LAKON LELUHUR PANDAWA (Bagian5)

LAKON LELUHUR PANDAWA (Bagian5)

Oleh : Tim Litbang Lembaga Kebudayaan Betawi

LAKON LELUHUR PANDAWA (Bagian5) – Tersebutlah Maharaja Kusumabrata. Ia telah lama mangkat. Kerajaannya silih berganti dipegang oleh para keturunannya. Sampai pada Maharaja Wangsapati. Di tangan Wangsapati kerajaan itu kian jaya, namanya pun diganti jadi Kerajaan Warta.

Sewaktu muda, Wangsapati pernah berlayar di Bengawan Daramayu dengan perahu pusaka leluhurnya, namanya perahu kencana. Saat itulah ia melihat seorang putri yang sangat cantik. Demikian cantiknya hingga jatuhlah air mani Wangsapati, jatuh ke sungai dan ditelan gabus putih. Akibat menelan air mani itu, ikan itu hamil. Oleh Batara Jagat ikan gabus itu diambil, bayinya dikeluarkan. Bayi perempuan itu diserahkan pada Wangsapati.

Kian besar anak dari ikan gabus itu kian cantik Wangsapati menamakannya Dewi Rara Amis. Tubuh dewi itu memang berbau amis bagai ikan busuk. Telah banyak dukun dan tabib didatangkan untuk mengobati Rara Amis. Namun bau badannya tak juga hilang. Wangsapati menjadi malu karenanya.

Menurut ramalan para ahli nujum, penyakit Rara Amis akan hilang jika ia dibuang ke Bengawan Daramayu bersama Perahu Kencana. Di sanalah ia akan bertemu seorang yang akan mengobati sekaligus memperistrinya.

Maka dibuanglah Dewi Rara Amis beserta perahu kencana di sungai Daramayu. Di sana sang dewi menjadi penarik perahu. Pada orang yang diseberangkan ia minta diobati, namun tak satu pun yang mampu.

Tersebutlah Purasara di Saputra Angga. la telah lama tak bertapa memuja para Batara. Ia memutuskan untuk bertapa ke Gunung Malikesna sejak kembalinya Begawan Parasu ke kayangan, gunung itu disebut Gunung Parasu. Setelah menitipkan kerajaan pada Sentanu, pergilah Purasara diiringi oleh Semar dan Garubug.

Lama sekali Purasara bertapa. Minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, bahkan telah lebih setahun ia bertapa, tak juga ia bangun. Sekujur tubuhnya telah terbalut tanaman rambat dan oyot-oyot pohon.

Sekelurga burung perit (emprit?) telah bersarang di kepala Purasara. Telur telur burung itu telah menetas. Pada masa itu burung perit bertelur banyak sekali, hingga puluhan jumlahnya.

Akibat tapanya Purasara, Kampung Karang Widasari diliputi cahaya keemasan yang menyilaukan, Para widadarin terserang pening dan pilek. Maka Batara Narada pun mempersembahkan perihal ini pada Batara Guru.

Batara Guru lalu menitahkan empat dewa untuk menyamar menjadi widadarin, untuk menggoda Purasara. Namun keempat Batara itu gagal Batara Guru turun tangan sendiri, ia menyamar sebagai Dewi Supraba, ia mencubit dan menggigit Purasara, namun inipun gagal.

Melihat semua itu Semar dan Garubug menjadi sedih. Mereka mengira Purasara telah meninggal. Keduanya menangis di kaki Purasara. Tiba-tiba Semar mendapat akal, ia menggigit jempol kaki tuannya.

Terkejut oleh gigitan Semar, terjagalah Purasara. Ia murka saat mendapati burung perit yang bersarang di kepalanya. Purasara mengutuk burung itu, maka hingga saat ini burung perit hanya bertelur delapan butir paling banyak.

LAKON LELUHUR PANDAWA (Bagian5). Setelah bangun dari tapanya, Purasara mengajak kedua kedayannya pulang. Malang di perjalanan mereka tersesat. Setelah berputar-putar sampailah ketiganya di tepi Bengawan Daramayu.

Tak ada penyeberangan, Purasara melihat berkeliling. Semar dan Garubug melihat seorang dara penambang perahu. Mereka memanggil dara itu. Tetapi dara itu tak mau memberi tumpangan kecuali jika bau tubuhnya diobati.

Purasara membuat obat dari kunyit. Setelah disembur dan dilulur, hilanglah bau amis dara itu. Ia bahkan menjadi kian cantik, tubuhnya berbau harum. Seketika Purasara jatuh cinta pada dara itu.

Dan ternyata Dewi Rara Amis itu bersedia menikah dengan Purasara. Maka berangkatlah mereka ke negeri Warta mengendarai perahu kencana.

Saat sedang dalam perjalanan angin bertiup, tersingkaplah kain Dewi Rara Amis. Melihat paha sang dewi, keluarlah air mani Purasara, jatuh di perahu. Seketika hilanglah perahu kencana. Segera Purasara merangkul Dewi Rara Amis dan kedua kedayannya, lalu melompat ke tepi.

Dewi Rara Amis sedih karena kehilangan perahu pusakanya. Ia menantang Purasara, jika benar ia lelaki, ia harus tahu kemana perginya perahu kencana. Juga kemana perginya bau amis, kemana pula perginya belatung-belatung di tubuhnya. (Bersambung Bagian 6)

 

Check Also

LAKON MAHARAJA GAREBEG JAGAT (Tamat)

LAKON MAHARAJA GAREBEG JAGAT (Tamat)

Maharaja Garebeg Jagat – Tersebutlah seorang Penyalin dan Pengarang Sastra Melayu di Tanah Betawi pada …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *