Maen pukulan
Maen pukulan/Foto: LKB

Maen pukulan Terminologi Silat Betawi

kebudayaan betawi – Maen pukulan Tradisi bagi masyarakat Betawi – terdahulu – sudah mendarah daging. Tidak ada yang sama sekali nihil dari maen pukulan, bahkan sampai kaum perempuan sekalipun mahir memperagakan jurus maen pukulan mulai jurtus dasar sampai jurus pamungkas. Dalam folklore Betawi, kerap kali muncul jago-jago dari kaum perempuan yang membela rakyat tertindas, menentang pemimpin yang zalim, dan menegakkan amar makruf nahi munkar. Sebut saja mana Mirah, yang memperoleh gelar Singa Betina dari Marunda. Mirah, dalam terminologi gender, bukan sekadar seorang emansipasianis namun seorang tokoh pejuang dalam arti yang sebenarnya.

Maen pukulan termasuk ke dalam rumpun folklore. Memang selama ini umumnya orang mengenal folklore hanya terbatas pada tradisi sastra lisan. Padahal, folklore bukan hanya sastra lisan, tetapi juga mencakup bidang-bidang lain seperti social folk custom, material culture dan folk arts. Di lingkungan tradisi Silat Betawi, terdapat tuturan yang erat kaitannya dengan tokoh (pendiri, aliran dan guru)  dan peristiwa yang bersangkutan dengan tokoh itu dan alirannya. Para tokoh itu maujud – ada dalam dunia nyata, bukan tokoh khayalan – sebab di antara mereka ada yang masih hidup. Adapun tentang tokoh yang sudah meninggal dapat dilacak atau terdapat bukti serta kesaksian mengenai kehidupan mereka. Para tokoh serta peristiwanya itu kemudian berkembang menjadi tokoh yang dikisahkan terun-temurun.

Folklore atau cerita rakyat maen pukulan amatlah patut mendapat perhatian dari seluruh instansi terkait bukan saja karena memang masih relatif sedikit hasil penulisannya, melainkan juga karena dalam penelitian folklore, maen pukulan kurang mendapat perhatian. Dalam penelitian folklore (Betawi) selama ini, perhatian utamanya adalah sastra lisan; sedangkan tentang Silat Betawi, belum disentuh. Upaya yang sungguh-sungguh mungkin hanya dilakukan oleh peminat Silat Betawi saja; yang seperti diketahui mereka bukan dari kalangan akademis sehingga tidak menggunakan metodologi penelitian secara ilmiah.

Dalam tradisi Silat Betawi, ada dua aspek yang menonjol, yaitu ucapan dan gerakan. Aspek yang utama adalah gerak. Praktik gerak ini erat hubungannya dengan rasa, waktu, dan tempat menurut kaidah-kaidah tertentu. Aspek gerak diciptakan oleh pendiri aliran maen pukulan. Pendiri mengajarkan melalui praktek kepada generasi pertama. Murid generasi pertama yang sudah mahir dan menjadi guru mengajarkan pula kepada generasi kedua, dan begitu setrusnya. Aspek gerak tentu tidak akan dapat dimengerti tanpa ada penyampaian melalui ucapan atau kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan gerakan, menjelaskan kaidah, menceritakan riwayat, menyampaikan amanat guru, memotivasi murid yang sedang belajar dan sebagainya.

 

Check Also

PUISI DI ANTARA PROTES DAN DIDAKTISME

PUISI DI ANTARA PROTES DAN DIDAKTISME

Pengantar Penyair Yahya Andi Saputra, menerbitkan kumpulan puisi berjudul DOL. Antologi yang diterbitkan Teras Jakarta …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *