Makruf Tukang Sol Sepatu (Bagian 27)

Makruf Tukang Sol Sepatu (Bagian 21)

Pengantar – Di ranah kesenian Betawi ada istilah Tukang Gesah yang tiada lain adalah Tukang Cerita. Pada pertengahan abad ke-19, muncul nama lain yaitu Sohibul Hikayat. Dan memang, ketika itu tumbuh dan dicintai kesenian Sohibul Hikayat ini. Seniman Sohibul Hikayat mendapat apresiasi atau ditanggap pada perhelatan masyarakat Betawi, khususnya untuk memeriahkan keriaan atau hajatan, terutama resepsi perkawinan, khitanan, dan sebagainya.

Rupanya seniman Sohibul Hikayat tidak dapat melayani banyak permintaan, sehingga muncul pengarang atau penyalin cerita hikayat. Kita kenal misalnya Muhammad Bakir yang menyalin dan mengarang cerita hikayat tidak kurang dari 70-an judul. Bakir menyewakan karyanya kepada khalayak. Ini menjelaskan kepada kita bahwa karya Bakir dibacakan di tengah khalayak. Artinya Tukang Gesah tidak lagi berkisah secara lisan cerita yang dihafalnya, tetapi sudah dengan membaca manuskrip karya Bakir.

Dalam novel Nyai Dasima (1896), ada menyebutkan tentang Sohibul Hikayat ini. Dasima yang galau dirayu dan dihibur  Samiun, dengan mengajaknya nonton pertunjukkan Sohibul Hikayat.

Sohibul Hikayat lalu lebih tersebar ke antero wilayah Batavia (masa kolonial) kemudian Jakarta (sesudah kemerdekaan) ketika Haji Ja’far lalu Haji Jaid dilanjutkan putranya ( Haji Ahmad Safyan Jaid) malang melintang ditanggap (sampai disiarkan di radio) membawakan Sohibul Hikayat.

Salah satu judul Sohibul Hikayat yang sering dibawakan oleh Haji Jaid dan Haji Sofyan Jadi adalah Ma’rup Tukang Sol Sepatu. Namun Cerita ini pun sudah ditulis ulang oleh Umar Djamil (PT. Dunia Pustaka Jaya, Tahun 1978), Selamat membaca.

Bagian 21 – Abu Saadah mendengar raja itu bersabda kepada wazirnya, “Hai wazirku, aku kuatir akan apa yang menimpa menantu ku, jangan-jangan ia dibunuh oleh orang Arab. Sekiranya ia memberitahukan kepada kami ke mana ia akan pergi tentu aku sertai dia dengan balatentara.”

Wazir menjawab, “Mudah-mudahan Allah merahmati Tuanku dalam hal ini, janganlah terbukti orang itu pergi karena telah mengetahui kita sedang menyelidikinya.”

Baru saja wazir itu selesai mengucapkan kata-katanya itu, tiba-tiba muncullah utusan itu di hadapan raja; dan setelah dan sanjungan-sanjungan maka ia mengucapkan pujian bertanyalah raja kepadanya:

“Siapakah engkau dan apa keperluanmu datang ke mari?”

Maka ia menjawab, “Hamba utusan menantu Tuanku, mengantarkan sepucuk surat. la akan segera datang dengan

Setelah surat itu diterima raja maka segera dibacanya: kafilahnya.” “Mudah-mudahan keselamatan terlimpah kepada mertua kami raja yang gagah perkasa. Dengan ini kami khabarkan bahwa kami segera akan datang dan haraplah Paman sudi menyambut kedatangan kami dengan balatentara!”

Maka raja itu bersabda kepada wazirnya: “Celakalah engkau, hai wazir yang senantiasa menghina menantuku yang selalu kautuduh penipu! Sekarang ia akan datang dengan kafilahnya.. kaulah sebenarnya yang khianat!”

Wazir itu menundukkan kepala karena malu, kemudian ia berdatang sembah, “Ya Tuanku, hamba mengucapkan kata kata itu hanya karena terlalu lama menunggu datangnya kafilah itu. Dan hamba cemas jangan-jangan harta Tuanku hilang percuma saja!”

Raja itu bersabda pula, “Hai pengkhianat, betapa aku menyia-nyiakan hartaku, padahal menantuku akan datang dengan kafilah yang besar, tentu ia akan memberiku ganti lebih banyak!”

Kemudian raja menyuruh menghias kota mempersiapkan penyambutan kedatangan menantunya. Raja pergi mendapat kan putrinya dan bersabda kepadanya, “Kabar gembira bagimu, hai anakku, karena suamimu hampir datang dengan kafilahnya. Dia telah berkirim surat kepadaku dan aku sekarang sedang bersiap menyongsong kedatangannya!”

Putri itu sangat heran mendengarnya, karena suaminya bercerita kepadanya bahwa ia hanyalah seorang miskin. Sebab itu dia memuji kepada Tuhan bahwa suaminya itu tidak demikian halnya. (Bersambung)

Check Also

Bahasa Betawi Memperkuat Identitas Betawi

Bahasa Betawi Memperkuat Identitas Betawi

Oleh Yahya Andi Saputra   Tukang sulap menjadi kalap, Jalan gelap pasang pelita, Mohon maaf …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *