Gambang Kromong
Gambang Kromong | Foto: jakarta.go.id

Gambang Kromong Kesenian Khas Betawi Paduan Dua Unsur Musik

kebudayaan betawi – Gambang Kromong merupakan kesenian hasil perpaduan beberapa budaya Betawi dan Tionghoa yang saling berinteraksi sehingga menghasilkan akulturasi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya alat musik atau alat musik yang terdapat di dalamnya, yaitu alat musik gesek dan tiup dari Cina, alat musik gendang yang berasal dari Sunda, serta gambang, krumong, kimbol, kikrik, dan alat musik gong yang berasal dari Jawa.

Gambang Kromong telah dikenal di Betawi Awal mula terbentuknya orkes gambang kromong tidak lepas dari seorang pemimpin komunitas Tionghoa yang diangkat Belanda (kapitan Cina) bernama Nie Hoe Kong (masa jabatan 1736-1740).

Secara linguistik, Gambang Kromong berasal dari penyebutan alat musik yang digunakan, yaitu Gambang dan Kromong. Kelompok musik Gambang Kromong terdiri dari alat musik gambang, kromong, sukong, tehyan, kongahyan, bas, seruling, ningnong, jutao, Gendang, kecrek, kempul dan gong. Selain perkembangan zaman, penggunaan musik Gambang Kromong termasuk penambahan alat musik dari Barat, yaitu gitar dan bass elektrik, keyboard, saxophone, dan lain-lain.

Lagu-lagu yang dinyanyikan pada masa lalu lebih diarahkan pada lagu-lagu tradisional seperti Centeh Manis , kramat karem, balo-balo, sirih kuning, jail-jali dan lain-lain. Namun saat ini lagu-lagu tradisional sudah mulai tergantikan dengan lagu-lagu pop, dangdut atau lagu-lagu lainnya yang banyak diminati oleh masyarakat.

Musik gambang kromong adalah musik tradisional yang tidak memiliki sistem notasi (tidak mendidik). Musik tradisional ini menggunakan sistem pentatonic (lima nada) sebagai nada utama yang digunakan. Notasi yang digunakan adalah notasi fonem (solmisasi), yaitu re (D), mi (E), fis (F#), sol (G), dan la (A). Notasi ini merupakan ciri khas dari permainan musik ini.

Namun masuknya alat musik Barat membuat notasi mengalami modifikasi dalam penggunaan nada, yaitu do (C), re (D), mi (E), fa (F), sol (G), la (A), dan si (b). Perubahan penggunaan tangga nada dari pentatonik (lima nada) menjadi musik (tujuh nada) menimbulkan paksaan dalam memainkan lagu. Tangga nada musik yang memiliki standar yang jelas dalam gaya bermain membuat karakter musik Gambang Krumong berubah.

Musik gambang krumong biasanya dipentaskan sebagai upacara ritual pada acara pernikahan, khitanan, nazar dan acara lainnya. Di sisi lain, pertunjukan musik ini juga menjadi daya tarik sebagai tontonan wisata.

Peranakan Betawi atau “Cina Benteng” (sebutan hasil perkawinan Betawi dengan Tionghoa) pada upacara pernikahan tetap menyajikan musik ini sebagai hidangan ritual. Pertunjukan musik ini dimaksudkan untuk menghibur para tamu yang datang.

Bahkan tamu dapat meminta lagu favoritnya kepada pemain Gambang Kromong dan kemudian dia akan mendapatkan uang Saweran sebagai imbalannya.

Gambang Kromong juga dimainkan saat pesta Seijit (Ulang tahun) yang biasanya diadakan di Topekong (Kelenteng). Pemutaran musik ini dimaksudkan untuk memperingati pura dimana diadakan acara untuk memperingati berdirinya klenteng.

Gambang Kromong juga dapat dimainkan sebagai pengiring Teater Lenong. Alat musik ini dimainkan agar suasana Pertunjukan Lenong lebih semarak dengan irama spontanitas pemain musik ini. Lagu-lagu yang dibawakan juga merupakan lagu-lagu tradisional Betawi sehingga menambah suasana pertunjukan Lennong. [Rudy_Albdr]

Pencarian Berdasarkan Kata KunciGembang kromong

Check Also

LAKON MAHARAJA GAREBEG JAGAT (Bagian 12)

LAKON MAHARAJA GAREBEG JAGAT (Bagian 10)

Maharaja Garebeg Jagat – Tersebutlah seorang Penyalin dan Pengarang Sastra Melayu di Tanah Betawi pada …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *