Oleh : Tim Litbang Lembaga Kebudayaan Betawi
Asal Mula Wayang Bagian4 – Wayang (kulit dan wong), pada masanya cukup digemari msayarakat Betawi. Bukan saja sering ditanggap meramaikan rupa-rupa kegiatan kemasyarakatan (sedekah bumi, haul, resepsi pernikahan, dan sebagainya), cerita-cerita bertema pewayangan pun mendapat tempat tersendiri. Oleh sebab itu, sastrawan Betawi abad ke-19, Muhammad Bakir dan keluarganya, menyalin cerita wayang. Salinan yang ditulis Muhammad Bakir beraksara Kawi (Arab berbahasa Melayu atau disebut Arab Gundul) berdasarkan cerita wayang, sangat digemari. Tanda dari itu, misalnya, manuskrip Muhammad Bakir disewakan daan penyewa berebut dan antri menyewanya. Salah satu manuskrip karya Muhammad Bakir, Asal Mula Wayang, diturunkan di web kecintaan kita. Selamat menyimak dan menikmati.
Dalam perjalanan kembali ke negeri Warta, Purusara terlalu berahi melihat Lara Amis sehingga maniknya jatuh mengenai perahu. Perahu lenyap dan Lara Apus marah pada Purusara karena perahu itu adalah perahu pusaka. Purusara kemudian memuja pada dewa untuk mengetahui ke mana perginya perahu itu. Setelah memuja, muncul empat anak kecil. Yang pertama bernama Gandamanah, yang berasal dari baunya Lara Amis. Yang kedua bernama Seta, yang berasal dari belatungnya Lara Amis. Yang ketiga dan keempat bernama Kencaka dan Kencarupa, yang berasal dari perahu pusaka. Bersama-sama mereka kembali ke negeri Warta. Purusara lalu kawin dengan Lara Amis.
Asal Mula Wayang Bagian4. Setelah beberapa lamanya, Purusara kembali ke negeri Saputra Angga bersama istri dan punakawannya. Sentanu yang menjadi raja di Saputra Angga telah dianugerahi tiga anak laki-laki yang bernama Raden Dewa Barata, Citra Anggada, dan Citrasena. Setelah tinggal beberapa lama di Saputra Angga, Purusara kembali pergi bertapa. Sentanu kemudian jatuh cinta pada Lara Amis dan menggoda. Lara Amis yang sedang hamil berusaha menolak. Perbuatan Sentanu itu diketahui oleh Raden Dewa Barata. Raden Dewa Barata mencoba membunuh Lara Amis, tetapi berhasil dihalangi Semar. Lara Amis dan punakawannya melarikan diri ke gunung tempat pertapaan Purusara.
entanu mengikuti Lara Amis ke tempat pertapaan Purusara. Terjadilah peperangan antara Sentanu dan Purusara sehingga dunia dan Suralaya menjadi guncang. Sementara itu, Lara Amis melahirkan anak di hutan, lalu diberi nama Gangga Suta. Gangga Suta kemudian dirawat oleh Semar dan Garubuk. Karena pertempuran antara Purusara dan Sentanu tidak selesai, Batara Guru menyuruh Batara Narada turun ke dunia untuk memisahkan mereka. Setelah dipisahkan oleh Batara Narada, Sentanu kembali ke Saputra Angga, sedangkan Purusara mencari strinya. Setelah bertemu, Purusara bersama istri, anak, dan punakawannya kembali ke dalam negeri Warta.
Sentanu yang berada di negeri Saputra Angga hendak menjadi bagawan, lalu ia memanggil anak-anaknya. Kerajaan diserahkan kepada Raden Dewa Barata, kemudian Sentanu pun pergi bertapa. Sementara itu, Purusara yang berada di negeri Warta pun hendak menjadi bagawan. Setelah meninggalkan berbagai pesan, Purusara pun pergi bertapa. Raden Dewa Barata tidak mau menjadi raja, jadi ia pergi ke negeri Warta dan meminta Lara Amis menjadi Ratu. Lara Amis kemudian kembali ke negeri Saputra Angga dan menjadi Ratu Kerajaan diganti namanya menjadi Astina. Lara Amis tinggal di Astina bersama Citra Anggada dan Citrasena, sedangkan Raden Dewa Barata pergi bertapa di Gunung Parasut. (Bersambung 5)