Hikayat Jaya Lengkara (Bagian 2)

Hikayat Jaya Lengkara (Bagian 2)

Hikayat Jaya Lengkara – merupakan karya sastra tulis melayu klasik Betawi, buah karya Muhammad Bakir. Beliau dan ketiga saudaranya dan Sapirin—yang sering juga disebut Guru Cit, adalah anggota keluarga Fadli yang aktif dalam proses menerjemahkan, menyadur dan penulisan. Tulisan ini disadur dari buku “Bunga Rampai Sastra Betawi”, Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Propinsi DKI Jakarta Tahun 2002.

Terharulah Tuan Putri Mandu Dari. la menyadari lelaki dihadapannya itu adalah jodoh yang hendak dihindarinya. Maka Tuan Putri pun berujar pada sang Garuda. “Wahai Tuan Garuda lihatlah apa keluar dari hidungmu.”

Betapa terkejut sang Garuda melihat Cinda Tuan Putrı menceritakan hal orang itu pada Garuda. Tergetarlah hati Sang Garuda, Memang Jodoh sudah ditetapkan oleh Yang Maha Kuasa, bahkan di tengah samudera di atas awan pun kalau sudah berjodoh tetap bertemu, Demikian pikir Sang Garuda.

Maka ujar Sang Garuda,” Kalau demikian Tuanku, maka İzinkan hambamu membawa Tuan kembali pada Ayahanda. Karena sejauh apapun hamba membawa Paduka pergi, garis nasib tidak dapat diingkari.

Sang Putri setuju, maka berputarlah Garuda kembali ke Bantulu.

Sesampainya di Bantulu, dengan memohon ampun Sang Garuda menceritakan kejadian yang menimpa. Maharaja Ajrang pun mahfum, garis nasib tak mungkin dihindari.

Maka atas titah Maharaja, Tuan Putri Mandu Dari dan Cinda Biya dinikahkan secara sederhana. Setelah itu Maharaja mendudukkan keduanya di sebuah rumah kecil di hutan.

Bagi Maharaja Ajrang, Tuan Putri Mandu Dari telah dianggap hilang. Maharaja bertitah pada Garuda untuk mencari seorang putri yang serupa dalam segalanya dengan Mandu Dari. Garuda tidak boleh kembali sebelum memperoleh apa yang diinginkan Maharaja.

Sementara itu, Tuan Putri Mandu Dari yang merasa dibuang menjadi sangat sedih. Lama kelamaan ia pun jatuh sakit. Cinda Biya menjadi bingung, apa lagi ketika itu Sang Putri tengah hamil lima bulan.

Akhirnya Cinda Biya pergi ke istana memberitahukan Maharaja akan hal putrinya. Maharaja Ajrang pun iba. la bersama para tabib datang mengunjunginya.

Sia-sia, usaha para tabib tak membuahkan hasil. Tuan Putri Mandu Dari menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Seluruh keluarga istana diliputi kesedihan. Apalagi Cinda Biya, berkali-kali ia pingsan.

pemakaman Tuan Putri Mandu Dari dipersiapkan, namun Cinda Biya punya permintaan. la minta sebuah perahu dan akan membawa jenazah istrinya berlayar. Permintaan itu dikabulkan Maharaja Ajrang.

Cinda Biya pun berlayar mengarungi samudera membawa jenazah Istrinya.

Berhari-hari ia berdayung tanpa henti. Bau jenazah yang kian membusuk tak dihiraukannya. (Bersambung)

Check Also

Makruf Tukang Sol Sepatu (Bagian 29)

Makruf Tukang Sol Sepatu (Bagian 29)

Pengantar – Di ranah kesenian Betawi ada istilah Tukang Gesah yang tiada lain adalah Tukang …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *