Oleh : Tim Litbang Lembaga Kebudayaan Betawi
- Sebagai sarana Upacara
FUNGSI DAN PERANAN SOSIAL, WAYANG KULIT BETAWI. Dalam kehidupan masyarakat betawi masa lampau, wayang kulit betawi masih sedemikian erat sebagai sarana ritual masyarakat pendukungnya. Dalam tiap uapacara daur hidup terutama upacara khitanan dan perkawinan, soal musiknya dapat menjadi hiburan sepanjang siang dan pergelaran wayangnya sendiri menjadi tontonan semalam suntuk Dalam upacara semi sakral yakni kaulan (nadzar), beberapa dalang setempat diyakini memiliki kemampuan. spiritual untuk menyebabkan nadzar itu terkabul, bahkan dalam upacara ruwatan, kesenian ini menjadi satu-satunya yang diberi hak, dengan kewenangan khusus untuk dalang dalang senior. Mereka malah cenderung dikeramatkan, sebagai pelaksana upacara yang diyakini akan menyelamatkan suatu keluarga yang memiliki ciri-ciri khusus yang harus diruwat.
Masih ada lagi upacara sedekah makam (sedekah maulid), bersih desa, baritan, dan lain-lain dimana peran wayang kulit Betawi lebih menonjol daripada kesenian lainnya. Namun dewasa ini sebagian besar dari upacara-upacara itu berangsur lenyap sejalan dengan proses perkembangan zaman. Pada saat masyarakat Betawi di suatu kampung yang pernah menjadi basis penggemar wayang kulit Betawi telah menjadi minoritas di kampung halamannya sendiri. maka fungsi wayang kulit Betawi sebagai sarana ritual masyarakat pendukungnya juga berakhir.
- Sebagai Sarana Hiburan
FUNGSI DAN PERANAN SOSIAL, WAYANG KULIT BETAWI. Ada perbedaan nasib tajam antara wayang kulit di Jawa Tengah dengan wayang kulit Betawi. Dari segi usia perkembangannya yang jauh lebih tua dan memiliki maecenas sejak zaman Mangkunegara I, wayang kulit Jawa yang semula
FUNGSI DAN PERANAN SOSIAL, WAYANG KULIT BETAWI. kesenian rakyat kemudian dibina keraton dan dikembahkan lagi kepada rakyat selama beberapa generasi, tentu akan beriseda nasib dengan wayang kulit betawi yang tak pernah mengenal keraton sebagai maecenasnya. Wajarlah apabila wayang kulit Jawa sampai sekarang dapat akrab berkomunikasi dengan masyarakat kalangan atas, menengah dan bawah. Masyarakat Betawi yang akrab dengan wayang kulit hanya terbatas di kalangan bawah, itupun hanya di wilayah pinggiran. (Bersambung Bagian 2)