Gambus Betawi (Bagian 2) -Pada awalnya para imigran hadromaut ini membawa sendiri alat petik Gambus dari negaranya, tapi sekarang sudah di produksi didalam negri, terutama di Jakarta.
Tidak tedapat kata Gambus dalam kamus bahasa Arab dan memang itu bukan istilah bahasa Arab. Musik petik ini di arab di sebut Oud,(kayu,Ranting) jadi istilah Gambus hanya di kenal di Indonesia.
Pada tahun 1930 ada musisi Gambus yang terkenal bernama syech Albar dari Surabaya ayah dari ahmad Albar pimpinan Godbless. Dan selain dia ada SN Alaydrus dari Jakarta keduanya merupankan musisi terkenal pada tahun 1940.
SN Alayidrus berhasil mengembangkan orkes harmonium dengan mempertahankan alat petik Gambus. Orkes harmonium ini pada tahun 1950 menjadi orkes melayu. Untuk kemudian menjadi orkes dangdut.
Pada tahun1931 di daerah sawah besar berdiri bioskop alhamrah, yang kini berganti nama menjadi Jalan Suryopranoto, terdapat kawasan Jalan Kebon Jeruk I, Jakarta Pusat. Sampai 1980-an, jalan yang cukup lebar ini bernama Jalan Alhambra, nama sebuah istana dan benteng peninggalan Islam di Kota Granada, Spanyol.
Bioskop Alhambra. Gedung bioskop ini didirikan oleh tiga bersaudara dari keluarga Shahab: Idrus, Syehan, dan Abubakar. Hampir seluruh film yang diputar adalah film Mesir. Sebelumnya, ketiga kakak beradik ini mendirikan tonil (sandiwara) yang main di berbagai tempat di nusantara.
Sebelum mendirikan Bioskop Alhambra yang mereka ilhami dari kehebatan arsitektur Islam di Granada, Spanyol, pada abad ke-14 itu, di tempat yang sama didirikan sandiwara permanen. Sandiwara itu merupakan hal modern pertama di luar sandiwara yang didirikan Belanda di gedung kesenian Pasar Baru, Jakarta Pusat, atau gedung kesenian Thalia di Jakarta Kota yang khusus menyajikan kesenian Tionghoa. Namun, ketika Alhambra didirikan, film-film India belum masuk ke Indonesia. Karena pemilik Alhambra punya hubungan dengan Timur Tengah, dipilihlah film Mesir menjadi sajian utama.
Gambus Betawi (Bagian 2). Importirnya adalah Syed Mohamad Redho Shahab, putra salah seorang pemilik Alhambra. Ternyata, film-film Mesir sangat digemari, lebih-lebih bagi warga Betawi. Seperti juga film India, film dari Timur Tengah juga banyak diiringi nyanyian.Kala itu, banyak warga Betawi dari daerah seperti Mampang, Buncit, Pasar Minggu, Tegal Parang, dan berbagai tempat lainnya menonton di Alhambra khusus untuk mempelajari lagu-lagunya. Mereka menonton dengan cara patungan menyewa oplet ke Sawah Besar.Sepulang dari bioskop, di oplet, warga Betawi ini ngederes sambil menyanyikan kembali lagu-lagu dari film yang baru mereka tonton untuk dijadikan lagu Gambus. Maklum, kala itu piringan hitam atau gramophone masih merupakan barang mewah.
Maka tenarlah penyanyi-penyanyi dari Negara pyramid seperti Oum Kulthum, Abdul wahab dan Farid alatros. Fairuz, Shobah, Abdul Muttalib . dan lain-lain.
Sampai ahir 1950 orkes Gambus semakin naik daun dengan adanya siaran-siaran tetap di RRI tiap malam Jum,at. Yang di isi oleh dua orkes Gambus terkenal masing-masing OG .Al-Wardah Pimpinan Muchtar Lutfi dan OG. Al-Wathon pimpanan Hasan Alaydrus. (Bersambung Bagian 3)