Oleh : Tim Litbang Lembaga Kebudayaan Betawi
Asal Mula Wayang Bagian7 – Wayang (kulit dan wong), pada masanya cukup digemari masyarakat Betawi. Bukan saja sering ditanggap meramaikan rupa-rupa kegiatan kemasyarakatan (sedekah bumi, haul, resepsi pernikahan, dan sebagainya), cerita-cerita bertema pewayangan pun mendapat tempat tersendiri. Oleh sebab itu, sastrawan Betawi abad ke-19, Muhammad Bakir dan keluarganya, menyalin cerita wayang. Salinan yang ditulis Muhammad Bakir beraksara Kawi (Arab berbahasa Melayu atau disebut Arab Gundul) berdasarkan cerita wayang, sangat digemari. Tanda dari itu, misalnya, manuskrip Muhammad Bakir disewakan daan penyewa berebut dan antri menyewanya. Salah satu manuskrip karya Muhammad Bakir, Asal Mula Wayang, diturunkan di web kecintaan kita. Selamat menyimak dan menikmati.
Batara Guru menyuruh Batara Narada turun ke dunia untuk meminta bantuan kepada Abiyasa. Abiyasa meminta bantuan Kencaka dan Kencarupa untuk melawan Naga Kusuma dan Naga Rangsang, tetapi mereka tidak dapat melawan. Batara Narada kembali meminta bantuan Abiyasa. Abiyasa memanggil saudaranya yang bernama Gandamana dan Seta untuk melawan Naga Kusuma dan Naga Rangsang. Naga Kusuma dan Naga Rangsang terlempar kembali ke dalam negerinya. Raja Naga Kilat kemudian berperang melawan Gandamana dan Seta, Gandamana dan seta terlempar kembali ke tempat pertapaannya.
Batara Guru kemudian menyuruh Batara Narada turun ke dunia mengambil anak Abiyasa yang masih ada dalam kandungan ibunya. Konon kabarnya, istri Abiyasa hanya satu saja, yaitu Dewi Ambaliki. Ia mengandung tiga orang anak. Dengan minyak sakti, Batara Narada dapat mengeluarkan kandungan Dewi Ambaliki. Kandungan itu berupa satu kantung yang berisi tiga orang anak Batara Narada membawa kantung tersebut ke Kayangan. Batara Guru menyuruh mereka membuka kantung tersebut, tetapi tidak berhasil. Batara Guru kemudian menyuruh Batara Narada melempar kantung tersebut kepada Raja Naga Kilat. Kalau ia berhasil membuka kantung tersebut, keinginannya akan dikabulkan.
Asal Mula Wayang Bagian7. Raja Naga Kilat yang berada di luar Pintu Sitanda Waru heran melihat ada Rantung yang jatuh di mukanya. Ia pun membaca pesan yang ditulis pada kantung tersebut. Karena mau mendapat Dewi Mampuni, Raja Naga Kilat membuka kantung tersebut, tetapi kantung tersebut tidak dapat terbuka. Raja Naga Kilat kemudian menginjak-injak kantung tersebut tanpa mengetahui berusaha bahwa kantung tersebut berisi tiga orang anak. Konon kabarnya, itulah sebabnya Destarata matanya buta, Pandu Dewanata kemaluannya lemas, dan Rama Widura kakinya timpang sebelah. Raja Naga Kilat kemudian menggigit kantung tersebut sampai terbuka. Ketika melihat isi kantung tersebut, Raja Naga Kilat segera melempar ketiga anak itu ke dalam Suralaya.
Batara Guru menyuruh mengukup ketiga anak itu sampai besar. Sementara tu, ada tiga batara yang mau membantu Kayangan. Ketiga batara tersebut adalah Batara Sukma, Batara Dewa Asmara, dan Batara Kamajari. Mereka bersepakat masuk ke dalam tubuh ketiga anak itu. Batara Sukma masuk ke dalam tubuh Destarata, Batara Dewa Asmara masuk ke dalam tubuh Pandu Dewanata, sedangkan Batara Kamajari masuk ke dalam tubuh Rama Widura. Setelah itu, ketiga anak tersebut menjadi besar. Pandu disuruh melawan Raja Naga Kilat, sedangkan Destarata dan Rama Widura tinggal di Kayangan. Pandu berhasil mengalahkan Raja Naga Kilat, tetapi ia mendapat kutukan dari Raja Naga Kilat, yaitu perbuatannya akan dibalas dalam Hikayat Gelaran Pandu. Setelah Suralaya aman, Destarata, Pandu Dewanata, dan Rama Widura kembali ke Astina bersama panakawannya. (Bersambung Tamat)