LAKON MAHARAJA GAREBEG JAGAT (Bagian 12)

LAKON MAHARAJA GAREBEG JAGAT (Bagian 6)

Maharaja Garebeg Jagat – Tersebutlah seorang Penyalin dan Pengarang Sastra Melayu di Tanah Betawi pada abad 19. tinggal di Pecenongan, gang Langgar, Betawi. Ia adalah Muhammad Bakir bin Syafian bin Usman bin Fadli, yang lazim disingkat Muhammad Bakir. Beliau orang Betawi. Ayahnya dikenal dengan nama Syafian yang mempunyai nama kecil Cit. Ia adalah seorang pengarang juga. Dalam naskah-naskah, nama tersebut kadang dikenal dengan Cit Sapirin bin Usman bin Fadil. Ada keterangan yang menyatakan Muhammad Bakir memiliki anak tertulis dalam kolofon Hikayat Maharaja Garebeg Jagat. Mari kita baca Lakon Maharaja Garebeg Jagat.

Garubug, Anggalia dan Gareng menggeleng-gelengkan kepala melihat kerumunan raja-raja itu. Tak disangka bahkan para raja yang serba berkelebihan itu masih berharap lebih. Ketiga anak Semar itu hanya menyeringai memikirkannya, ketiganya pun tidur-tiduran di bawah sebatang pohon.

Maka keluarlah Batara Narada. Satu persatu para raja itu maju menunjukkan cincin masing-masing. Tak satu pun yang diterima. Pendeta Dorna begitu marah, ia menunjuk-nunjuk Garubug dan adik-adiknya. Pendeta itu merasa tertipu dan sangat terhina.

Akhirnya habislah para raja dan satria itu. Mereka semua pulang dengan kecewa. Melihat raja terakhir telah meninggalkan gerbang Suralaya, bangkitlah Garubug dan adik-adiknya.

Ketiga punakawan itu segera berdatang sembah pada Batara Narada. Suka cita Patih Suralaya itu melihat anak-anak Semar. Dan makin gembira hatinya saat Garubug mempersembahkan cincin itu.

“Aduhai putra-putra Kakang Semar,” sabda Batara Narada. “Sungguh mujur nasibku, cincin pusaka ini dapat kembali ke tanganku.”

“Tentunya kami juga mujur Gusti pukulun,” sahut Anggalia.

“Tentu,tentu, nah sekarang katakan, apa yang kalian inginkan?”

“..Ehm..anu..eh..” Anggalia kebingungan. “…euh…jadi orang berpangkat tinggi.”

“Ha..ha..ha pasti, pasti,” sahut Batara Narada. “Dan kau Garubug?”

“Hamba ingin jadi raja besar.” Jawab Garubug tak ingin kalah dari Anggalia.

“Lalu kau Gareng, apa permintaanmu?”

“Aku..eh hamba,” Gareng bingung. “Jadi, eu, tampan.”

“Pasti, pasti kukabulkan semua,” ujar Batara Narada. “Sekarang pulanglah,

bapakmu sudah menunggumu.”

Maharaja Garebeg Jagat – Maka pulanglah ketiga anak semar itu. Sepanjang jalan ketiganya tak henti hentinya menyanyi dan menandak. Sudah terbayang ganjaran yang dijanjikan Batara Narada. Di lereng gunung Mahameru, para Raja dan para satria yang kecewa masih berkerumun. Mereka semua murka karena telah ditipu Garubug dan adik-adiknya dengan cincin palsu. Pendeta Dorna pun ada diantara mereka. Namun karena Raden Samba terus menatapnya dengan curiga. Dorna merasa tak enak, ia pun pulanglah.

Sedang para raja itu berkerumun, muncullah ketiga anak Semar itu. Para raja dan para satria menunjuk-nunjuk dengan murka. Raden Samba mengamati dari kejauhan. Raja-raja dan para satria itu mulai berteriak-teriak.

“Itu dia orangnya,” seru Maharaja Menak Lawang. “Si jembel penipu.”

“Ayo pukuli dia,” teriak Maharaja Ningrum Buana.

“Jangan,” seru seorang satria. “Mereka punakawan Arjuna.”

“Apa peduliku?” sahut Maharaja Banjar Bersangga. “Bapaknya Arjuna akan kugilas dengan kereta perangku.”

“Ayo ganyang mereka.”

Serentak raja-raja dan para satria itu menyerang Garubug dan kedua adiknya. Terperanjat Raden Samba melihatnya, segera ia menerjang kerumunan raja-raja itu. Terlambat, Raja-raja dan para satria itu lari tunggang langgang meninggalkan tubuh Garubug, Anggalia, dan Gareng yang telah hancur tercincang. Raden Samba kalap, ia mencoba mengejar. Namun raja-raja dan para satria itu lari berpencar. Raden Samba hanya dapat berlari kian kemari dengan marah dan bingung. (Bersambung)

Check Also

LAKON MAHARAJA GAREBEG JAGAT (Bagian 12)

LAKON MAHARAJA GAREBEG JAGAT (Bagian 10)

Maharaja Garebeg Jagat – Tersebutlah seorang Penyalin dan Pengarang Sastra Melayu di Tanah Betawi pada …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *