – mayur mentah dan beberapa butir telor asin yang sudah matang.
  7. Jung atau perahu Cina yang isinya berbagai jenis buah-buahan sebagai lambang kesiapan pasangan pengantin mengarungi gelombang laut kehidupan yang penuh dengan asam garam pahit manis namun harus dihadapi dengan tegar dan tawakkal. Bawaan jung ini sering juga disebut idam-idaman.
  8. Hadiah pelengkap dapat berupa seperangkat bahan pakaian wanita, selop, alat kecantikan dan sebagainya. Biasa juga disebut pesalin yaitu kain-kain yang dibuat seperti binatang (ayam, kelinci dan sebagainya).
  9. Kue penganten biasanya kue tart dilengkapi sepasang boneka penganten di atasnya. Ini pengaruh Belanda/Barat namun telah diadaptasi oleh orang Betawi.
  10. Kekudang artinya sesuatu barang atau makanan atau apa saja yang sangat disenangi oleh None Calon Mantu sejak kecil sampai dewasa. Dulu di kampung ada None Calon Mantu sangat menyukai pecak ikan gurame bumbu pucung, tanpa ikan ini dia tidak akan makan sampai kapanpun, maka itulah yang dibawa sebagai kekudang. Kekudang dalam masyarakat Betawi tidak pernah dilupakan dan sudah menjadi kebiasaan, walaupun yang terpenting atau wajib adalah mas kawin.

Maka berangkatlah rombongan rudat Calon Tuan Mantu menuju rumah None Calon Mantu. Rombongan besar ini terdiri dari :

  1. Dua orang pemuda sebagai pengawal terdepan memakai baju pangsi (baju silat) dan masing-masing membawa tongkat (toya atau tombak), yang saat ini sudah dimodifikasi menjadi kembang kelape tiang.
  2. Tiga orang pemuda memakai baju sadarie (sadariyah) yang bertugas membawa sirih nanas lamaran, mas kawin, dan sirih nanas hiasan. Formasi ketiganya seperti huruf V dengan mas kawin di tengah.
  3. Dua orang lelaki setengah baya berbaju Ujung Serong yang bertugas sebagai juru bicare.
  4. Barisan disusul dengan tiga orang pemuda membawa miniatur masjid, kekudang, dan kue susun penganten memakai baju sadarie. Formasinya sama seperti nomor 2 dan kekudang berada di tengah.
  5. Berikutnya Calon Tuan Mantu berpakaian Jas Kaen Serebet diapit oleh Encangnya dari pihak Babe dan Enyak memakai baju Ujung Serong.
  6. Dua orang jago sebagai pengawal Calon Tuan Mantu berbaju pangsi.
  7. Rombongan rebana ketimpring yang ngarak Calon Tuan Mantu.
  8. Selanjutnya beberapa pemuda yang membawa roti buaya, sie, pesalin, idam-idaman dan sebagainya yang memakai baju sadarie. Rombongan ini biasanya keluarga dekat atau teman-teman Calon Tuan Mantu.

 

Seudenye rombongan rudat Calon Tuan Mantu  sampe di depan rumah  Calon None Mantu, ada upacara yang disebut dengan acare buka palang pintu. Pihak rombongan calon Tuan Mantu dicegat oleh pihak Calon None Mantu dengan melarang masuk. Dari kedua juru bicara masing-masing pihak terjadi dialog yang diselingi dengan balas pantun. Isi dialong dan pantun berkisar sekitar maksud tujuan rombongan datang. Di dalam acare buka palang pintu ini ada berbalas pantun, adu jago, baca sike, dan lain-lain. Setelah selesai maka rombongan Calon Tuan Mantu dipersilahkan masuk ke dalam rumah. Dulu setelah acare buka palang pintu rombongan Calon Tuan Mantu disambut lagi dengan taburan kembang tujuh rupa yang dicampur dengan beras kuning dan uang recehan.

 

Uraian selanjutnya dapat dibaca di bawah pada ACARE KEBESARAN : PROSESI DAN NARASI, khususnya bagian acare buka palang pintu.

Setelah rombongan Calon Tuan Mantu masuk dan duduk bersila, Calon Tuan Mantu disedikan tempat khusus menghadap kiblat berhadapan dengan penghulu. Acara dibuka oleh pembawa acara. Urutannya sebagai berikut :

  1. Pembukaan oleh pembawa acara (MC) dengan membaca Ummul Qur’an.
  2. Pembacaan kalam ilahi
  3. Sambutan serah-serahan oleh pihak Calon Tuan Mantu. Isi sambutannya menjelaskan apa saja yang diserahkan.
  4. Sambutan penerimaan pihak Calon None Mantu.
  5. Akad nikah. Acara sepenuhnya diserahkan kepada Tuan Penghulu. Tuan Penghulu bertanya kepada Calon Tuan Mantu (nama lengkap, umur, kesediaan dinikahkan denga  gadis pilihannya, mas kawin, dan lain-lain). Selesai bertanya kepada Calon Tuan Mantu, Tuan Penghulu masuk ke kamar Calon None Mantu didampingi ayah ibu si none, tukang rias, dan saudara perempuannya. Tuan Penghulu mengajukan pertanyaan yang sama. Calon None Mantu minta maaf dan memohon izin kepada ayahnya untuk berumah  tangga, meminta dinikahkan (biasanya diwakilkan kepada Penghulu), dan seterusnya. Calon None Mantu mengenakanan busana yang disebut pakaian Rias Bakal. Kriterianya sebagai berikut:  Mengenakan sanggul sawi asin dengan buntut bebek dilingkari ronce melati, dan rambut depan disasak sedikit. Hiasan sanggul memakai kembang goyang 7 atau 12 buah. B. Busana model baju kurung terbuat dari sutera atau blundru yang diberi hiasan tabur dan hiasan tepi. Panjang baju lebih kurang 10 cm di atas lutut. Memakai hiasan dada yang dinamakan lidah-lidah  dan selendang dari bahan yang sama yang disebut celemet diberi hiasan tabur. Panjang selendang lebih kurang 1 meter dan lebar 20 cm dikenakan di pundak kanan. C. Memakai kain Songket Palembang, Padang, dan Medan (bukan kain Songket Bali atau Songket Lampung). D. Perhiasan yang dikenakan sepasang kerabu untuk di telinga. Kalung tebar dikenakan di atas lidah-lidah. Sepasang gelang listring di pergelagan  tangan dan cincin belah rotan di jari manis. E. Pada dahi mempelai/pengantin wanita diberi tanda Bulan Sabit berwarna merah terbuat dari kertas minyak. F. Memakai selop tutup yang dihias mote. Tuan Penghulu kembali ke ruang acara dan menyatakan bahwa dia telah menerima amanat perwalian nikah dari ayah Calon None Mantu untuk menjadi Wali Nikah. Kiranya segenap rombongan Calon Tuan Mantu tidak keberatan atas perwalian itu.
  6. Ijab kabul. Ini merupakan perjanjian atau ucapan dari Calon Tuan Mantu sambil bersalaman dengan Tuan Penghulu yang kata-katanya sebagai berikut : “Saya terima nikahnya kawinnya Si Fulanah binti Fulan dengan mas kawin berupa miniatur Monas terbuat dari mas murni seberat 20 gr tunai”. Tempo dulu banyak Calon Tuan Mantu yang tidak fasih atau tidak lancar mengucap ijab kabul. Kalau ijab kabul ini diucapkan tidak sempurna sampai 3 kali berturut-turut, akibatnya Tuan Penghulu menunda pengesahan pernikahan. Calon Tuan Mantu disuruh mandi atau ditunda sampai 3 hari.
  7. Penandatanganan berita acara pernikahan resmi dari pemerintah. Penandatanganan ini dilakukan oleh CalonTuan Mantu (sekarang bukan Calon Tuan Mantu lagi tapi sudah jadi mantu) saksi dari pihak None Mantu dan dari pihak Tuan Mantu.
  8. Pembacaan ikrar pernikahan (sighot ta’lik) oleh Tuan Mantu.
  9. Tuan Penghulu membaca doa nikah dan khotbah nikah.
  10. Sembe Tuan Mantu. Tuan mantu berkeliling ruang acara untuk melakukan sembah dan mencium tangan seluruh hadirin. Lalu Tuan Mantu masuk ke tempat lain mencari mertuanya untuk sembah sujud dan cium tangan. Saat cium tangan itu biasanya mertua lelaki akan segera menarik tangannya jangan sampai kena cium. Tapi Tuan Mantu harus gesit dan harus bisa mencium tangan mertuanya. Ini sebagai tes akhir bagi Tuan Mantu apakah dia pandai bersilat, karena dia harus melindungi istri dan keluarganya dari semua ancaman fisik dari luar. Jika Tuan Mantu berhasil mencium tangan mertuanya, ia dianggap sudah siap berumah tangga dan siap menjadi pelindung.
  11. Setelah selesai sembe sujud, Tuan Mantu kembali ke tempat semula. Jaman sekarang biasanya ada ceramah agama atau nasihat perkawinan yang disampaikan oleh ulama. Dulu rombongan dipersilahkan mencicipi konsumsi yang disediakan.
  12. Rombongan rudat Tuan Mantu meminta izin untuk pulang. Tuan rumah memberikan oleh-oleh bermacam-macam masakan atau makanan yang sudah dimasak seperti : bekakak ayam, ikan bandeng pesmol, semur daging, gule buncis, serondeng, ikan cincuan, dan sebagainya. Selain itu semua jenis makanan yang dihidangkan juga dipersilahkan dibungkus (tuan rumah menyediakan daun pisang batu) dan dibawa pulang.

 

Catetan : Setelah akad nikah Tuan Mantu belum boleh ketemu dengan None Mantu. Untuk sementara masing-masing cuma bisa menghayalkan keindahan malam pengantin.

 

 

Check Also

MALEM TUTUP BUKU

MALEM TUTUP BUKU

Malam Nisfu Sya`ban Tahukah anda bagaimana cerita panjang mengenai Bulan Sya`ban ? Jika dilihat hingga …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *