SEJARAH, FILOSOFI DAN BUDAYA MAKAN GEPLAK DI BETAWI (Bagian Pertama)

SEJARAH, FILOSOFI DAN BUDAYA MAKAN GEPLAK DI BETAWI (Bagian Pertama)

HUT Kota Jakarta ke – 495, Dinas Kebudayaan bekerjasama dengan Lembaga Kebudayaan Betawi mengadakan rapat dalam rangka penguatan usulan Warisan Budaya Takbenda (WBTB). Jakarta merupakan Ibukota negara yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam dan budaya yang tersebar di berbagai wilayah di seluruh pelosok ibu kota. Kekayaan alam dan budaya ini tentu dapat menjadi produk budaya dan pariwisata yang merupakan kekuatan Kota Jakarta untuk mempromosikan potensi budaya dan pariwisata Jakarta di kancah internasional. Sejak tahun 2013, Pemerintah Prov DKI Jakarta telah bekerjasama dengan Lembaga Kebudayaan Betawi membuat usulan kepada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menetapkan Warisan Budaya Takbenda dari DKI Jakarta.

Produk budaya dan pariwisata tentu tidak terlepas dari industri yang bergerak di bawah payung Pemerintah Provinsi DKI Jakarta seperti Dinas Kebudayaan, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, biro perjalanan, transportasi, akomodasi, hingga kuliner. Kekayaan alam dan budaya Jakarta membuat industri khususnya kuliner menghasilkan makanan yang sangat beragam. Setiap daerah di Indonesia memiliki makanan khasnya masing-masing yang unik dan mengandung cerita dari daerah asalnya. Makanan khas tersebut dapat berupa produk olahan makanan asin maupun makanan manis. Makanan manis sendiri pun dapat berupa jajanan atau kue tradisional. Tidak terkecuali di Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta), meski DKI Jakarta merupakan Ibukota negara dan sarat dengan sebutan kota Metropolitan namun tentu memiliki makanan khas yang patut untuk dikenal lebih mendalam. Di DKI Jakarta ada satu etnis yang sudah lama berada di wilayah ini yakni etnis Betawi. Betawi merupakan sebuah etnis yang ada di DKI Jakarta yang sudah mendiami Jakarta sejak zaman batu baru atau Neolitikum pada 1500 SM. Betawi merupakan etnis yang memiliki beragam budaya, bahasa, dan kultur. Penduduk Betawi itu majemuk yang berasal dari pencampuran darah berbagai suku bangsa dan bangsa asing seperti dari Belanda, Cina, Arab, India, dan Portugis (Purbasari, 2010: 5-7).

Makanan khas DKI Jakarta sendiri banyak dikenal juga sebagai makanan khas Betawi yang sangat beragam dan dapat berupa hidangan utama ataupun jajanan pasar. Jajanan adalah masakan yang tidak dimakan dengan makanan utama, dimakan diantara waktu makan dengan didampingi teh, kopi atau sirop. Jajanan disebut jajanan pasar karena didapati di pasar tradisional dan didominasi oleh kue dengan warna dan rasa yang khas seperti kue cucur, kerak telor, kue mangkok, dan sebagainya. Selain itu makanan khas Betawi seperti kerak telor maupun makanan manis seperti dodol Betawi dan roti buaya sudah dikenal oleh masyarakat karena kemunculannya pada acara besar seperti ulang tahun DKI Jakarta setiap tahunnya di Pekan Raya Jakarta ataupun dijual pada pusat oleh-oleh khas DKI Jakarta. Keberadaaan makanan khas Betawi ada yang sudah diketahui oleh masyarakat luas dan adapula yang kurang diketahui keberadaannya. Salah satu kue yang kurang diketahui keberadaanya adalah Kue Geplak khas Betawi. Kue Geplak Betawi menjadi salah satu dari makanan khas Betawi di DKI Jakarta yang hampir punah dan langka karena keberadaannya yang tidak diketahui oleh masyarakat di wilayah DKI Jakarta sendiri.

Makanan khas suatu daerah di Indonesia menjadi aset dan warisan budaya baik bagi masyarakat di daerah tersebut maupun bagi negara Indonesia. Dalam mengenal makanan khas suatu daerah, dapat dilihat dari berbagai perspektif seperti sejarah, filosofi, dan budaya makan. Sejarah adalah semua hal yang diketahui terhadap apa yang telah dilakukan, dipikirkan dan diharapkan atau dirahasiakan manusia baik sebagai individu atau kelompok di masa lampau.

Kemudian filosofi merupakan cara mencari tahu apakah sebuah hal itu memiliki nilai, seperti halnya aktivitas makan dan minum yang memiliki nilai lebih dari sekedar untuk memenuhi kebutuhan manusia dan untuk bertahan hidup namun karena manusia memandang aktivitas makan dan minum sebagai sebuah kemungkinan pengejaran untuk memenuhi kebutuhan akan hiburan. Makanan bukan hanya menjadi pemenuhan kebutuhan hidup, namun menunjukkan identitas, nilai, moral, kemajuan dan kualitas suatu masyarakat dan status sosial.

Makanan tidak hanya dilihat dari perspektif rasanya namun juga cerita dibaliknya yang akan membuat suatu makanan memiliki nilai lebih dan lebih berharga. Makanan tidak dapat dipisahkan juga dengan kemunculannya dalam upacara kebudayaan penting dan menjadi simbol suatu nilai dalam wilayah tertentu. Seperti juga di Minangkabau dalam penelitian yang dilakukan oleh Davis dalam Hierarchy of Complementary? Gendered Expression of Minangkabau Adat (Nurti, 2017), makanan berfungsi sebagai suatu makna dalam komunikasi antar kelompok, ekspresi penting dalam hubungan sosial (kepercayaan, kecurigaan, konflik, keselarasan, status, dan simbol hubungan baru maupun mempererat hubungan yang ada). Kue Geplak khas Betawi sebagai makanan yang berasal dari wilayah DKI Jakarta tentu memiliki cerita menarik yang menjadi cerminan dari peradaban etnis Betawi sejak kemunculannya hingga saat ini. Cerita dari kue Geplak khas Betawi sendiri tentu dapat diketahui lebih lanjut melalui penelusuran sejarah, filosofi dan budaya makan yang belum banyak dibahas dalam tulisan ilmiah. Penelusuran dari segi sejarah, filosofi dan budaya makan dapat menjadi sumber dokumenter yang dapat dijadikan manuskrip yang dapat dibaca oleh generasi turun temurun baik masyarakat umum maupun untuk tujuan akademis serta sebagai upaya melestarikan kue khas Betawi di DKI Jakarta.

Check Also

SEMUR DAGING KEBO

CERITA PUASA ANAK BETAWI Pengantar Ahlan wasahlan syahri Ramadan. Bulan puasa ini, laman www.kebudayaanbetawi.com menurunkan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *