CERITA PUASA ANAK BETAWI
Pengantar
Ahlan wasahlan syahri Ramadan.
Bulan puasa ini, laman www.kebudayaanbetawi.com menurunkan artikel berseri hal-ihwal atau sisik melik puasa dalam masyarakat Betawi. Artikel ini ditulis Yahya Andi Saputra, Wakil Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) Bidang Penelitian dan Pengembangan. Semoga tulisan ini (ditulis dengan gaya bercerita) bermanfaat bagi pembaca dan peminat masalah-masalah kebetawian lainnya. Mari kita menyambut bulan suci Ramadan dengan girang. Dengan girang saja, Allah jamin haram jasad kita disentuh api neraka. Semoga ibadah puasa kita menjadi ibadah yang berdampak pada kehidupan sosial sehari-hari. Dampak wata’awanu ‘alal birri wattaqwa dan ketakwaan sosial yang nyata.
Salamat puasa. Raih predikat takwa.
SETUP DAN PECAK TIMUN
Pada bulan puasa, setiap keluarga Betawi pasti sudah biasa menyiapkan makanan bulan puasa. Baik untuk buka puasa, makan malam, dan saur. Makanan untuk buka puasa biasanya kolak (ubi, pisang tandung/kepok, kolang kaling), setup, biji salak, bubur sumsum, es timun suri campur, lopis, putu mayang, lontong, bakwan, dan lain-lain. Makan malam menunya seperti biasa (nasi putih, sayur asem/masak asem, lodeh, semur daging/tahu, gulai, sop, sambal). Sahur juga menu biasa sehari-hari, hanya ada tambahan khusus seperti pecak timun (ketimun) dan oyong. Tentu menu itu disajikan berganti-ganti. Jika hari ini sayur asem, besok sayur masak asem atau saur lodeh atau semur dan seterusnya.

Enyak saya termasuk mahir membuat masakan itu. Kemahiran itu diturunkan kepada anak-anak perempuannya. Tiga orang Empok saye (Siti Hodijah – sudah meninggal, Marfu’ah, dan Maspiyah) pun menguasi masakan itu. Ketika ketiganya sudah menikah dan mengikuti suami masing-masing, maka praktis Enyaklah yang menyiapkan masakan sembari mengajarkan anak perempuan lainnya (adik saya). Karena tertib dan ketilnya (Detilnya) Enyak mengajarkan masak, adik-adik pun menguasi teknik masak ala Enyak. Hanya saja mereka sering ingin praktisnya saja, sehingga lebih sering belanja masakan mateng.
Saya perhatikan sejak 1980-an, pada bulan puasa umumnya keluarga Betawi agak menurun semangat membuat kuliner dengan jerih payah sendiri. Khususnya makanan untuk buka puasa. Mereka lebih senang menjadi konsumen. Membeli di warung atau pesan. Memang beberapa keluarga masih masak sendiri. Masih menurunkan keahliannya memasak kepada anak dan cucu.
Tahun 1970-an, tiap pagi pada bukan bulan puasa ada pedagang keliling menjajakan kuliner sarapan dengan cara dijunjung dan dijinjing. Teriakannya yang cempreng melengking sangat khas dan membelah pagi. Salah seorang pedagang keliling itu namanya Wak Remis. “Ketan urap, urap jagung, gemblong, ketimus, unti, nasi uduuukkk…!” Begitu teriaknya. Teriakan perempuan 50 tahunan itu sangat ditunggu oleh konsumen fanatiknya. Setelah sarapan ketan urap setanding dengan sambal kacang yan kentel, kami berangkat sekolah dengan girang.
Berkurangnya semangat masak penganan untuk buka puasa, seperti sudah disinggung di depan, selain beberapa orang ibu rumah tangga menerima pesanan, ada yang buka warung khusus di bulan puasa. Warung-warung itu menjual penganan khusus buka puasa.
Dulu kami biasa memesan kue-kue kepada Mak Haji Salamenah (dilanjutkan anaknya Pok Sa’anih), Pok Jur (Juriah), Pok Sop (Sopiyah), Pok Jah (Jaharo), Mak Haji Seroh, Pok Embed, dan Pok Imah (Fatimah). Kue-kue buatan mereka jadi jaminan mutu. Pas di mulut dan tahan lama. Beberapa di antara mereka buka warung, misalnya Pok Sa’anih, Pok Jur, dan Pok Sop. Tapi sekali waktu kami belanja kue-kue buka puasa di Pasar Kebayoran Lama.
Menu buka puasa yang enggak ketinggalan yaitu kolak dan setup. Kalau korma sih memang wajib ada. Kolak dengan bahan utama ubi jalar, pisang tanduk/gepok, dan beruluk alias kolang kaling bersekang seling dengan setup. Bahan utama setup adalah tape singkong. Babe dan Enyak termasuk mahir membuat tape singkong.

Dulu Babe menanam singkong cukup luas. Oleh karena itu Enyak bisa membuat macam-macam penganan dari bahan singkong. Selain tape singkong, kue lainnya adalah onggok, opak, keripik, getuk, ketimus, combro, misro, urap, dan sebagainya.
Bagaimana dengan saur? Menu saur hampir sama dengan menu makan malam (ada juga yang biasa buka puasa langsung makan besar, jika nanti lapar langsung mindo). Karena mereka masak untuk sahur sekalian. Meskipun begitu, Enyak selalu masak menu baru untuk melengkapi menu yang ada. Saya ingat betul menu kesukaan Enyak dan Babe untuk saur adalah pecak ketimun atau pecak oyong. Setelah melihat hasil olahannya, sebenarnya pecak ketimun atau pecak oyong merupakan olahan yang sederhana. Bumbunya tidak selengkap sebagaimana pecak gurame. Ketimun direbus sampai setengah mateng, lalu masukan bumbu (garam, cabe, bawah merah, bawang putih, jahe, dan limo) sampai ketimun lembek. Bumbu-bumbu itu cuma digeprek, kecuali limo yang kudu dipotong dua dan diperes waktu mao disajikan.
Sebagai fanatikus peak ketimun dan pecak oyong, Babe selalu bilang, “Saur ama pecak timun bikin kuat nahan aus (haus)”. Saya setuju dan ikutin apa kebiasaan Babe waktu saur. Saur enggak pake pecak timun, rasanya kurang afdol. Silakan coba! (Yahya Andi Saputra).