NGORED, ZIARAH, DAN NYOROG

NGORED, ZIARAH, DAN NYOROG

Siklus hidup masyarakat Betawi mengikuti peredaran bulan dalam setahun. Selain itu, siklus itu pun diikat sangat erat dengan peristiwa-peristiwa di sekitarnya (kawin, hamil, lahir, mati, dan sebagainya). Siklus alami dan siklus yang mengikutinya itu (kemudian dipatok sebagai peradaban) tidak terpisahkan dari religiusitas atau keberagamaan yaitu Islam. Di narasi ini coba diurai serba singkat etape masyarakat Betawi menyambut bulan suci puasa.
Setengah bulan atau paling lambat dua hari menjelang puasa, orang Betawi melakukan kegiatan bebersih. Kegiatan ini sangat jelas dari kata bebersih yang asal katanya bersih, yaitu membersihkan lingkungan baik yang zahir maupun batin. Membersihkan luar dalam.
Kegiatan menonjol yang dilakukan dan dapat diketahui masyatarakat umum yaitu membersihkan tempat umum, khususnya kober atau tempat pemakan umum. Bebersih di kober ini disebut ngored. Ngored asal katanya kored (bahasa Betawi) yang artinya membersihkan. Lalu menjadi kata kerja ngored. Ngored dilakukan secara bersamaan dan bergelomang sesuai dengan kesiapan dari masing-masing individu. Ada yang memulainya setelah subuh, siang, dan sore. Singkatnya, kober pada hari ngored itu ramai seharian dengan kegiatan membersihkan lokasi makam. Ngored menggunakan alat-alat pembersih, mulai dari pacul, parang, golok, gergaji, dan lain sebagainya.
Setelah bebersih ngored selesai, maka dilanjutkan dengan ziarah (dalam masyarakat Betawi sering dilafalkan dengan jarah atau jiarah). Ziarah, sering orang Betawi mengucapkannya jarah atau jiarah memang sudah mendarah daging bagi masyarakat Betawi. Orang Betawi memandang hidup itu nyambung, enggak putus. Emang kalo ente mati, ente bener-bener mati? Begitu kira-kira ungkapannya. Jadi prinsip hidup adalah berkelanjutan. Mati hanya etape yang harus dilewati. Maka kunjung-mengunjung sebagai sesama mskhluk hidup sudah sepantasnya dirawat. Ekspresi kunjungan itu disebut ziarah. Kubur adalah tempat atau pangkalan pertemuan itu.


Ziarah dan menziarahi kubur leluhur dan sanak keluarga dalam pandangan Betawi menghidupkan kenangan. Merawat ingatan bukan hanya kebaikan tetapi yang lebih penting adalah pengingat untuk introspeksi. Hidup harus ikut aturan dan hukum sehingga terpelihara hubungan dengan sesama dan dengan Sang Pencipta. Selain itu, kober (TPU) menjadi ruang pertemuan antar sesama yang hidup, menghidupkan silaturrahim. Bahkan saudara dan handai taulan yang tinggal di berbagai kampung dan lama tidak bertemu, bertemulah di kober. Kober menjadi ruang pertemuan yang mengasyikkan. Kober adalah ruang riang yang menghubungkan dan menyatukan, dengan begitu tercipta equilibrium.
Jika kemudian Pemda menutup kober untuk aktivitas jiarah atau jarah, tentu harus dikaitkan dengan konteks dan situasi kondisi real. Jakarta dan Indonesia atau dunia pada umumnya sedang kalut menggadapi awar-awar atau wabah covid-19. Wabah ini berkeliaran mengancam hidup manusia dan tak segan mencabut nyawa manusia. Pemda memahami benar kondisi ini. Sudah sepantasnya melindungi warganya dari terjangkit Covid-19. Masyarakat pun memahami kebijakan ini.
Pelarangan jiarah ini bukan berarti Pemda tidak memahami tradisi masyarakat, khususnya masyarakat Betawi, tapi lebih kepada melindungi masyarakat. Saya mendukung upaya apapun untuk kemaslahatan masyarakat Betawi.
Kegiatan lain yang juga menonjol dilakukan masyarakat Betawi mejelang puasa adalah nyorog. Nyorog bahasa Betawi arti harfiahnya mengantarkan, mempersembahkan. Arti kiasnya mengantarkan (dulu sajenan kepada yang maha kuasa, dalam ritus sedekah bumi atau baritan dan nyadran) hadiah kepada saudara dan bersilaturahmi sebagai penghormatan dalam menyambut dan memuliakan bulan puasa.


Nyorog dilakukan oleh seseorang yang lebih berpunya kepada saudaranya. Biasanya adik kepada abang atau sebaliknya. Kepada orang tua atau emak babe bukanlah nyorog, tapi sudah kewajiban anak merawat orang tuanya. Mereka mengantarkan bahan-bahan mentah untuk persiapan di bulan puasa. Bahan-bahan yang disorog atau diantarkan itu antara lain beras, lauk-pauk, dan lain sebagainya. Namun saat ini lebih sering disorog berupa uang saja. Tentunya ini hanyalah kepraktisan saja.
Demikian. Marhaban ya syahru Ramadhan. Selamat puasa.

Check Also

NUBA DAN NGUBEK EMPANG

NUBA DAN NGUBEK EMPANG

GESAH ANAK BETAWI Assalamualaikum warahmatullahi wabaratuh Tabè…! Kite bersyukur kepada Allah yang telah memberika rezeki …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *