Oleh : Tim Litbang Lembaga Kebudayaan Betawi
LAKON LELUHUR PANDAWA (Bagian4) – Tersebutlah Raja Citra Dewa dari Manggada. la memiliki dua orang anak, yang sulung seorang putra bernama Citra Kesuma. Yang bungsu seorang putri bernama Citra Wati. Kecantikan putri Citra Wati menarik perhatian banyak raja dan pangeran.
Pinangan pada Putri Citra Wati berdatangan dari segala penjuru. Maka bingunglah sang ayah. Apabila ditolak, negerinya tentu akan dibinasakan.
Citra Kesuma prihatin dengan kegundahan sang ayah. Ia lalu menantang para raja yang meminang adiknya. Barang siapa yang mampu mengalahkannya, ia akan dinikahkan dengan Putri Citra Wati.
Maka terjadilah pertarungan di alun-alun. Mula-mula para raja itu maju seorang-seorang. Tetapi makin lama raja-raja itu malah mengeroyok Citra Kesuma.
Segera Citra Dewa meminta bantuan pada Sekutrem. Sekutrem mengutus Sangkar untuk membantu Citra Kesuma. Sangkar pun segera turun dari Gunung Malikesna.
Bersama Semar dan Garubug, Sangkar membantu Citra Kesuma. Mereka bahu-membahu mengusir raja-raja yang curang itu. Sekejap saja semua raja itu berhasil ditaklukan.
Dengan kemenangannya Sangkar pun dinikahkan dengan Putri Citra Wati. Setelah menikah, Sangkar dan istrinya kembali ke Saputra Angga. Ia dipersiapkan untuk menjadi raja.
Setelah Sangkar dirasa cukup umur, segeralah ia dinobatkan menjadi raja. Sedang Sangkari menjadi Patih Panembahan. Sekutrem dan istrinya bertapa di gunung menjadi begawan. Tak lama keduanya pun pulang ke asal.
Dari pernikahannya Sangkar beroleh tiga putra. Yang sulung bernama Purasara, yang kedua Sentanu dan yang bungsu bernama Sambirawa. Ketiga anak itu tumbuh menjadi pemuda-pemuda yang gagah.
LAKON LELUHUR PANDAWA (Bagian4). Purasara menyerang banyak negeri untuk memperluas wilayah Saputra Angga. Namun tak satupun putri raja-raja yang ditaklukkannya yang diambil istri olehnya. Ia hanya mengambil satu orang putri yang diberikannya pada Sentanu.
Sewaktu Sangkar merasa diri telah tua ia menjadi masygul la ingin menyerahkan tahta kepada Purasara, namun putranya itu belum beristri, la hampir membagi dua kerajaan untuk Sentanu yang telah beristri, dan untuk Purasara. Tetapi Sentanu menolak.
Akhirnya kerajaanpun diserahkan pada Purasara. Sangkar dan istrinya pergi bertapa ke gunung. Tak berapa lama setelah keduanya bertapa, tibalah saatnya. Mereka berdua kembali ke asal.
Sejak saat itu Purasara memerintah Saputra Angga dengan adil dan bijaksana. Sentanu sebagai patih dan Sangkari sebagai Panembahan Patih. Makin jayalah Saputra Angga. (Bersambung Bagian 5)