BAKAR MERANG

ADU CANTANG DAN BUKA LOHOR

CERITA PUASA ANAK BETAWI

Pengantar

Ahlan wasahlan syahri Ramadan.

Bulan puasa ini, laman kebudayaanbetawi.com menurunkan artikel berseri hal-ihwal atau sisik melik puasa dalam masyarakat Betawi. Artikel ini ditulis Yahya Andi Saputra, Wakil Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) Bidang Penelitian dan Pengembangan. Semoga tulisan ini (ditulis dengan gaya bercerita) bermanfaat bagi pembaca dan peminat masalah-masalah kebetawian lainnya. Mari kita menyambut bulan suci Ramadan dengan girang. Dengan girang saja, Allah jamin haram jasad kita disentuh api neraka. Semoga ibadah puasa kita menjadi ibadah yang berdampak pada kehidupan sosial sehari-hari. Dampak wata’awanu ‘alal birri wattaqwa dan ketakwaan sosial yang nyata.

 

Salamat puasa. Raih predikat takwa.

ADU CANTANG DAN BUKA LOHOR

Bulan puasa bagi anak-anak merupakan bulan yang paling asyik. Meski lagi puasa, tiap hari dari pagi sampai sore yang ada hanya maen. Abis maen kelèci (gundu, kelereng), maen tembak nama. Abis maen tembak nama, maen gala asin. Abis maen gala asih, maen kalawadi atau tok kadal. Abis maen kalawadi, maen benteng. Saya juga suka memperhatikan anak-anak perempuan maen. Mereka maen samse, lompat karet, congklak, cici putri, wak wak gung, dan lain sebagainya. Semua permainan itu dilakukan bersama-sama sedianya anak yang kumpul. Enggak dipatok harus berjumlah sekian orang, barulah kita dapat bermain. Tidak seperti itu.

Siangnya kira-kira pukul 14-an, giliran kita pergi ke kali sungai). Maen di kali termasuk maen yang paling asyik. Ada maen cubar-cubaran (terjun dari ketinggian pohon tertentu ke kali, biasanya pohon waru atau pohon jambu monyet/mede/mete), maen silem-sileman (adu silem), maen kendang-kendangan, maen rebut batu, dan maen lain sesukanya. Seingat saya, tidak ada anak perempuan yang ikut maen di kali. Meski ada yang ikut, mereka paling cuma penonton, tidak mau diajak turun mandi atau maen.

Saya ikutan maen memang dengan niat untuk maen. Tapi ketika saya perhatikan dengan seksama, terutama ketika maen di kali, beberapa teman melakukan kecurangan dalam puasanya. Mereka sambil menyelam minum. Minum air kali? Iya, minum air kali, kenapa enggak. Saya tahu teman-teman minum air kali. Janganlah kita bayangkan air kali seperti sekarang. Air kali sekarang, melihatnya saja sudah ogah, apalagi kalo minum. Nauzubllah min zalik. Dahulu kali tempat kami maen, airnya bening dan bersih. Semua teman yang minum air kali tidak ada yang kena penyakit. Itu bukti yang saya saksikan dengan mata sendiri. Lagi puasa, minum dengan sengaja, apa namanya? Dasar bocah!

Sekali waktu kita juga punya maenan khusus, yaitu  adu cantang. Cantang adalah semut hitam yang ukurannya besar. Sering disebut semut gajah dan semut temenggung. Kita kenal semut api-api atau semut rangrang, nah ukuran cantang lebih besar dari semut itu. Untuk mendapatkan cantang, biasanya kita mencari lubangnya. Karena terbiasa, maka kita sudah tahu dan kenal mana lubang cantang mana lubang semut lainnya. Setelah lubang cantang kita temui, maka kita menjebaknya dengan mamasukkan batang kembang rumput alang-alang atau kembang rumput yang batangnya panjang. Semut itu akan menggigit pangkal batang dan kita tarik. Dapatlah cantang.

Setelah kami mendapatkan masing-masing satu cantang, maka kami letakkan cantang itu di wadah (biasanya di batok kelapa, piring kaleng, atau mangkok) milik masing-masing. Kami membuat gelanggang atau arena aduan seukuran 8 X 8 sentimeter. Membuat gelanggang ini dapat dengan menggali tanah seukuran 8 X 8 sentimeter dan dalamnya sekitar lima sentimeter.  Kami memilih lawan atau ada yang terlebih dahulu menawarkan cantang gacoannya. Setelah sepakat Si A melawan Si B, maka keduanya melepaskan gacoan di gelanggang aduan.

Sebenarnya bagi saya, adu cantang termasuk permainan yang membosankan, monoton, dan kurang heroik. Tapi entah kenapa kami sabar menonton dua cantang gacoan yang berantem bergumul maen gigit-gitan. Sama seperti ngadu ayam atau ngadu jangkrik, pemilik meneriaki atau menyemangati gacoan masing-masing. Tidak ketinggalan, penonton menjadi suporter atas pilihannya. Siapa pemenangnya? Tentu saja yang cantangnya menang. Cantang yang kalah bisa berakibat fatal, mati.

Anak-anak memang diajarkan dan dibimbing oleh emak babenye untuk ikut puasa. Biasanya ada iming-iming akan dihadiahi ini dan itu, jika puasanya pol. Anak-anak dibimbing untuk mengetahui cara peribadatan yang benar. Mana yang wajib, mana yang sunnah. Juga diajarkan mengenali mana yang halal dan mana yang halal. Paling enggak, itulah yang saya alami semasa anak-anak, sebelum sampai akil balig. Biasanya tanda akil balig bagi laki-laki adalah mimpi (basah). Saya pernah mimpi dan ketempuan (diketahui) enyak. Kan kalo ngimpi basah, ada yang basah di celananya. Waduuuhhh…

Banyak anak-anak yang sanggup puasa seharian (kira-kira 13 jam, dari bedug subuh sampai bedug maghrib). Saya pun begitu. Tapi bagi anak-anak yang enggak mampu atau enggak kuat, maka mereka diharuskan buka lohor. Maksudnya bagi anak-anak yang puasa, dia boleh berbuka puasa ketika bedug zuhur. Puasa setengah hari. Setelah buka puasa, nanti puasanya dilanjutkan sampai maghrib. Masih anak-anak, masih belajar, ngebiasain, begitu kata orang tua. Setiap orang tua memiliki cara atau kiat untuk membiasakan atau mendidik anak-anaknya mengerjakan perintah agama. Waktu kecil, saya pernah buka lohor. Apa ente juga…? (Yahya Andi Saputra).

 

 

Check Also

MALEM TUTUP BUKU

MALEM TUTUP BUKU

Malam Nisfu Sya`ban Tahukah anda bagaimana cerita panjang mengenai Bulan Sya`ban ? Jika dilihat hingga …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *