LAKON MAHARAJA GAREBEG JAGAT (Bagian 12)

LAKON MAHARAJA GAREBEG JAGAT (Bagian 10)

Maharaja Garebeg Jagat – Tersebutlah seorang Penyalin dan Pengarang Sastra Melayu di Tanah Betawi pada abad 19. tinggal di Pecenongan, gang Langgar, Betawi. Ia adalah Muhammad Bakir bin Syafian bin Usman bin Fadli, yang lazim disingkat Muhammad Bakir. Beliau orang Betawi. Ayahnya dikenal dengan nama Syafian yang mempunyai nama kecil Cit. Ia adalah seorang pengarang juga. Dalam naskah-naskah, nama tersebut kadang dikenal dengan Cit Sapirin bin Usman bin Fadil. Ada keterangan yang menyatakan Muhammad Bakir memiliki anak tertulis dalam kolofon Hikayat Maharaja Garebeg Jagat. Mari kita baca Lakon Maharaja Garebeg Jagat.

Para pahlawan Kurawa itu ditangkap dan dipenjarakan. Tinggal Arya Dursasana, Prabu Suyudana dan Pendeta Dorna.

“Angger mari kita lari ngger,” rengek Dorna. “Cepat mereka sudah dekat.”

“Lari kemana Paman,” sahut Suyudana. “Semua kerajaan telah mereka taklukan.”

“Kita ke Amarta saja.”

“Aku malu pada adinda Yudistira.”

“Dari pada mati lebih baik malu,” sahut Dorna.

“Baiklah kalau demikian,” sahut Prabu Suyudana.

Dikisahkan saat itu Sang Arjuna tengah murka. Para punakawan yang berjanji akan kembali dalam tiga hari ternyata belum muncul. Maka berangkatlah Arjuna akan mencari punakawan yang ingkar itu. Namun sesampainya di tapal batas ia berjumpa dengan Prabu Suyudana, Arya Dursasana dan pendeta Dorna.

“Anggeeeer, tolong Paman ngger,” rengek Dorna. “Ada rampok hendak memancung kepala Paman.”

“Rampok? Apa yang Paman maksud?”

“Banjar Negara menyerang Astina, Dinda,” tutur Prabu Suyudana.

“Maharaja Garebeg Jagat sungguh sakti. Kami semua dikalahkannya. Mereka menginginkan kepala Paman guru, tolonglah kami.”

Tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Dari jauh tampak kepulan debu. Bala tentara Banjar Negara telah datang. Arjuna memerintahkan Suyudana, Dursasana dan Dorna bersembunyi.

“He Arjuna,” teriak Garebeg Jagat. “Serahkan kepala si durjana Dorna

padaku, dan kau selamat.”

“Ambillah sendiri kalau kau sanggup mengalahkanku.”

Maharaja Garebeg Jagat – Maka bertarunglah Garebeg Jagat dan Arjuna. Begitu sengit dan dahsyatnya petarungan, hingga hutan dan kebun-kebun hancur terlanggar oleh mereka. Tampak Maharaja Garebeg Jagat mulai terdesak.

Maka Nala Guriang Nala dan Nala Anggalaya pun menerjanglah.

Dikeroyok tiga orang, Arjuna mulai kewalahan. Apa lagi Nala Anggalaya berkelahi dengan sangat curangnya, ia menggigit bahkan mencakar. Maka sang Arjuna pun menghunus Keris si Pancaroba.

Cantrik Marga Semirang melihat itu. Ia tahu tak ada yang mampu bertahan.

dari keris si Pancaroba. Maka Ki Cantrik pun mengucapkan manteranya, hilanglah kesaktian si Pancaroba.

“Ha..ha..ha, apa yang kau lakukan?” gelak Garebeg lagat saat ia ditikam Arjuna.

“Ayo tikamlah sesukamu, tak ada rasanya, ha..ha..ha….”

“He..he..he, aku juga mau Kang, aku mau ditikam pisau dapur itu,” ujar Nala Anggalaya.

“Hi..hi..hi, aku mau pinjam pisau itu untuk memotong kuku.” Nala Guriang Nala menimpali.

Murkalah Arjuna. Nala Guriang Nala ditendangnya, namun ia merunduk lalu menggigit jari kaki Arjuna. Saat itu Ki Cantrik mengucap mantranya. Sakit luar biasa dirasakan Arjuna. Saat Nala Guriang Nala melepas gigitannya, kaki Arjuna sebagian menjadi batu.

Terperanjat Arjuna melihat kakinya. Garebeg lagat dan kedua adiknya tertawa terkikik-kikik. Saat Arjuna mencoba bergerak, kaki batunya terasa amat berat. Maka menghilanglah sang Arjuna.

“Bedebah,” seru Garebeg Jagat. “Dia menghilang.”

Ketiga orang itu berusaha mencari. Setiap pohon dan batu mereka periksa.

Tapi justru mereka menemukan pendeta Doma. Ia tengah jongkok di balik semak – semak.

“Naaaah kena kau,” teriak Nala Guriang Nala. “Mau lari kemana  sekarang?”

“Ampuuuuun, jangan pukuli aku, ampuuuun,” tangis Dorna

Dengan suka cita Garebeg Jagat dan kedua adiknya menyeret Pendeta Dorna. Melihat itu Prabu Suyudana dan Dursasana menyelinap melarikan diri. Pendeta Dorna melolong-lolong minta ampun.

“Mari kita sembelih dia,” ujar Garebeg lagat. “Kita bawa kepalanya untuk dipertontonkan di alun-alun.” (Bersambung)

Check Also

LAKON MAHARAJA GAREBEG JAGAT (Bagian 12)

LAKON MAHARAJA GAREBEG JAGAT (Bagian 9)

Maharaja Garebeg Jagat – Tersebutlah seorang Penyalin dan Pengarang Sastra Melayu di Tanah Betawi pada …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *