Keharusan dan Larangan dalam mendalang (Bagian 1)

Keharusan dan Larangan dalam mendalang (Bagian 1)

Oleh : Tim Litbang Lembaga Kebudayaan Betawi

Keharusan dan Larangan dalam mendalang (Bagian 1) – Mendalang adalah suatu keahlian yang mencakup bidang yang sangat luas. Di antaranya adalah kemampuan vokal, menabuh, kesusastraan, melawak, menari dan pidato. Memang, tak semua ketrampilan itu perlu dikuasai sepenuhnya. cukup sekedar tahu aturan-aturannya saja.

Dalam ketrampilan olah vokal misalnya, cukup sekedar memahami irama saja. Dalam hal tari, cukup sekedar tahu titik komanya gerakan saja. Demikian pula dalam bidang manabuh, cukuplah paham ketukan.

Sedangkan keharusan-keharusan itu antara lain:

  1. Antawacana

Antawacana berasal dari kata anta (ujung) dan wacana (ucapan). Maksudnya dalang harus tahu lafal dan gaya bicara tiap tokoh. Dalang juga harus tahu lafal dan gaya bicara tiap tokoh. Dalang juga harus mampu membedakan warna suara para tokoh sesuai dengan karakter masing-masing.

Bagaimana cara bicara Arjuna dan Yudhistira? Semarah apapun mereka tak akan menggunakan kata-kata kasar. Lain halnya dengan Dasamuka, dalam kesehariannya saja ia selalu berbicara kasar. Bagaimana Dasamuka saat merayu Dewi Shinta? Tentunya sangat berbeda dengan gaya Narayana saat bermesraan dengan Rukmini.

  1. Renggep

Secara umum renggep dapat diartikan kemampuan menjaga tempo. Ini penting agar tidak membosankan penonton. Semakin malam harus makin mengasyikkan. Saat pergelaran usai penonton terpuaskan.

  1. Enges

Enges kira-kira berarti membangun suasana. Ini berhubungan dengan perasaan. Saat adegan sedih misalnya atau mabuk kepayang, kegetiran. Dalang harus mampu menularkan perasaan-perasaan itu pada penonton.

4 Tutuk

Tutuk dapat diartikan tuntas. Maksudnya, selain lakon yang dipentaskan harus selesai, tidak boleh menggantung. Juga percakapan-percakapan dan segala yang harus ditampilkan secara tuntas. Pendeknya segala yang ada dalam pakem tidak boleh dihilangkan atau dikurangi.

  1. Banyol

Banyol atau lawakan. Dalam pedalangan Betawi, lawakan tidak boleh hanya asal lucu, harus layak, tidak boleh menyakiti perasaan orang atau pihak lain. Selain itu lawakan harus pada tempatnya. Lawakan pun harus disesuaikan dengan keadaan dan karakter tokoh.

Lawakan juga harus sesuai dengan alam pewayangan. Misalnya, Kresna menasehati Samba: “Kau jangan bermain-main terus, tiap malam ke disko.” Lawakan macam ini selain tidak sesuai dengan kondisi alam pewayangan, juga tak layak karena terkesan menyindir.

Lawakan juga tidak boleh berlebihan. Misalnya karena sangat ingin dianggap lucu lalu mengucapkan hal-hal yang tidak senonoh.

  1. Sabet

Sabet adalah teknik menggerakkan wayang, Gerak-gerik wayang selain harus hidup juga harus sesuai dengan karakter masing-masing.

Keharusan dan Larangan dalam mendalang (Bagian 1). Dalam menerangkan wayang, tokoh yang akan kalah harus dipegang dengan tangan kiri. Dalam jejer raja-raja, para raja harus dipegang dengan tangan kanan, keluarnya harus dari kanan. Sedangkan para pengiring atau para satria abdi raja itu harus selalu dipegang di tangan kiri, keluarnyapun harus dari kiri.

Dalam adegan dialog, yang kedudukannya lebih tinggi atau usianya lebih tua harus ditempatkan di kanan. (Bersambung Bagian 2)

 

Check Also

LAKON MAHARAJA GAREBEG JAGAT (Bagian 12)

LAKON MAHARAJA GAREBEG JAGAT (Bagian 10)

Maharaja Garebeg Jagat – Tersebutlah seorang Penyalin dan Pengarang Sastra Melayu di Tanah Betawi pada …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *