Oleh : Tim Litbang Lembaga Kebudayaan Betawi
Asal Mula Wayang Tamat– Wayang (kulit dan wong), pada masanya cukup digemari msayarakat Betawi. Bukan saja sering ditanggap meramaikan rupa-rupa kegiatan kemasyarakatan (sedekah bumi, haul, resepsi pernikahan, dan sebagainya), cerita-cerita bertema pewayangan pun mendapat tempat tersendiri. Oleh sebab itu, sastrawan Betawi abad ke-19, Muhammad Bakir dan keluarganya, menyalin cerita wayang. Salinan yang ditulis Muhammad Bakir beraksara Kawi (Arab berbahasa Melayu atau disebut Arab Gundul) berdasarkan cerita wayang, sangat digemari. Tanda dari itu, misalnya, manuskrip Muhammad Bakir disewakan daan penyewa berebut dan antri menyewanya. Salah satu manuskrip karya Muhammad Bakir, Asal Mula Wayang, diturunkan di web kecintaan kita. Selamat menyimak dan menikmati.
Dalam negeri Widara Kendang, Maharaja Prabu Basu Kuwiti mempunyai ga orang anak. Yang pertama seorang perempuan yang bernama Dewi Kunti Thabrata, yang kedua bernama Basudewa, dan yang terkecil bernama Arya Prabu. Karena cantik, Dewi Kunti ditaruh di sebuah pulau. Suatu hari, Dewi Kunti mendapat Aji Bala Sangar dari Batara Surya. Aji tersebut tidak boleh dibaca.
dengan melepas rambut dan sambil berbaring. Dewi Kunti lalai sehingga ia hamil. Sementara itu, Raja Basu Kuwiti mau membuat sayembara untuk menikahkan Dewi Kunti. Ketika mengetahui anaknya hamil, Raja Basu Kuwiti menjadi marah dan mau membunuh Dewi Kunti. Batara Surya menghalangi perbuatan Basu Kuwiti, lalu ia mengeluarkan anak Dewi Kunti melalui kupingnya. Anak itu dinamakan Ayu Angga Kama dan ditaruh di Desa Kayang Mertatali. Raja
Raja Basu Kuwiti melanjutkan rencana untuk menyayembarakan Dewi Kunti. Undangan disebar. Sayembara tersebut adalah barang siapa yang kejatuhan sirih dan rokok, itulah yang berjodoh dengan Dewi Kunti. Setelah sembilan puluh delapan raja yang lewat, Dewi Kunti menjatuhkan sirih kepada raja yang kesembilan puluh sembilan, yaitu Arasoma, walaupun Dewi Kunti tidak suka Pandu Dewanata dan Abiyasa yang juga mau mengikuti sayembara datang terlambat karena mereka beristirahat di Taman Banjaran Sari sambil mandi dan berenang.
Arasoma harus melawan sembilan puluh delapan raja yang tidak puas dan tidak senang atas pilihan Dewi Kunti. Setelah mengalahkan semua raja, Arasoma hendak mandi di Taman Banjaran Sari. Ia bertemu dengan Pandu Dewanata. Terjadilah pertempuran. Berkat kesaktiannya, Pandu dapat mengalahkan Arasoma. Dewi Kunti diserahkan kepada Pandu, bahkan adik perempuan Arasoma pun akan diberikan kepada Pandu.
Asal Mula Wayang Tamat. Pandu Dewanata dan Abiyasa disambut oleh Raja Basu Kuwiti. Setelah beberapa lamanya tinggal di negeri Widara Kendang, Pandu Dewanata dan Abiyasa kembali ke negeri Astina. Dalam perjalanan pulang. Pandu masuk ke dalam negeri Gandara Sena. Raja Gandara Sena mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Raden Angandara dan seorang anak perempuan yang bernama Dewi Gandawati. Raja Gandara Sena marah karena tidak diundang mengikuti sayembara Raja Basu Kuwiti. Karena marah, ia mengeluarkan peraturan, yaitu
siapa pun yang melewati negerinya, barang bawaannya harus dipecah dua. Pandu melewati negeri itu tidak mau memecahkan barang bawaannya sehingga terjadilah pertempuran dengan Raden Angandara. Berkat kesaktiannya, Pandu yang dapat mengalahkan Raden Angandara.
Maharaja Gandara Sena sangat marah ketika mengetahui anaknya kalah berperang. Ia berperang melawan Pandu, tetapi Pandu berhasil mengalahkannya. Raja Gandara Sena menyerahkan Dewi Gandawati kepada Pandu. Pandu meneruskan perjalanannya kembali ke Astina. Dalam perjalanannya, Pandu bertemu dengan Arasoma yang membawa adiknya, Dewi Rukmani. Dewi Rukmani diserahkan kepada Pandu, kemudian Pandu meneruskan perjalanannya kembali ke Astina. Kedatangan Pandu Dewanata dan rombongan disambut dengan sukacita oleh Ratu Lara Amis dan isi negeri Astina.