BELAJAR ILMU PEDALANGAN (Bagian 3)

BELAJAR ILMU PEDALANGAN (Bagian 3)

Oleh : Tim Litbang Lembaga Kebudayaan Betawi

BELAJAR ILMU PEDALANGAN (Bagian 3) – Pertunjukan latihan demikian selalu hanya dilakukan apabila belum ada penonton resmi. Pertunjukan oleh dalang cilik seperti itu umumnya memang hanya ditonton sedikit orang laki-laki dan wanita, serta anak-anak yang kebetulan ada di sana. Bersama dengan para nayaga pengiring mereka akan memberikan pendapat tentang pertunjukan yang dimainkan dengan suara mereka yang keras. Ada evaluasi. Ini sebuah sekolah calon dalang yang berat sesungguhnya. Tetapi ketabahan justru menjadi pertanda kesungguhan hasratnya untuk menjadi dalang,

Setelah dalang pembimbing cukup yakin pada ketrampilan muridnya, si murid diserahkan tanggung jawab untuk lebih banyak lagi bermain sepanjang siang hari, bahkan dtambah penampilan malam. Berbeda dengan apa yang disebutkan oleh kepustakaan tentang hal ini, dalang mengadakan pertunjukan siang hari tidak hanya lakon-lakon yang berhubungan dengan upacara-upacara ruwatan, tetapi juga untuk kesempatan biasa semata-mata. Sejauh yang bisa diingat oleh informan, hal demikian lebih sering terjadi pada masa lalu dibandingkan sekarang. Bahwasanya dalang selalu mengizinkan muridnya menggantikan peranannya untuk pertunjukan siang hari, tetapi tidak akan pernah apabila pertunjukan untuk upacara ruwatan. Pertunjukan ruwatan senantiasa dilakukan langsung oleh dalang senior.

BELAJAR ILMU PEDALANGAN (Bagian 3). Juga pelajaran sangat penting bagi dalang magang ialah percakapan antara dalang dan para pengiringnya selama mereka dijamu oleh tuan rumah sebelum pertunjukan dimulai. Pembicaraan ini terkadang merupakan tukar pikiran yang hangat mengenai pengalaman-pengalaman pribadi, dan pertunjukan-pertunjukan oleh teman sesama dalang, yang biasanya dilakukan dengan nada berolok-olok atau sering kali bergurau.

Dengan cara demikian si dalang muda belajar mengenai tata cara dan sisik melik dunia pedalangan. Di dalam kritik dari dalang-dalang lain, ia akan menangkap bermacam-macam penilaian positif dan negatif terhadap teknik-teknik tertentu, tentang cara memainkan tokoh wayang tertentu, dan mengenal sistem nilai yang berlaku untuk menimbang suatu pergelaran. Dia juga belajar hubungan antara dalang, anggota-anggota rombongannya, tuan rumah dan penonton. Dengan demikian, dalang magang kian mahir dan memahami posisinya di tengah masyarakat. Dia tidak serampangan dalam memperlakukan wayang dan semua lingkungannya. (Bersambung Bagian 4)

Check Also

LAKON MAHARAJA GAREBEG JAGAT (Bagian 12)

LAKON MAHARAJA GAREBEG JAGAT (Bagian 10)

Maharaja Garebeg Jagat – Tersebutlah seorang Penyalin dan Pengarang Sastra Melayu di Tanah Betawi pada …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *