Oleh : Tim Litbang Lembaga Kebudayaan Betawi
Asal Mula Wayang Bagian3 – Wayang (kulit dan wong), pada masanya cukup digemari msayarakat Betawi. Bukan saja sering ditanggap meramaikan rupa-rupa kegiatan kemasyarakatan (sedekah bumi, haul, resepsi pernikahan, dan sebagainya), cerita-cerita bertema pewayangan pun mendapat tempat tersendiri. Oleh sebab itu, sastrawan Betawi abad ke-19, Muhammad Bakir dan keluarganya, menyalin cerita wayang. Salinan yang ditulis Muhammad Bakir beraksara Kawi (Arab berbahasa Melayu atau disebut Arab Gundul) berdasarkan cerita wayang, sangat digemari. Tanda dari itu, misalnya, manuskrip Muhammad Bakir disewakan daan penyewa berebut dan antri menyewanya. Salah satu manuskrip karya Muhammad Bakir, Asal Mula Wayang, diturunkan di web kecintaan kita. Selamat menyimak dan menikmati.
Dikisahkan ada sebuah negeri yang bernama Manggada yang diperintah oleh Raja Citradewa. Raja Citradewa mempunyai seorang putera yang dinamakan Cara Kesuma dan seorang puteri yang bernama Citrawati. Karena cantik, Citrawati dilamar oleh berbagai raja. Raja Citradewa membuat sayembara, siapa yang dapat mengalahkan Citra Kesuma, ia akan berjodoh dengan Citrawati. Karena banyaknya raja yang ikut sayembara, Citra Kesuma kewalahan. Raja Citradewa meminta bantuan kepada Sakutrem. Sakutrem memanggil puteranya yang bernama Sangkar untuk membantu Citra Kesuma. Sangkar berhasil mengalahkan raja-raja yang ikut sayembara, kemudian ia dinikahkan dengan Citrawati.
Tersebut adalah sebuah negeri yang bernama Pancawati yaitu turunan dari Batara Rama. Batare Rama mempunyai anak yang bernama Buta Lawa, yang turunan dari Hanoman Perbancana. Buta Lawa mempunyai anak laki-laki yang bernama Dati Kamujana. Dati Kamujana dinikahkan dengan turunan Rahwana, jatu anak Raja Dasa Wikrama yang bernama Dewi Kaliwati. Maka Dati Kamujana menjadi raja di dalam negeri Pancawati, yang kemudian diganti namanya menjadi negeri Banjar Katuman. Sakutrem hendak menjadi bagawan, lalu ia menyerahkan negeri Saputra Angga kepada Sangkar. Sangkar menjadi raja, sedangkan adiknya, Sangkari, menjadi Patih Panembahan. Sangkar
kemudian mempunyai tiga orang anak laki-laki, yang pertama bernama Purusara, yang kedua bernama Sentanu, dan yang ketiga bernama Sambiwara. Purusara bertapa, sedangkan Sentanu menjadi raja menggantikan Purusara. Suatu hari Sangkar memanggil anak-anaknya karena ia mau menjadi bagawan. senang Purusara akhirnya menjadi raja di Saputra Angga.
Asal Mula Wayang Bagian3. Maharaja Kusumabrata, mertua Kemunuyusu, menyerahkan kerajaannya kepada turunannya sampai kepada Wangsapati dan negerinya dinamakan negeri Warta. Suatu ketika, Wangsapati jatuh cinta pada seorang puteri dan maniknya terjatuh di sungai. Manik tersebut dimakan ikan gabus, lalu menjadi seorang bayi perempuan. Bayi perempuan itu dikeluarkan dari perut ikan oleh Batara Narada, lalu diserahkan kepada Wangsapati. Wangsapati memelihara anak perempuan itu. Ketika bertambah besar, anak itu semakin cantik, tetapi badannya berbau amis. Maka ia dinamakan Lara Amis. Karena malu anaknya berbau amis, Wangsapati menyuruh Lara Amis menjadi penganak perahu di Sungai Daramayu. Ia tidak boleh kembali ke dalam negeri sebelum ada orang yang berhasil menyembuhkan penyakitnya.
Suatu ketika, Semar mengajak Purusara berjalan-jalan. Purusara menyerahkan kerajaan kepada Sentanu, lalu ia pergi berjalan-jalan dan setelah itu ia bertapa di Gunung Parasut. Purusara bertapa dengan kuatnya sehingga Suralaya menjadi gempar. Batara Guru menyuruh membangunkan tapanya, tetapi tidak berhasil. Akhirnya, Semar membangunkan Purusara dengan memijit jempol kakinya. Purusara terbangun, kemudian ia berjalan meninggalkan Gunung Parasu bersama punakawannya. Ketika sampai di tepi Sungai Daramayu, ia tidak dapat menyeberang. Semar bertemu dengan Lara Amis. Lara Amis bersedia menyeberangkan Purusara dan punakawannya dengan syarat Purusara harus menyembuhkan penyakitnya. Dengan kunyit yang dibawa oleh Semar, Purusara dapat menghilangkan penyakit Lara Amis. (Bersambung 4)