LAKON MAHARAJA GAREBEG JAGAT (Bagian 2)

LAKON MAHARAJA GAREBEG JAGAT (Bagian 2)

Maharaja Garebeg Jagat – Tersebutlah seorang Penyalin dan Pengarang Sastra Melayu di Tanah Betawi pada abad 19. tinggal di Pecenongan, gang Langgar, Betawi. Ia adalah Muhammad Bakir bin Syafian bin Usman bin Fadli, yang lazim disingkat Muhammad Bakir. Beliau orang Betawi. Ayahnya dikenal dengan nama Syafian yang mempunyai nama kecil Cit. Ia adalah seorang pengarang juga. Dalam naskah-naskah, nama tersebut kadang dikenal dengan Cit Sapirin bin Usman bin Fadil. Ada keterangan yang menyatakan Muhammad Bakir memiliki anak tertulis dalam kolofon Hikayat Maharaja Garebeg Jagat. Mari kita baca Lakon Maharaja Garebeg Jagat.

Gareng panik, terpincang-pincang ia mencoba lari. Semar yang gemuk dan lamban berdiri kebingungan. Gareng berlari ke arah bapaknya. Kedua raksasa itu terus mengejar, Gareng terus berlari, tinggal Semar tak dapat menghindar. Saat Lurah Karang Tumaritis itu mencoba lari kakinya tersangkut ujung sarung, Tersungkurlah Semar menungging.

Kedua raksasa makin dekat. Semar berusaha bangkit, namun ia malah kian tersuruk. Karena takut yang amat sangat Semar merasa mulas. Tepat saat kedua raksasa kembar itu hampir menginjak bokong Semar, meledaklah hawa busuk dari perutnya.

Mendelik mata kedua raksasa itu, hawa busuk yang meledak dari bokong Lurah Karang Tumaritis itu luar biasa baunya. Kedua raksasa itu lari tunggang langgang sambil muntah-muntah. Beruntung saat itu Arjuna dan ketiga anak Semar telah jauh, namun sisa hawa busuk itu masih cukup membuat mereka pingsan.

Maharaja Garebeg Jagat – Setelah sadar dari pingsannya Arjuna meneruskan tapanya. Kekalahannya dari raksasa kembar itu menyadarkan satria itu, ilmunya belum cukup tinggi.

Sekali ini para punakawan tidak bermain-main. Keempatnya yakin, cepat atau lambat raksasa kembar itu akan datang lagi. Semar dan ketiga anaknya berjaga di empat penjuru mata angin.

Hari berganti hari, Sang Arjuna tekun dengan tapanya. Suatu malam Arjuna terjaga dari semadinya, ia melihat seberkas cahaya. Cahaya itu jatuh dipangkuannya. Muncullah sebilah keris. Mengertilah Arjuna, tapanya telah terkabul, ia pun bangkit seraya menyengkelitkan keris itu.

Sebelum fajar Arjuna dan keempat punakawannya telah menuruni gunung itu. Anak-anak Semar terlihat riang. Mereka telah lama kehabisan tembakau, sampai di kota mereka ingin segera membelinya.

“Wua..he..ha… mau kemana kalian.” Dua raksasa kembar itu tiba-tiba muncul di hadapan mereka. “Mari serahkan dirimu ha..ha..ha.”

“Aden, lari adeen!” teriak semar dan anak-anaknya.” Cepat lari.”

Namun Arjuna sang satria Pandawa tak gentar. Ia langsung menerjang kedua raksasa itu. Pertarungan sengit kembali berlangsung. Keempat punakawan memandang cemas tuannya. Mereka masih ingat kekalahan Arjuna saat di puncak gunung.

“Kentuti dia pak, cepat,” ujar Garubug.

“Tidak bisa memangnya peruku bisa diatur,” sahut Semar. “Berdoa sajalah kau.”

“Carikan ubi buat bapak, Kang,” ujar Gareng. “Biar keluar isi perut bapak.”

“Memang kau saja yang ingin makan,” sergah Anggalia ketus.

Sementara pertarungan kian sengit. Sang Arjuna tampak kian terdesak. Raksasa kembar itu seolah tahu segala siasat perang Arjuna. Satu sambaran keras membuat Arjuna terpelanting jauh. Terperangah para punakawan dibuatnya.

Sang Arjuna jatuh tungang langgang. Segera ia melompat bangun. Perlahan ia menghunus keris yang baru didapatnya. Cahaya kemilau terpancar dari pamor keris itu.

Bagai kilat Arjuna kembali menerjang. Satria itu menyambar-nyambar bagai elang. Saat tangan kedua raksasa itu menyambar secara serentak, melentinglah tubuh Arjuna ke belakang, keris di tangannya menebas.

Raungan dahsyat terdengar. Kedua raksasa itu membelalak, tangan keduanya putus. Darah dari luka mereka mengucur bagai air terjun. Lalu lenyaplah raksasa kembar itu. (Bersambung)

Check Also

LAKON MAHARAJA GAREBEG JAGAT (Bagian 12)

LAKON MAHARAJA GAREBEG JAGAT (Bagian 10)

Maharaja Garebeg Jagat – Tersebutlah seorang Penyalin dan Pengarang Sastra Melayu di Tanah Betawi pada …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *