Hikayat 1000 Dongeng: Hikayat Raja Uswanda

Hikayat 1000 Dongeng: Hikayat Raja Uswanda Part 5 (Ujub Raja Tak Ucap)

Hikayat 1000 Dongeng: Hikayat Raja Uswanda Part 5 (Ujub Raja Tak Ucap) – Naskah karya Muhammad Bakir yang ditulis pada masa akhir abad-19 pada part 5 ini berjudul “Ujub Raja Tak Ucap”. Pada zaman dahulu tersebutlah seorang Raja besar, Raja Tak Ucap namanya. Beliau terkenal sebagai Raja yang gagah pemberani dan besar kekuasaannya lebih dari 100 Raja takluk padanya. Raja Tak Ucap berpikir, karena dari sejak kecil ia tidak pernah menuruti perintah siapapun. Dan sebaliknya, semua orang lah yang selalu menuruti semua perintah Raja Tak Ucap. Maka Raja ingin semua rakyat nya menyembah dirinya.

Dan Raja Tak Ucap memerintahkan untuk membuat lapangan besar yang nantinya akan dikumpulkan semua orang untuk mengadakan upacara penyembahan kepada Raja Tak Ucap.

Singkat cerita, suatu malam baginda Raja keluar dari istana. Sang Raja berjalan keluar kota jauh melampaui batas batas kota-kota. Dan sampailah Raja pada sebuah lapangan yang besar dan disana ia melihat seorang perempuan duduk sendirian.

Heran Raja Tak Ucap dan mendekati perempuan itu, dan Raja Tak Ucap ternyata melihat wajah perempuan itu sangat cantik jelita dan berkulit putih tetapi berpakaian yang compang camping.

“Hei perempuan, siapa nama mu?” sabda baginda

Perempuan itu hanya diam.

“Mengapa kau diam? Bisukah kamu?” lanjut baginda.

Perempuan itu hanya diam seribu bahasa.

Raja Tak Ucap kehilangan kesabaran karena ia melihat perempuan itu sangat cantik yang berkulit putih dan seketika muncul birahi nya dan ia menarik tangan perempuan itu.

“Lepaskan tanganku Raja Tak Ucap!!” ujar perempuan itui.

Terperanjat lah Raja tak ucap.

“Hmm bagaimana kau tahu namaku??” tanya Raja.

“Karena aku sudah berada disini sejak 4000 tahun silam.” sahut perempuan itu.

Menahan geram karena mendapat jawaban seperti itu dari perempuan tersebut.

“apa yang kamu tunggu selama itu wahai perempuan” tanya Raja lagi.

“Seorang calon suami tuan” jawab perempuan itu.

“Sesulit itukah kau kendapatkan suami??” tanya Raja Tak Ucap.

“Ya mungkin saja. Karena aku hanya bersedia menikah dengan lelaki yang seumur hidupnya tak pernah menuruti perintah dari orang lain.” jawab perempuan itu.

“Hmm.. akulah orangnya.” ujar baginda.

“Lelaki yang seumur hidupnya tak pernah menyembah pada manusia lain.” lanjut perempuan itu.

“Hahaha.. kau perempuan yang berdiri dihadapan orang itu.” kata sang Raja

“Baiklah tuan kalau demikian, sekarang aku minta tuan pergilah ke Utara sana, nanti tuan akan sampai di sebuah telaga dan segera mandi lah di telaga itu. Tetapi jangan sesekali tuan berenang dan menyelamkan diri. Pakailah daun keladi untuk dijadikan gayung.” ujar perempuan itu.

Hikayat 1000 Dongeng: Hikayat Raja Uswanda Part 5 (Ujub Raja Tak Ucap). Dikarenaka Raja menginginkan perempuan yang cantik itu, pergila Raja Tak Ucap ke tempat yang ditunjuk perempuan itu. Sampai di sana ternyata telaga itu berpagar besi, pintunya tertutup rapat dan di depan pintu itu ada seorang tua yang sedang berdiri.

“Buka pintu ini!!” perintah Raja

Sang tua tersebut hanya berdiam diri, lalu tatapan sang raja sangatlah geram dan murka melihatnya

“Tidakkah kau dengar perintah ku wahai orang tua?!” tanya Raja Tak Ucap.

“Aku mendengar suaramu.” jawab orang tua itu.

Tak kuasa lagi, Raja menahan murka nya karena merasa dipermainkan oleh sang tua itu dan ia segera memukul dengan pukulannya yang terdahsyat dan mendesing, dentam keras terdengar dengan diiringi percikan bunga api. Tetapi Raja Tak Ucap terhempas jauh kebelakang, asap mengepul dan nyeri terasa pada kepalan tangan Raja Tak Ucap.

Dengan tatapan nanar Raja Tak Ucap memandang lelaki tua itu, ia tetap berdiri di depan pintu. Marah, putus asa, baginda rasakan dan belum pernah ada yang mampu menahan pukulannya.

“Kau tuan ingin masuk te telaga ini?” tanya orang tua itu.

Raja hanya mengangguk lemah

“Baik kalau begitu, mohon lah kepadaku dengan sembah mu.” perintah orang tua itu.

Maka tidak ada pilihan lain bagi Raja Tak Ucap untuk pertama kali dalam hidupnya, Raja Tak Ucap memohon dan menyembah kepada seseorang. Saat ia menghadap ke orang tua, pagar besi lenyap seketika.

Segera Raja Tak Ucap mengambil sehelai daun keladi, namun mandi dengan daun keladi yang dijadikan gayung itu sungguh mengesalkan hati.;

Raja Tak Ucap segera turun ke telaga untuk berenang dan ia menyelam sesuka hatinya. Dalam pikirannya, tak ada seorang pun yang mengetahui perbuatan nya ia di telaga itu. Selesai mandi, Raja Tak Ucap kembali pada perempuan itu. Perempuan itu masih saja duduk di tengah padang, Raja Tak Ucap menatap dengan penuh kemenangan.

“Hahaha.. Nah Adinda.. kini ikutlah kau ke istana bersama ku. Lelaki yang kau tunggu telah tiba, akulah orangnya.” kata Raja

“Aku hanya akan menikah dengan lelaki yang seumur hidupnya yang tidak menuruti perintah  manusia.” ujar perempuan itu dengan perkataan yang dingin.

“Bukan kah aku orangnya?” seru baginda yang sedang menahan marah.

“Tapi kau telah turuti perintah ku, dan kau juga telah menyembah dan memohon kepada pak tua si penjaga telaga.” jawab perempuan itu.

Bukan kepalang, terperanjat nya Raja Tak Ucap.

“Lelaki yang kucari, adalah lelaki yang hanya menurut perintah Tuhan. Bukan menurut perintah manusia dan hawa nafsunya.” ujar perempuan itu.

Tak kuasa lagi, Raja Tak Ucap menahan marah sehingga merah mukanya. Segeralah ia menghunus pedang, namun perempuan itu telah cepat berlari.. Raja Tak Ucap mengejar perempuan itu dan perempuan itu dikejar, hal ini berlangsung selama 40 hari 40 malam.

Sampailah perempuan itu di sebuah pertapaan dan di sana tampak olehnya seorang lelaki gagah menyengklik pedang panjang di pinggangnya.

“Tuan.. Tuan.. tolonglah hamba. Seorang Raja yang lalim sedang mengejarku.” ujar perempuan itu.

Sigap lelaki itu melompat.

“Masuklah kau kedalam rumah ku, Adinda. Biar hamba yang menghadapi Raja lalim itu!!” ujar lelaki itu.

Raja tak hendak lagi bercakap dan bertegur sapa, segeralah ia menebaskan pedang nya. Dan terjadilah pertarungan sengit, lelaki itu membalas pedang dengan pedang, pukul dengan pukul, tendang dengan tendang, sikut dengan sikut. Dan ternyata lelaki itu lebih gagah dari Raja Tak Ucap.

Pada saat berikutnya, Raja Tak Ucap telah terkapar dengan luka menganga. Sigap lelaki itu dengan mendekap luka baginda.

“Bunuh saja aku, aku tak dapat hidup menanggung malu seperti ini.” pinta Raja Tak Ucap.

“Tidak baginda, masih banyak orang yang masih membutuhkan kasih dan keperkasaan paduka. Tapi paduka, apasih sesungguhnya yang terjadi sehingga paduka mengejar perempuan ini sampai ketempatku?” tanya lelaki itu sambil membalut luka Raja.

Maka berceritalah Raja Tak Ucap perihal dirinya yang mengejar-ngejar perempuan itu.

Lelaki itu mengangguk ngangguk mengerti.

“Jika demikian paduka, perbuatan paduka itu tak dapat dibenarkan. Sebagai raja, seharusnya paduka memberikan kasih dan lindungan, keamanan, kesejahteraan kepada seluruh rakyat yang ada dikerjaan ini. Ini benar benar mengecewakan baginda.” demikian ucap si lelaki itu.

Baca Selanjutnya: Hikayat 1000 Dongeng: Hikayat Raja Uswanda Part 6 (Ayam Bertelur Emas)

Pembaca naskah: Yahya Andi Saputra (Pengurus Lembaga Kebudayaan Betawi).

Kunjungi Podcast Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB): https://open.spotify.com/episode/4NpelixFQBL4WW6QvzA2I3

 

Check Also

Makruf Tukang Sol Sepatu (Bagian 29)

Makruf Tukang Sol Sepatu (Bagian 29)

Pengantar – Di ranah kesenian Betawi ada istilah Tukang Gesah yang tiada lain adalah Tukang …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *