CERITA PUASA ANAK BETAWI
Pengantar
Ahlan wasahlan syahri Ramadan.
Bulan puasa ini, laman kebudayaanbetawi.com menurunkan artikel berseri hal-ihwal atau sisik melik puasa dalam masyarakat Betawi. Artikel ini ditulis Yahya Andi Saputra, Wakil Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) Bidang Penelitian dan Pengembangan. Semoga tulisan ini (ditulis dengan gaya bercerita) bermanfaat bagi pembaca dan peminat masalah-masalah kebetawian lainnya. Mari kita menyambut bulan suci Ramadan dengan girang. Dengan girang saja, Allah jamin, haram jasad kita disentuh api neraka. Semoga ibadah puasa kita menjadi ibadah yang berdampak pada kehidupan sosial sehari-hari. Dampak wata’awanu ‘alal birri wattaqwa dan ketakwaan sosial yang nyata.
Salamat puasa. Raih predikat takwa.
SETAN DIBÈNDÈ
Setan dibèndè…? Apaan sih maksudnya? Sebelum dijelaskan soal setan dibèndè, ingin disinggung di sini hal lain tapi berkaitan dengan judul ini. Pada bagian artikel lain yang sudah diupload, ada disinggung serba sedikit soal bebersih. Membersihkan lingkungan, rumah, kandang (kambing, sampi, kebo, ayam, bebek, dan lain-lain).
Kagirangan kita waktu mao masuk bulan puasa ialah kerja bakti atau gotong royong bebersih lingkungan. Pada hari dan jam yang sudah ditentukan, hampir semua orang (khususnya laki-laki) yang tidak punya uzur syar’i (keterbatasan kesehatan secara permanen), keluar seraya membawa genggaman (peralatan) untuk bersih-bersih.
Ada yang bawa pacul, parang, gergaji, golok, linggis, sapu, pengki, gerobak, dan sebagainya. Mereka secara bersama ngemapras (memotong) cabang pohon yang iyom (menghalangi jalan) dan yang ketika malam membuat gelap. Membabat rumput dan perdu sepanjang jalan utama dan khusunya jalan menuju langgar dan masjid. Membersihkan got dari timbunan sampah. Menambal jalan yang rusak atau meratakannya.
Sebagian lagi ada yang membuat obor. Dulu di kampung saya, Gandaria Selatan, tiang-tiang listrik baru dipasang tahun 1970-an. Dan itu pun belum semua rumah mampu memasang instalasi listrik. Sehingga malam tanpa bulan purnama, amat gelap dan memerindingan bulu roma.
Obor-obor yang dibuat itu nanti malam tanggal satu puasa diletakkan berjejer di pinggir jalan menuju langgar atau masjid dengan jarak antara obor sekitar sepuluh meter. Terutama pada jalan bercabang atau pertigaan atau perempatan, jumlah obor yang dipasang lebih banyak. Karena katanya pada tempat seperti itu ada penunggunya. Entah apa penunggunya, tapi masyarakat yakin bahwa tempat-tempat itu angker. Pada waktu-waktu tertentu ada longga-longga, yaitu hantu jangkung yang mengganggu orang-orang yang melewati jalan itu. Atau ada setan kèder mangkal yang sering menyamarkan orientasi orang yang lewat di situ, sehingga dia tidak ingat arah menuju rumahnya. Singkat kata, obor dipasang pada jalan menuju langgar dan masjid. Dengan cahaya obor sepanjang jalan pada malam hari, suasana lebih indah dan syahdu.
Kami anak-anak kecil seringkali mendengar cerita dari orang-orang tua atau sekali waktu disampaikan oleh mualim saat tesuir (berceramah), bahwa sebenarnya setan, jin, hantu, dan sejenisnya, jika masuk bulan puasa dikumpulkan dan dikurung atau dipenjara di tempat tententu. Saya ingat salah seorang mualim yang tesuir itu Mualim Sauwan dan Mualim Maih. Mualim ini dengan tegas bercerita, bahwa setan, jin, hantu, dan sejenisnya tidak hanya dikurung dalam penjara tetapi juga tangan dan kakinya dibèndè. Dibèndè (asal kata bèndè) artinya diikat dengan tantai dan rantai itu dikokot (digembok). Jika setan-setan dan sejenisnya itu diikat dengan tambang (khususnya dadung), maka diikat dengan iketan mati, bukan iketan wangsul. Dengan iketan dan dimasukin penjara seperti itu, setan tidak berdaya melepaskan diri. Katanya yang punya cerita, perlakuan kepada setan, jin, hantu, dan sejenisnya seperti itu supaya mereka tidak dapat mengganggu manusia yang sedang beribadah puasa. Sehingga orang-orang yang beribadah puasa tidak diganggu dan puasanya lancar.
Kami anak-anak senang mendengar tesuir yang menceritakan setan dibèndè. Itu menumbuhkan sugesti kekuatan untuk puasa seharian, selama 13 jam menahan haus dan lapar. Tapi dasar anak-anak, ada saja cara tertentu untuk tidak haur dan tidak lapar. Ente ngerti dong maksudnye…? (Yahya Andi Saputra).