Rebana Hadroh
Rebana Hadroh berukuran 25 cm – 35 cm dan lebih besar dari rebana Ketimpring. Pada badan rebana (kelongkongan) dipasang tiga lempengan logam berbentuk bundar yang berfungsi sebagai kecrek. Rebana ini terdiri atas tiga instrumen yang posisi maupun fungsinya agak mirip, yakni : Bawa (berfungsi sebagai komando), Ganjil/Seling (pengiring), dan Gedug (pengiring). Bawa yang berfungsi sebagai komando irama pukulannya lebih rapat, Ganjil/Seling yang isi mengisi dengan Bawa sedangkan Gedug fungsinya mirip dengan bass. Selain berfungsi sebagai hiburan pada resepsi perkawinan, Hadroh dimainkan untuk meramaikan acara maulid Nabi Muhammad SAW.
Lagu-lagu Rebana Hadroh diambil dari syair Diiwan Hadroh dan syair Addibaai. Yang khas dari pertunjukan Rebana Hadroh adalah Adu Zikir. Dalam Adu Zikir tampil dua grup yang silih berganti membawakan syair Diiwan Hadroh. Grup yang kalah umumnya grup yang kurang hafal membawakan syair Diiwan Hadroh.
Rebana Ketimpring
Rebana Ketimpring jenis rebana yang paling kecil. Garis tengahnya hanya berukuran 20 sampai 25 cm. Dalam satu grup ada tiga buah rebana. Ketiga rebana itu mempunyai sebutan, yaitu rebana tiga, rebana empat, dan rebana lima. Rebana lima berfungsi sebagai komando. Sebagai komando, rebana lima diapit oleh rebana tiga dan rebana empat. Rebana Ketimpring disebut juga Rebana Ngarak.
Sesuai dengan namanya, Rebana Ngarak berfungsi mengarak dalam suatu arak-arakan. Rebana Ngarak biasanya mengarak calon mempelai pengantin pria menuju ke rumah calon mempelai pengantin wanita. Syair lagu Rebana Ngarak biasanya shalawat. Syair shalawat itu diambil dari kitab maulid Syarafal Anam, Addibai, atau Diiwan Hadroh. Karena berfungsi mengarak itulah, Rebana Ngarak tidak statis di satu tempat saja.
Rebana Biang
Disebut Rebana Biang karena salah satu rebananya berbentuk besar. Rebana Biang terdiri dari tiga buah rebana. Yang kecil bergaris tengah 30 cm diberi nama Gendung. Yang berukuran sedang bergaris tengah 60 cm dinamai Kotek. Yang paling besar bergaris tengah 60 – 80 cm dinamai Biang. Karena bentuknya yang besar, Rebana Biang sukar dipegang. Untuk memainkannya para pemain duduk sambil menahan rebana.
Dalam membawakan sebuah lagu, ketiga rebana itu mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Biang berfungsi sebagai gong. Gendung dipukul secara rutin untuk mengisi irama pukulan sela dari Biang. Kotek lebih kepada improvisasi dan pemain Kotek biasanya paling mahir. Semula rebana ini lahir terkait kegiatan tarekat. Lagu-lagunya antara lain Allahu-Ah, Robbuna Salun, Allah Aisa, Allahu Sailillah, Alfasah, Dul Sayiduna, Dul Laila, dan lain-lain.
Pencarian Berdasarkan Kata Kuncihttps://www kebudayaanbetawi com/1447/musik-tradisional-pada-masyarakat-betawi/